Pengguna Media Sosial yang Bijak Terhindar dari Penyebaran Berita Palsu

Estimated read time 2 min read

PROBOLINGGO – Pengguna internet yang cerdas, kreatif, dan inovatif selalu paham cara menggunakan Internet. Ia selalu menggunakan imajinasinya dalam aktivitas dan interaksinya dengan pengguna internet lainnya.

Hal itu diungkapkan Ketua Program Studi Ekonomi Syariah Sekolah Tinggi Islam Muhammadiyah (STAIM) Tulungagung, May Santi, Rabu (09-10-2024) dalam konferensi digital Dinas Pendidikan Pondok Pesantren Nurul Jadid Paiton, Probolinggo.

“Netizen yang cerdas selalu waspada terhadap tindakan, pergaulan, dan interaksi antar netizen, terutama saat memposting, ngobrol, dan berbagi,” kata May yang “chip in” berdiskusi tentang istighosah dan acara salat berjamaah.

Mei mengatakan, pengguna jejaring sosial yang cerdas tidak boleh ikut menyebarkan berita bohong (hoaks), tetap menjaga privasi dan melindungi informasi pribadi, serta berhati-hati saat memposting di media sosial.

“Dengan kata lain, pengguna Internet yang cerdas dapat berpikir kritis dan rasional, melindungi privasi dan keamanan, serta berkomunikasi dengan rasa hormat dan tanggung jawab,” kata Mei.

Dalam diskusi bertajuk “Menjadi Pengguna Media Sosial yang Bijaksana, Kreatif dan Inovatif”, Mei Santi juga mengajak para pengguna digital untuk memikirkan cara mengembangkan konten orisinalnya sendiri, berpartisipasi dalam komunitas online, dan memanfaatkan media sosial untuk berkembang.

”Misalnya menulis, memotret, dan membuat video yang menarik dan informatif. “Berbagi ide dan bakat dengan orang lain dan gunakan media sosial untuk mengekspresikan diri secara kreatif,” jelas Mei Santi.

Mei Santi menambahkan, untuk menjadi pengguna baru, Anda perlu menggunakan teknologi media sosial terkini, mencoba platform dan fitur web baru, mencoba berbagai jenis konten, dan selalu update dengan bentuk media sosial baru. “Misalnya ChatGPT, Gemini, Copilot, Gamma, Remaker, dll,” kata May.

Dari sudut pandang berbeda, Sjofiyulloh Cokro, Ketua Umum PB PMII, mengingatkan pentingnya memahami cyberbullying sebagai tantangan yang dihadapi generasi muda. Cyberbullying dapat menyebabkan rendahnya harga diri, kesehatan mental, isolasi dan rasa sakit, hingga keinginan untuk bunuh diri.

“Meningkatnya ketergantungan pada media digital dapat menurunkan kesehatan mental. Data Chilfund 2022 menunjukkan bahwa sekitar 60 persen anak-anak dan remaja mengonfirmasi bahwa mereka menderita cyberbullying. “Saat ini, 50% anak-anak dan remaja yakin akan cyberbullying,” jelas Shofiyulloh. cokro.

Namun menurut Direktur LKP Mitra Ilmu Tulungagung Khotibul Umam, diperlukan kreativitas dan inovasi dalam media sosial untuk menciptakan konten yang baik, mendidik, menginspirasi dan dapat mempererat kolaborasi antar pengguna.

“Gunakan media sosial untuk menyebarkan kesadaran dan mendorong perubahan positif. Siarkan isu-isu sosial, lingkungan, dan kesehatan serta ajak teman dan pengikut untuk berpartisipasi dalam aksi positif,” kata Khotibul Umam.

You May Also Like

More From Author

+ There are no comments

Add yours