Menuai rupiah dari sibuknya pembangunan ibu kota baru Indonesia

Estimated read time 4 min read

Penajam Paser Uttara dlbrw.com – Para Mentari masih malu-malu muncul menyambut Bumi. Di Sepaku, Kabupaten Penakambasel Utara, Kalimantan Timur, sejumlah pekerja bangunan menunggu truk yang akan membawa mereka ke lokasi pembangunan ibu kota baru Indonesia.

Deru mesin truk besar menderu-deru di sepanjang jalan utama di Kecamatan Sebaku, mengangkut material pembangunan ibu kota baru, Nusantara.

Kegiatan seperti ini mulai terlihat di Kecamatan Sepaku pada tahun 2019, seiring ditetapkannya kawasan tersebut sebagai lokasi utama Pusat Pemerintahan Kota Nusantara. Sebelumnya, aktivitas masyarakat di wilayah tersebut hanya terbatas pada pertanian dan perdagangan.

Presiden Joko Widodo meletakkan tujuh fondasi antara akhir tahun 2023 hingga Agustus 2024, dengan memulai pembangunan infrastruktur dan konstruksi di Nusatara. Hingga saat ini, pembangunan terus berlanjut di kota Nushatara. Pembangunan infrastruktur besar telah selesai, antara lain Istana Kepresidenan, perkantoran, apartemen Aparatur Sipil Negara (ASN), jembatan, dan sejumlah fasilitas.

Dengan dibangunnya ibu kota baru Indonesia, beberapa perusahaan telah menempatkan beberapa karyawannya di distrik Sebaku untuk menyelesaikan kontrak kerja yang telah ditandatangani. Demikian pula dengan pekerja konstruksi, yang sebagian didatangkan dari Kabupaten Penakam Basel di Utara dan bahkan dari luar provinsi, harus tetap berada di Kabupaten Sebaku berdasarkan kontrak kerja mereka untuk menyelesaikan pekerjaan.

Masuknya tenaga kerja dan buruh non lokal dalam jumlah besar tentunya meningkatkan permintaan pangan, sandang, perumahan dan transportasi di Kabupaten Sepaku. Ini merupakan berkah bagi penduduk setempat.

Rumah kos dan sewa

Masyarakat setempat tidak menyangka lahan mereka akan dipenuhi oleh buruh dan kuli bangunan pada proyek besar ini.

Seiring berkembangnya Nusantara, maka permintaan kos-kosan dan rumah sewa di kawasan Sepaku juga semakin meningkat. Warga setempat langsung menyambut baik peluang tersebut dengan menawarkan rumah sewa dan kamar kos.

Rumah sewa dan asrama laris manis terutama di kawasan yang dekat dengan lokasi proyek pembangunan di ibu kota baru Indonesia, dan rata-rata sudah dikembangkan sepenuhnya, sebagian besar oleh pengembang Kota Nusantara.

Hukum ekonomi juga berlaku, permintaan yang lebih tinggi akan menaikkan harga. Perumahan sewa di kawasan Sebaku meningkat drastis, yang sebelumnya biaya proyek pembangunan ibu kota baru Indonesia sebesar 5 juta hingga 15 juta rupiah per tahun, namun kini bisa mencapai sekitar 50 juta hingga 125 juta rupiah. tahun Meskipun sebagian besar rumah kayu dibangun dengan gaya, bahkan bahan beton membutuhkan biaya sewa lebih dari 125 juta rubel per tahun.

Seperti halnya rumah kontrakan, harga sewa hostel di kawasan Sepaku juga meningkat signifikan, harga sewa hostel kini berkisar antara Rp 3,5 juta hingga Rp 6 juta.

Sebelumnya, harga sewa hostel di kawasan Sepaku berkisar Rp 500.000 hingga Rp 1 juta.

Menurut banyak penduduk setempat yang kami temui, asrama dan rumah kontrakan tidak pernah kosong sejak dimulainya pembangunan ibu kota baru Indonesia dan masuknya pekerja dari tempat lain.

Meskipun harga sewa meningkat tajam, bisnis persewaan tetap sibuk. Setiap hari, para pekerja atau karyawan kontraktor mencari kos-kosan dan rumah kontrakan secara individu maupun kelompok.

Tak hanya persewaan rumah, bisnis akomodasi pun kian ramai. Dengan berjalannya proyek pembangunan ibu kota baru Indonesia, pengunjung asing atau pejabat pemerintah sering datang ke Distrik Sebaku untuk berurusan dengan Kota Nusantara, sehingga perlu menginap beberapa hari.

Tentu saja bisnis makanan seperti restoran dan katering juga semakin berkembang.

Membersihkan waduk

Tidak hanya industri makanan, kebutuhan air bersih pun meningkat. Penyediaan air bersih juga merupakan peluang penciptaan kesejahteraan bagi masyarakat lokal, karena kebutuhan akan air bersih di wilayah Sebaku semakin meningkat, namun pasokannya masih belum dapat memenuhi kebutuhan tersebut.

Pemerintah telah membangun Bendungan Sepaku-Semoi dan intake Sungai Sepaku, namun diharapkan tetap dapat memenuhi kebutuhan inti Kotamadya Nusantara.

Pada saat yang sama, banyak kontraktor, unit logistik, serta penyedia infrastruktur proyek dan pekerja konstruksi yang terlibat dalam pembangunan proyek berada di luar wilayah inti pemerintah pusat (KIPP).

Selain itu, semakin banyak bermunculan restoran, kafetaria, properti sewaan, kos-kosan, dan penginapan baru yang juga membutuhkan air bersih.

Kini waduk penyalur air bersih juga terlihat di Kecamatan Sepaku untuk memenuhi kebutuhan air bersih.

Stasiun-stasiun air bersih ini biasanya terletak di pinggir jalan utama Kabupaten Sepaku sehingga mobil tangki atau pengangkut waduk dapat dengan mudah mengisi air bersih. Sumber air aslinya adalah Sungai Sepaku.

Tangki bersih terdiri dari filter air dan dua tangki penyimpanan, dan air secara bersamaan diolah dengan bahan kimia aluminium sulfat dan kemudian disimpan di tangki kedua.

Penjualan air bersih berkisar pada perusahaan yang mengirimkan dan memesannya kepada pembeli rumah, yang sebagian diantaranya telah menjadi pelanggan tetap dari masing-masing pemasok air bersih.

Atau beberapa orang mengambil tangki dan truk air dan membawanya langsung ke meteran stasiun Yinshui.

Rata-rata, sedikitnya 80 meter kubik air terjual setiap hari, yang ditampung di waduk atau tangki berkapasitas 1.200 liter dan 5.000 liter. Berdasarkan perhitungan tersebut, pendapatan pabrik air minum tersebut sekitar 1,5 juta rupiah per hari.

Pertumbuhan ibu kota baru Indonesia secara bertahap semakin meningkat, dan masa puncak pertumbuhan akan berlangsung hingga tahun 2045. Selain itu juga harus membuka peluang usaha bagi warga Kecamatan Sepaku untuk mengoleksi Rupiah.

Bukan hanya debu dan kebisingan, tetapi juga merupakan keuntungan bagi penduduk setempat yang dapat memanfaatkan padatnya pembangunan di Nusantara, ibu kota baru Indonesia.

You May Also Like

More From Author

+ There are no comments

Add yours