Alumni Politeknik Kementan dan Mahasiswa MBKM Sasar Peran Strategis dalam Pertanian Modern

Estimated read time 4 min read

dlbrw.com, JAKARTA — Melalui program Kampus Merdeka Belajar (MBKM), Kementerian Pertanian (Kementan) berkomitmen mendorong pengembangan sumber daya manusia unggul di sektor pertanian. Program ini memberikan mahasiswa pengalaman langsung dalam menghadapi tantangan pertanian modern seperti perubahan iklim, diversifikasi pangan dan pengelolaan sumber daya alam berkelanjutan.

Menteri Pertanian (Mentan) Andi Amran Sulaiman mengatakan pemerintah terus melakukan reformasi pertanian tradisional menjadi pertanian modern yang lebih efisien. Pertanian modern mampu menarik minat generasi muda, apalagi memasuki era bonus demografi. Mentan meyakini Indonesia dapat mencapai swasembada pangan melalui upaya bersama antara akademisi, industri, dan otoritas.

Idha Widi Arsanti, Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pertanian, juga menekankan pentingnya teknologi dalam menarik minat generasi muda untuk berkarir di sektor pertanian. – Anak muda sekarang menganggap bekerja di sawah identik dengan panas dan kotor. Meskipun kami ingin memperkenalkan mesin modern, semua menggunakan traktor dan mesin gabung sehingga memudahkan pekerjaan petani, kata Idha, seperti dilansir kantor berita Antara, Senin (23 September 2024).

Program MBKM Kementerian Pertanian yang juga mencakup program Studi dan Magang Mandiri Bersertifikat (MSIB) diikuti oleh 1.105 mahasiswa dan mengikutsertakan 278 alumni Politeknik Pembangunan Pertanian (Polbangtan) dan Politeknik Teknik Pertanian Indonesia. Kementerian Pertanian telah merujuk lebih dari 3.000 siswa ke program MBKM sepanjang tahun ini. Program ini merupakan hasil kerjasama dengan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi Republik Indonesia yang bertujuan untuk memberikan siswa pengalaman langsung berbagai aspek penting pertanian modern melalui modul pembelajaran yang komprehensif.

Salah satu modul yang ditawarkan adalah Wetland Agribusiness, dimana mahasiswa belajar memanfaatkan lahan basah yang memiliki potensi besar namun seringkali kurang dimanfaatkan. Modul ini memberikan pengetahuan mengenai teknik pengelolaan lahan yang efektif sehingga dapat menjadi sumber produktivitas pertanian berkelanjutan.

Selain itu, modul Pengembangan Padi Rawa Terpadu memberikan siswa wawasan tentang peningkatan produktivitas dengan harga terjangkau melalui pendekatan terpadu yang menggunakan teknologi terkini. Terdapat juga modul pengelolaan lahan basah yang berfokus pada teknik pengelolaan berkelanjutan untuk melestarikan lingkungan sekaligus meningkatkan hasil pertanian.

Program MBKM juga mencakup Program Kepemimpinan Kementerian Pertanian yang bertujuan untuk melatih siswa memimpin proyek pertanian berdasarkan inovasi, data, dan teknologi. Mahasiswa mendapat kesempatan untuk mengatur dan mengelola pelaksanaan program nyata di lapangan, memperkuat kemampuan manajemennya.

Selain itu, melalui modul Teknologi Mekanisasi Pertanian, mahasiswa diperkenalkan dengan berbagai teknologi mekanisasi yang dapat meningkatkan efisiensi dan produktivitas lahan pertanian, mulai dari pengolahan tanah hingga pendistribusian hasil pertanian.

Terakhir, modul Pemberdayaan Petani Usaha berfokus pada pemberdayaan petani melalui pendekatan usaha. Dalam modul ini, siswa belajar bagaimana membantu petani menjadi lebih mandiri dalam mengelola usaha pertaniannya dan mendapatkan akses yang lebih baik terhadap pasar dan permodalan untuk meningkatkan daya saing di sektor pertanian.

Plt. Manajer Pusat Pendidikan Pertanian Inneke Kusumawaty mengatakan, program MBKM memberikan kesempatan kepada mahasiswa untuk terlibat langsung dalam pengelolaan pertanian dari atas hingga bawah. “Generasi milenial diharapkan mampu mengelola tanah, peralatan dan mesin pertanian), serta manajemen panen dan pasca panen yang modern, sehingga hasilnya lebih efisien dan menguntungkan bagi petani milenial,” jelas Inneke.

Mahasiswa yang tergabung dalam MBKM ditugaskan langsung ke wilayah di Indonesia meliputi 10 provinsi, antara lain Papua Selatan, Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan, Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Sulawesi Selatan, Sumatera Selatan, dan Lampung. Di sana, para mahasiswa berperan dalam pengelolaan lahan, penggunaan teknologi mesin modern, pengelolaan panen dan pasca panen. Selain itu, mereka juga mendukung pembentukan koperasi di lingkungan setempat untuk memperkuat kelembagaan pertanian. Program ini diharapkan dapat meningkatkan produktivitas lahan, efisiensi proses pertanian dan posisi tawar petani di pasar.

Salah satu peserta program MBKM, Githa Nirmala, mahasiswa Manajemen Kearsipan dan Kearsipan Universitas Indonesia, berbagi pengalamannya mengikuti program MBKM Kementerian Pertanian. Githa menjelaskan, kegiatan ini memberinya wawasan yang lebih luas mengenai kebijakan pertanian nasional dan bagaimana sektor pertanian dijalankan dari sudut pandang pemerintah.

“Selama saya mengikuti MBKM di Kementerian Pertanian, saya mendapatkan banyak ilmu mengenai implementasi kebijakan pertanian di lapangan. Pengalaman ini sangat berharga karena saya bisa melihat bagaimana teknologi dan inovasi pertanian dirancang untuk diadopsi oleh para petani di seluruh Indonesia. “Selain itu, bekerja langsung dengan berbagai pemangku kepentingan di sektor pertanian membuat saya lebih memahami tantangan yang dihadapi petani, mulai dari masalah distribusi hingga perlunya mekanisasi pertanian,” kata Githa.

Dengan adanya program MBKM, kami berharap semakin banyak generasi muda yang memasuki usaha pertanian modern dan berkontribusi terhadap terwujudnya pertanian yang lebih efisien dan berkelanjutan di Indonesia.

You May Also Like

More From Author

+ There are no comments

Add yours