PPI Australia usulkan rekomendasi kebijakan bagi transisi pemerintah

Estimated read time 3 min read

Jakarta dlbrw.com – Persatuan Pelajar Indonesia Australia Queensland (PPIAQ) dan PPI Australia Griffith University (ISAGU) menggelar sesi diskusi Majelis Pelajar Indonesia (ISA) 2024 untuk memberikan banyak masukan bagi kebijakan reformasi yang akan diambil pemerintah. tempat di Indonesia.

Dari siaran pers ISAGU yang diperoleh ANTARA di Jakarta, Selasa, konferensi tersebut diberitakan mengusung tema “Nusantara Baru, Indonesia Maju?” Acara ini memberikan diskusi akademis untuk mengidentifikasi peluang dan tantangan, serta memberikan rekomendasi terkait perubahan pemerintahan yang akan terjadi di Indonesia.

Lebih lanjut, acara yang diadakan di Brisbane, Australia, dan dihadiri oleh pelajar Indonesia dan pelajar di Queensland ini juga membahas isu-isu penting terkait permasalahan Indonesia dan peluang menjadi tuan rumah Golden Indonesia 2045.

Dalam pidatonya pada konferensi yang diadakan pada tanggal 5 Oktober, Ardi Sugiyarto, yang bekerja di Departemen Keamanan Anak, Layanan Lansia dan Disabilitas Pemerintah Queensland, membahas masalah sosial dan ekonomi yang dihadapi Indonesia.

Menurut dia, ketidakstabilan situasi perekonomian negara dan ketidakstabilan politik dapat mempengaruhi perekonomian negara. Ia juga mengatakan, penting untuk memperkuat inovasi dan penggunaan teknologi, termasuk kecerdasan buatan, agar perekonomian negara dapat berkembang.

“Indonesia berisiko terjerumus ke dalam middle income trap sebagai masalah jangka panjang. Pertumbuhan ekonomi kita yang masih jauh dibandingkan negara maju, serta masalah kepercayaan terhadap rezim pasca masa bonus demografi yang menyulitkan Indonesia. untuk keluar dari jebakan ini,” kata Ardi.

Kini pembicara lain dalam konferensi tersebut adalah Dosen Kesehatan Global, Universitas Griffith, Febi Dwirahmandi. Pada acara tersebut, Febi menekankan pentingnya penyelesaian permasalahan kesehatan masyarakat sebagai landasan menuju Indonesia Emas 2045.

Upaya tersebut dapat dilakukan melalui empat pilar, yaitu sumber daya manusia yang tinggi, ekonomi berkelanjutan, kebijakan yang baik, dan tata kelola yang baik. Febi juga menekankan pentingnya mengubah pandangan yang memandang pendidikan sebagai beban finansial terhadap investasi.

“Solusi teknis tidak menyelesaikan persoalan politik. Kita butuh kemauan dan kapasitas politik. Apa yang tertulis di atas kertas harus sejalan dengan proyek yang dilaksanakan,” ujarnya.

Sementara itu, Guru Besar Departemen Strategi Bisnis dan Inovasi Griffith University, Gunaro Setiawan, menunjukkan pentingnya membangun institusi politik yang kuat, serta menyelesaikan masalah politik dan memiliki rasa kasih sayang untuk memberantas korupsi.

Ia menekankan bahwa langkah-langkah kebijakan harus bertujuan untuk mengubah budaya dan sikap. “Metode politik berbeda di setiap negara. Lebih mudah memberantas korupsi di negara-negara Barat dibandingkan di Indonesia, dimana suap sudah menjadi hal biasa dalam kehidupan sehari-hari,” ujarnya.

Selanjutnya, sesi focus group Discussion (FGD) pada forum tersebut membahas peluang dan tantangan yang akan dihadapi Indonesia ke depan.

Beberapa tantangan yang disoroti antara lain adalah kurangnya infrastruktur maritim, kesulitan dalam menyalurkan bantuan keuangan, serta perencanaan dan implementasi program warisan pangan yang memadai.

Rekomendasi kebijakan untuk mengatasi tantangan di sektor perekonomian antara lain perbaikan infrastruktur maritim, pertanian dan manajemen ketahanan pangan baru, serta penguatan distribusi bantuan.

Di bidang pendidikan dan pembangunan manusia, permasalahan yang diangkat antara lain pendidikan usia dini, ketimpangan partisipasi dan infrastruktur pendidikan, serta runtuhnya kebudayaan dalam dunia pendidikan.

Peserta ISA 2024 merekomendasikan keterlibatan masyarakat yang lebih besar sebagai pendidik, partisipasi masyarakat dalam persiapan Jalan Pendidikan, dan program pengembangan bagi rekan-rekan. Peningkatan fasilitas pendidikan juga menjadi motivasi penting.

Namun dalam urusan politik, hukum dan hak asasi manusia, kurangnya partisipasi masyarakat dalam perumusan undang-undang dan permasalahan hukum politik menjadi perhatian utama.

Peserta ISA 2024 mendorong kepemimpinan politik berdasarkan nilai-nilai baik, keterlibatan seluruh pemangku kepentingan dalam pengambilan keputusan, dan penguatan akuntabilitas dan transparansi.

Publik melalui keterbukaan yang jelas.

You May Also Like

More From Author

+ There are no comments

Add yours