Maarten Paes: Nenek saya selalu mengajari saya budaya Indonesia

Estimated read time 2 min read

JAKARTA (INTRA) Penjaga gawang timnas Indonesia Martin Pace mengatakan neneknya berperan penting dalam mengenalkannya pada budaya Indonesia.

Neneknya, kelahiran 20 Maret 1940 di Pare, Kediri, Jawa Timur, banyak mengajarinya tentang budaya Indonesia sebelum ia resmi menjadi warga negara Indonesia (WNI) pada akhir April tahun lalu.

“Hubungan dengan Indonesia datang melalui nenek saya. Dia adalah orang yang sangat istimewa dalam hidup saya. Kakek dan nenek saya adalah orang tua yang saleh,” jelas Martin dalam wawancara eksklusif FIFA, membahas asal usulnya di Indonesia. .

“Nenek saya selalu mengajari saya tentang budaya Indonesia. Saya tahu selama bertahun-tahun bahwa saya pantas bermain untuk tim nasional Indonesia,” ujarnya.

Kiper berusia 26 tahun itu kemudian menceritakan kesedihannya melihat neneknya mengenakan seragam merah putih.

Martin mengatakan neneknya telah meninggal awal tahun ini karena kesehatannya memburuk ketika PSSI mulai menghubunginya akhir tahun lalu.

Dan ia tertawa terakhir kepada neneknya saat kabar tawarannya menjadi WNI datang.

Itu adalah salah satu kenangan terakhir kami bersama. Penjaga gawang kelahiran Nijmegen itu berkata, Kabar bahwa saya akan bermain untuk Indonesia membuatnya tersenyum untuk terakhir kalinya.

“Pada akhirnya, itu adalah keputusan yang mudah. ​​Dia meninggal awal tahun ini sehingga tidak melihat debutku,” lanjutnya.

Kini, Martin sudah dua kali memperkuat tim Garuda dengan penampilan impresif, termasuk sejumlah penyelamatan gemilang, salah satunya penyelamatan tendangan penalti ke gawang Arab Saudi.

Penjaga gawang Timnas Indonesia Martin Pace menanggapi nyanyian suporter usai laga melawan Timnas Australia pada laga putaran ketiga Grup C Kualifikasi Piala Dunia 2026 Zona Asia di Stadion Gelora Bingman Karno, Senyan, Jakarta. Selasa (10/9/2024). Antara Gambar/Aditya Pradanaputra/Tom. (Antara Foto/Aditya Pradanpatra)

Kedua pertandingan berjalan tanpa hambatan, kata Martin.

Ia hanya menyebutkan waktu penerbangan dari Amerika Serikat, negara tempat ia berkarir bersama FC Dallas, dan juga perbedaan waktu yang menghambat transisinya selama ini.

Namun, dia mengatakan segalanya akan menjadi lebih mudah dalam beberapa bulan mendatang.

“Saya kira tantangan terbesar bagi saya adalah menyesuaikan waktu terbang dan perbedaan waktu. Dalam dua hari, kadang harus langsung main. Itu tantangan besar. Tapi untungnya saya sudah siap,” tutupnya.

You May Also Like

More From Author

+ There are no comments

Add yours