OJK ingatkan perkuat daya tahan dari “anak haram” keuangan digital

Estimated read time 2 min read

Jakarta (ANTARA) – Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Mahendra Siregar mengingatkan masyarakat membangun ketahanan terhadap risiko “anak haram” sektor keuangan digital, yakni pinjaman online (Pinjol) dan pemalsuan. untuk memperkuat investasi dan perjudian online (Judol).

“Kita sering mendengar tentang korban pinjaman, investasi abal-abal, dan judol. Ini kalau mau dikatakan adalah “anak haram” keuangan digital. Sebaliknya, tidak bisa ditinggalkan tetapi membangun kegigihan dan kegigihan,” kata Mahendra. pada talkshow Edukasi Keuangan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) di Jakarta, Selasa.

Menurut Mahendra, salah satu upaya pemberdayaan bisa melalui peran ibu. Seorang ibu yang memiliki pengetahuan keuangan yang memadai dapat memberikan beberapa keuntungan (multiplier effect) dalam mencegah risiko terjadinya kejahatan cyber-financial, dimana penyebaran pengetahuan tersebut terjadi melalui lingkungan keluarga.

Hal inilah yang mendasari OJK meluncurkan program Bundaku. Program Bundaku merupakan program yang dirancang untuk meningkatkan literasi keuangan dengan memberdayakan para ibu dan komunitas perempuan sebagai duta literasi keuangan.

“Kami memberikan perempuan akses terhadap literasi dan inklusi untuk meningkatkan ketahanan anggota keluarga,” ujarnya.

Program ini bertujuan untuk meningkatkan pemahaman dan pengetahuan mengenai produk dan layanan keuangan, menjadikan kisah sukses tokoh perempuan sebagai inspirasi hidup, melatih duta literasi keuangan berbasis komunitas di kalangan ibu dan perempuan, meningkatkan kesejahteraan keluarga dan melindungi masyarakat dari penipuan hingga penipuan. melindungi bagian bawah. dengan kedok keuangan.

“Kami siap mendukung penuh program literasi keuangan sebagai landasan perluasan besar-besaran program peningkatan literasi di seluruh tanah air dan negara kita,” ujarnya.

Dalam kesempatan yang sama, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengingatkan masyarakat untuk meningkatkan literasi keuangan agar dapat menyaring informasi mengenai risiko kejahatan siber, khususnya Pinjol dan Judol.

“Teknologi digital memungkinkan akses informasi yang mudah sehingga membuat masyarakat yang kurang memiliki pengetahuan keuangan menjadi sangat rentan. Kalau kita sendiri tidak punya pertahanan, maka kitalah yang akan menjadi korban,” kata Sri Mulyani.

Salah satu ciri paling nyata dari kejahatan keuangan siber adalah tawaran keuntungan yang berkali-kali lipat lebih tinggi dibandingkan modal yang diinvestasikan.

Sri Mulyani menegaskan, bisnis yang ideal tidak akan mampu menghasilkan keuntungan yang berlebihan.

“Ini eksploitasi. Kalau tawarannya terlalu bagus, periksa beberapa kali untuk mengetahui benar atau tidak. Maka pikirkanlah secara rasional,” ujarnya.

You May Also Like

More From Author

+ There are no comments

Add yours