Gurun Sahara Banjir, Sungai Amazon Kering Kerontang: Ketika Bumi Berputar Balik

Estimated read time 3 min read

Sahara – Peristiwa alam ekstrem melanda dua wilayah yang kontras: gurun Sahara yang biasanya gersang mengalami banjir besar pertama dalam setengah abad, dan Sungai Amazon, sumber air terbesar di dunia, mengering hingga mencapai tingkat terendah yang pernah tercatat.

Perubahan iklim yang semakin tidak menentu menciptakan anomali cuaca yang mengejutkan di seluruh dunia.

Gurun Sahara, yang terkenal dengan suhu panas dan lanskap kering, kini dibanjiri air. Di sisi lain, Sungai Amazon, jiwa dari hutan hujan Amazon, sedang mengalami kekeringan parah yang mengancam ekosistem dan kehidupan jutaan orang.

Banjir di Sahara: Hujan deras mengubah gurun menjadi danau

Pada bulan September 2024, hujan lebat, melebihi curah hujan tahunan, turun di beberapa wilayah di tenggara Maroko. Lebih dari 100 mm hujan turun di Tagunit, sebuah desa 450 kilometer selatan ibu kota Rabat, dalam dua hari.

“Sudah 30 hingga 50 tahun sejak kita mengalami hujan sebanyak ini dalam waktu singkat,” Houssin Youabe, pejabat badan meteorologi Maroko, mengatakan kepada The Associated Press.

Citra satelit NASA menunjukkan Danau Irik, dasar danau yang telah kering selama 50 tahun, terisi air. Banjir tersebut menyebabkan kerusakan besar, menewaskan 18 orang dan mempengaruhi wilayah yang masih berjuang untuk pulih dari gempa tahun lalu.

Kekeringan ekstrem di Amazon: Rio Negro menyusut ke tingkat terendah

Saat Sahara sedang berjuang melawan banjir, Sungai Amazon di Amerika Selatan mengalami kekeringan terburuk dalam sejarah. Sungai Negro, salah satu anak sungai utama Amazon, tercatat turun ke titik terendah yang pernah tercatat, yakni 12,66 meter di pelabuhan Manaus, sekitar 21 meter di bawah normal.

“Ini merupakan level terendah sejak pengukuran dimulai 122 tahun lalu,” kata badan geologi Brazil. Rekor terendah sebelumnya terjadi pada tahun lalu, namun menjelang akhir Oktober.

Kekeringan ini telah melumpuhkan aktivitas masyarakat setempat. Gracita Barbosa, 28, seorang kasir di sebuah toko terapung di Rio Negro, kehilangan pekerjaannya ketika perahu yang berlabuh di tokonya tidak dapat berlayar karena sungai yang dangkal. Ia pun kesulitan mendapatkan air bersih dan tidak bisa lagi berenang di sungai.

Perubahan iklim: ancaman nyata terhadap keseimbangan bumi

Dua fenomena ekstrem ini – banjir di Sahara dan kekeringan di Amazon – jelas menunjukkan dampak perubahan iklim yang semakin terasa di seluruh dunia.

Sekretaris Jenderal Organisasi Meteorologi Dunia Celeste Saulo mengatakan siklus air di seluruh dunia semakin berubah.

“Seiring dengan meningkatnya suhu, siklus hidrologi semakin cepat. Siklus ini juga menjadi semakin tidak menentu dan tidak dapat diprediksi, dan kita menghadapi masalah yang semakin meningkat, yaitu terlalu banyak atau terlalu sedikit air,” katanya.

Dampak dan Ancaman di Masa Depan Banjir di Sahara dan kekeringan di Amazon mempunyai dampak buruk terhadap lingkungan dan kehidupan manusia.

Sahara: Banjir telah menyebabkan kerusakan infrastruktur, korban jiwa dan gangguan kegiatan ekonomi. Meskipun banjir dapat mengisi ulang sumber air tanah, dampak negatifnya lebih besar dalam jangka pendek.

Amazon: Kekeringan telah menyebabkan kebakaran hutan, hilangnya habitat dan gangguan transportasi sungai. Kekeringan juga mengancam keanekaragaman hayati Amazon dan mungkin mempengaruhi pola cuaca global.

Para ilmuwan memperkirakan bahwa kejadian cuaca ekstrem seperti itu akan menjadi lebih sering dan intens di masa depan akibat perubahan iklim. Hal ini mengharuskan kita mengambil langkah nyata untuk mengurangi emisi gas rumah kaca dan beradaptasi terhadap dampak perubahan iklim yang tidak dapat dihindari.

You May Also Like

More From Author

+ There are no comments

Add yours