Laba bersih Citi Indonesia triwulan II Rp1,3 triliun, naik 14 persen

Estimated read time 3 min read

Jakarta (ANTARA) – Citibank, N.A., Indonesia (Citi Indonesia) mengumumkan laba bersih sebesar Rp 1,3 triliun pada kuartal II 2024, meningkat 14 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu.

Citi mencatat pertumbuhan ini terutama didorong oleh efisiensi biaya operasional yang berdampak pada perbaikan rasio biaya terhadap pendapatan (CIR) dari 59,5 persen menjadi 39,5 persen pada tahun sebelumnya.

“Pada kuartal kedua tahun ini, kami berhasil mencatatkan pendapatan yang kuat dan pencapaian yang solid, yang menjadi bukti ketangguhan dan tekad tim kami dalam menghadapi tantangan perekonomian lokal dan global,” kata CEO Citi Indonesia Batara Santori, Kamis di Jakarta.

Peningkatan laba bersih berkontribusi pada peningkatan return on assets (ROA) menjadi 3,7 persen pada tahun 2023 dari sebelumnya 2,9 persen dan return on equity (ROE) menjadi 13,8 persen dari 13,6 persen.

Di sisi lain, rasio cakupan likuiditas (LCR) dan rasio pendanaan stabil bersih (NSFR) Citi Indonesia tetap kuat pada level 291 persen dan 164 persen, atau berada di atas ketentuan minimum.

Citi Indonesia memiliki modal yang kuat. Hal ini juga tercermin dari rasio kebutuhan modal (KPMM) sebesar 36,2 persen, naik dari tahun lalu sebesar 28,7 persen.

Citi terus memberikan layanan dan solusi kepada klien korporat lokal, multinasional, lembaga keuangan, dan sektor publik dalam bisnis perbankan korporasi dan investasinya.

Pada kuartal kedua tahun 2024, Citi Indonesia sebagai Bank Koordinasi Tunggal berhasil menyelesaikan perjanjian kredit sindikasi revolving untuk PT Charoen Pokphand Indonesia Tbk senilai total USD 200 juta dan Rp 7,5 triliun.

Jaringan perbankan global Citi terus mencatat pertumbuhan pendapatan yang baik meskipun kondisi eksternal penuh tantangan. Citi mengatakan hal ini dicapai melalui berbagai inisiatif, termasuk penyediaan koridor Asia-Asia, yang melayani klien Citi Asia yang berinvestasi di Indonesia.

“Bisnis perbankan komersial kami juga memperoleh pendapatan yang baik dari klien multinasional dan solusi manajemen kas pada semester pertama tahun ini. Pertumbuhan ini merupakan bukti kuatnya kerangka bisnis yang telah dibangun selama beberapa tahun,” ujarnya.

Bisnis treasury and business solution (TTS) mencatatkan pertumbuhan positif pada semester pertama tahun ini. Menurut Citi, pembayaran instan domestik dan lintas negara meningkat masing-masing sebesar 23 persen dan 5 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu, sementara volume transaksi dalam mata uang lokal dan asing juga meningkat.

Menurut Citi, bisnis jasa sekuritasnya juga berkontribusi aktif terhadap perkembangan pasar modal Indonesia; Hal ini terlihat dari peran perusahaan dalam diluncurkannya layanan pengelolaan KYC dan Sub Rekening Efek sebagai Rekening Kas Alternatif oleh regulator.

Selain itu, Citi bersama PT Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI) telah ditunjuk sebagai Bank Kustodian Percontohan untuk inisiatif Indonesia Cash Management System (CMS).

Pada kuartal kedua tahun 2024, Citi berpartisipasi dalam beberapa transaksi penting di Indonesia. Citi bertindak sebagai joint bookrunner untuk penerbitan global sukuk 144A / RegS senilai US$ 2 miliar untuk Republik Indonesia dengan 3 jangka waktu: 5 tahun, 10 tahun dan 30 tahun (Green Sukuk Tranche).

Menurut Citi, dana yang diperoleh dari penerbitan sukuk ini akan mendukung pemerintah untuk memenuhi kebutuhan pembiayaannya secara umum dan Green Sukuk 30 tahun hanya akan membiayai atau membiayai kembali “Pengeluaran yang Memenuhi Syarat untuk Tujuan Pembangunan Berkelanjutan dengan Fokus Hijau dan Biru” seperti yang dinyatakan dalam Tujuan Pembangunan Berkelanjutan yang akan digunakan oleh pemerintah. Dewan Efek Republik Indonesia.

You May Also Like

More From Author

+ There are no comments

Add yours