Mengenal Teori Dead Internet: Klaim Mengerikan Ketika Web Dikendalikan oleh Bot dan AI

Estimated read time 3 min read

JAKARTA – Jika Anda mencari “udang yesus” di Facebook, Anda mungkin akan menemukan banyak gambar udang yang diciptakan oleh kecerdasan buatan (AI) yang dikaitkan dengan gambar Yesus Kristus.

Beberapa dari gambar hiper-realistis ini telah ditonton lebih dari 20.000 kali. Inilah yang disebut “Internet mati”.

Teori “internet mati” pada dasarnya menyatakan bahwa aktivitas dan konten di internet, termasuk akun media sosial, sebagian besar dibuat dan dioperasikan oleh “agen cerdas”.

Dalam konsep “Mati”, aktivitas alami manusia di Internet telah digantikan oleh bot dan algoritma. Konten yang kita lihat di media sosial, forum, dan situs web sebagian besar didorong oleh bot yang dirancang untuk meniru aktivitas manusia.

Algoritma juga berperan dalam menyaring dan memproses informasi yang kita terima, sehingga mengubah persepsi kita terhadap dunia.

“Agen” ini dapat secara otomatis membuat postingan dalam bentuk video yang dihasilkan AI yang dirancang untuk mendorong keterlibatan (klik, suka, komentar) di situs seperti Facebook, Instagram, dan TikTok. Salah satunya, seperti fenomena Shrimp Jesus.

Doktrin ini mengizinkan “aktor negara atau organisasi swasta” menggunakan Internet untuk mengontrol warga negara. Mereka menggunakan bot dan algoritme untuk menyebarkan propaganda, memanipulasi opini publik, dan mengontrol informasi.

Pertanian Kolaboratif atau Pemasaran Lunak?

Sekilas, tujuan dari akun pembuatan konten AI ini jelas: integrasi media sosial dan pendapatan iklan. Jika seseorang berhasil mengelola akunnya, ia dapat memperoleh uang dengan beriklan di media sosial seperti Meta.

Fenomena seperti “Udang Yesus” sepertinya tidak berbahaya (walaupun jarang). Namun, di masa depan hal ini mungkin berbahaya.

Hal ini penting, karena media sosial merupakan sumber informasi utama bagi banyak pengguna di dunia. Di Australia, 46% anak berusia 18 hingga 24 tahun menyebut media sosial sebagai sumber informasi utama mereka pada tahun lalu. Angka ini akan meningkat menjadi 28% pada tahun 2022, dengan memperhitungkan produk tradisional seperti radio dan TV.

Disinformasi yang Didorong oleh Bot Konsekuensi utama dari konsep “internet mati” adalah disinformasi atau manipulasi. Bot dapat mengubah opini publik dengan informasi yang salah.

Pada tahun 2018, sebuah penelitian menganalisis 14 juta tweet selama sepuluh bulan pada tahun 2016 dan 2017. Ditemukan bahwa bot di media sosial memainkan peran penting dalam penyebaran artikel dari sumber tepercaya. Akun dengan banyak pengikut melawan misinformasi dan disinformasi, sehingga mengarahkan pengguna sebenarnya untuk memercayai, terlibat, dan meninjau konten yang dipublikasikan.

Seiring dengan peningkatan produk AI – seperti ChatGPT OpenAI dan Model Gemini Google – kualitas konten palsu akan terus meningkat.

Gagasan tentang internet yang belum terbukti merupakan teori konspirasi yang menarik perhatian dan memicu perdebatan tentang sejauh mana perkembangan internet. Meskipun ada banyak faktor yang mendukung teori ini, seperti peningkatan aktivitas bot, tidak ada bukti nyata bahwa Internet hampir “mati”.

Tanda-tanda “Internet Mati” : – Meningkatnya jumlah akun bot di media sosial.

– Produk yang dihasilkan oleh AI menjadi semakin kompleks dan sulit dibedakan dengan produk manusia.

– Menyebarkan informasi yang salah dan iklan di Internet.

Sanggahan terhadap teori “Internet Mati” : – Aktivitas manusia di Internet masih sangat marak.

– Bot dan AI tersedia, namun kekuatannya terbatas.

– Internet selalu menjadi tempat untuk berekspresi, terhubung, dan berinovasi.

You May Also Like

More From Author

+ There are no comments

Add yours