Dokter mata di Bali kenalkan teknologi baru atasi kelainan refraksi

Estimated read time 2 min read

Denpasar dlbrw.com – Dokter spesialis mata dr Kokorda Istri Deviyan Pemayun di Denpasar, Bali, memperkenalkan teknologi baru untuk mengatasi kelainan refraksi, yaitu rabun jauh dan astigmatisme, tanpa memerlukan kacamata atau lensa kontak.

“Penyakit mata ini dapat diobati dengan prosedur laser satu langkah yang bekerja dalam hitungan detik dengan total waktu operasi 5 hingga 10 menit per mata,” ujarnya, Sabtu di Denpasar, Bali.

Ia menjelaskan, teknologi tersebut dinamakan ekstraksi lentikula dengan sayatan kecil sekitar 2-4 milimeter dengan proses pemulihan yang relatif cepat dan tidak menimbulkan rasa sakit menggunakan sinar laser.

Ia mengatakan bedah invasif minimal adalah generasi berikutnya dari LASIK, yang memerlukan proses dua langkah untuk memperbaiki kelainan refraksi.

Ketua Umum Perhimpunan Dokter Spesialis Mata Indonesia (Perdami) JEC menambahkan, teknologi yang dihadirkan di klinik mata utama Denpasar ini diharapkan dapat menjawab permasalahan masyarakat saat ini terkait refraksi mata.

Katanya, ada juga strabismus, mirip dengan rabun jauh, atau pemusatan mata pada suatu objek.

Misalnya pada rabun jauh, karena sumbu bola mata panjang, maka sinar yang masuk ke mata jatuh di depan bola mata.

Pada saat yang sama, pada mata ekstra, cahaya yang masuk ke mata jatuh di belakang retina dan mata menjadi silindris.

“Organisasi Kesehatan Dunia atau WHO mengumumkan bahwa sekitar 50 persen masyarakat menderita rabun jauh atau astigmatisma akibat aktivitas yang berhubungan dengan banyak gadget,” kata Direktur Klinik Mata JEC Denpasar.

Namun untuk teknologi ini, pasien harus berusia di atas 18 tahun, tidak sedang hamil atau menyusui, tidak memiliki penyakit lain 0,5 hingga 10, dan memiliki balon minus lima.

Pengunjung mendapatkan pemeriksaan kesehatan mata gratis di pusat perbelanjaan ANTARA/Dewa Ketut Sudiarta Wiguna, Denpasar, Bali, Sabtu (12/10/2024).

Dokter spesialis mata (konsultan) Dr Ni Luh Diah Pantjawati bersama Deviyan Pemayun menambahkan, banyak anak yang menderita rabun jauh atau astigmatisma.

Oleh karena itu, ia mengimbau para orang tua untuk mengurangi penggunaan gawai oleh anak-anaknya.

Orang tua, lanjutnya, sebaiknya mendorong anak untuk melakukan aktivitas di luar ruangan, termasuk menjelajahi lingkungan seperti sawah, pantai, atau pemandangan hijau.

Ada juga jarak aman menonton dari gadget atau TV, tambahnya, sekitar 30 sentimeter dari mata tergantung usia, artinya mata harus istirahat maksimal satu hingga dua jam.

Begitu pula saat belajar, Anda bisa menggunakan teknik 20:20 yang artinya mengangkat selama 20 menit, istirahat 20 detik, melihat jarak 20 kaki atau sekitar enam meter.

“Gaya hidup mempengaruhinya. Jadi minimalkan penggunaan gadget dan pandanglah lanskap hijau ini untuk menjaga perkembangan motorik otot mata,” ujarnya.

You May Also Like

More From Author

+ There are no comments

Add yours