BI dukung digitalisasi untuk pengendalian inflasi pangan wilayah Jawa

Estimated read time 2 min read

Jakarta dlbrw.com – Bank Indonesia bersama pemerintah pusat dan daerah melaksanakan Gerakan Nasional Pengendalian Inflasi Pangan (GNPIP) wilayah Jawa pada tahun 2024 dengan fokus digital sebagai program pengendalian inflasi daerah berupa Senopati dan Semara Annex.

“Wilayah Jawa mempunyai peranan penting sebagai pusat produk pangan utama negara, seperti beras, berbagai jenis cabai, dan bawang merah,” kata Direktur Cabang BI Regional BI Arif Hartawan di GNPIP Wilayah Jawa di Jakarta, Rabu.

Aplikasi tersebut berupa sistem pengelolaan persediaan dan harga pangan di Pulau Jawa (Senopati) dan dashboard sistem pengelolaan transaksi keuangan untuk petani/BUMD (BUMP/BUMD) bernama Semar.

Aplikasi Senopati dirancang untuk memberikan integrasi data dan informasi untuk memantau produksi dan harga pangan secara real time.

Sementara itu, aplikasi Semar meningkatkan pengelolaan keuangan petani dan efisiensi pasokan pangan. Kedua instrumen ini diharapkan dapat meningkatkan pengelolaan BUMD dan BUMP peternakan, mendorong kerja sama daerah (KAD) dan pengolahan pangan.

Upaya pengendalian inflasi yang dilakukan Bank Indonesia dan pemerintah masih menghadapi berbagai tantangan, antara lain inflasi lahan, perubahan iklim akibat La Niña, ketidakseimbangan rantai pasok, dan risiko yang berbeda-beda di seluruh dunia.

Bank Indonesia meyakini kolaborasi dan kerja sama seluruh TPID di wilayah Jawa maupun nasional yang bersifat fleksibel dan inovatif akan mampu mencapai stabilitas inflasi yang tetap sejalan dengan nilai tukar konsumsi pada kisaran 2,5 ditambah atau. diskon satu persen. Inflasi tahunan wilayah Jawa pada Juli 2024 tercatat sebesar 2,10 persen (y/y), masih di bawah kenaikan nasional sebesar 2,13 persen (y/y) dan terjaga dalam margin 2,5 plus-minus 1 persen (YoY).

Namun perlu terus dicermati permasalahan ketertinggalan zona iklim di wilayah Jawa. Menurut Badan Pusat Statistik (BPS), berkurangnya lahan pertanian di Indonesia mencapai sekitar 238 hektar, dan sekitar 60 persen terjadi di wilayah Jawa.

Hal ini menyoroti pentingnya kolaborasi dan penggunaan data terintegrasi, seperti data yang dihasilkan oleh alat Senopati dan Semar, untuk memetakan wilayah yang dapat menciptakan sistem untuk meningkatkan perencanaan dan koordinasi guna mencapai ketahanan pangan berkelanjutan.

Baca Juga: Bapanas: Pengawasan Pangan Ketat untuk Kendalikan Inflasi Baca Juga: Kepala Bapanas: Top-up Kerja Sama Sektor Pangan untuk Kendalikan Inflasi Baca Juga: Kementerian Keuangan: Inflasi Juli Tunjukkan Kesuksesan Pengendalian Harga Pangan.

You May Also Like

More From Author

+ There are no comments

Add yours