OJK: Ekonomi domestik kuat didukung investasi dan belanja pemerintah

Estimated read time 2 min read

JAKARTA dlbrw.com – Perekonomian dalam negeri saat ini tetap kuat di tengah ketidakpastian global yang didukung oleh peningkatan konsumsi domestik, investasi, dan belanja pemerintah, kata Direktur Pengawasan Perbankan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Dian Ediana Rae.

“Pertumbuhan didorong oleh kuatnya konsumsi dan investasi domestik, serta pertumbuhan ekspor dan belanja pemerintah,” kata Dean di Jakarta, Kamis.

Hal itu terungkap dalam Laporan Pengawasan dan Pemeriksaan Bank Indonesia (LSPI) I-Q1 2024. Pada triwulan I tahun 2024, perekonomian dalam negeri tumbuh kuat, tumbuh 5,11% dibandingkan periode yang sama tahun lalu, lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan triwulan IV tahun 2023 sebesar 5,04%.

Selain itu, pertumbuhan tersebut juga didorong oleh investasi pembangunan infrastruktur yang terus dilakukan oleh berbagai pemerintah daerah, salah satunya terkait dengan pengembangan Ibukota Negara Republik Indonesia (IKN), serta pertumbuhan belanja pemerintah seiring dengan peningkatan biaya riil khususnya. pada tahun 2024 Pemilu akan segera tiba.

Menurut Kementerian Keuangan, belanja pemerintah pusat (BPP) yang memberikan manfaat langsung kepada masyarakat telah mencapai Rp640,9 triliun pada Mei 2024 atau mencapai 77,8 persen dari total BPP.

Sementara investasi swasta pada pembangunan Ibukota Negara Republik Indonesia (IKN) di Kalimantan Timur secara bertahap hingga saat ini mencapai Rp 60 triliun.

Masih kuatnya perekonomian domestik juga tercermin dari indikator industri perbankan.

Pertumbuhan kredit ini didorong oleh akselerasi pertumbuhan ekonomi yang didorong oleh kuatnya permintaan pertumbuhan konsumsi dan investasi, serta belanja pemerintah.

Di sisi lain, dana pihak ketiga (DPK) juga terus tumbuh dengan pertumbuhan tahunan sebesar 7,44%, meningkat dari tahun sebelumnya (7,00% year-on-year), dan menjadi salah satu faktor pendorong terjaganya bank likuiditas.

Risiko kredit juga membaik dengan rasio kredit bermasalah turun menjadi 2,25% dan rasio kredit bermasalah sedikit meningkat menjadi 0,77%.

Dari sisi kinerja bank umum, Bank Pembiayaan Negara (BPR) dan Bank Islamia (BPRS) juga menunjukkan kinerja yang baik, dengan pertumbuhan kredit/pembiayaan melambat namun simpanan meningkat dibandingkan tahun lalu.

Rasio kecukupan modal juga sangat kuat, BPR dan BPRS memiliki rasio kecukupan modal (CAR) masing-masing sebesar 32,60% dan 23,57%.

You May Also Like

More From Author

+ There are no comments

Add yours