Terungkap Mengapa Gawai Membuat Anak Gampang Tantrum, Ini Hasil Penelitian Terbaru

Estimated read time 3 min read

dlbrw.com, JAKARTA – Sebuah penelitian terbaru mengidentifikasi adanya hubungan mengejutkan antara penggunaan tablet di masa kanak-kanak dan peningkatan kecenderungan kemarahan atau ledakan emosi. Temuan para peneliti di Universitas Sherbrooke Kanada ini menantang asumsi kita tentang peran teknologi dalam perkembangan anak.

Dipimpin oleh Caroline Fitzpatrick, penelitian ini memberikan gambaran serius tentang bagaimana anak-anak kecil terpengaruh oleh waktu menonton televisi. Dengan banyaknya atau lebih anak usia 4 tahun yang kini memiliki perangkat selulernya sendiri dan anak-anak prasekolah menghabiskan rata-rata satu jam sehari di depan tablet, hasil penelitian ini menjadi lebih relevan dari sebelumnya.

Namun mengapa pil begitu menarik bagi anak kecil? Berbeda dengan mainan tradisional, tablet menawarkan kepuasan instan yang luar biasa. Hanya dengan mengetuk atau menggesek layar, anak-anak dapat mengakses dunia animasi penuh warna, permainan interaktif, dan video menarik.

Taman bermain digital ini tidak hanya interaktif, namun juga sangat portabel, yang berarti waktu menatap layar dapat dengan mudah disesuaikan dengan berbagai aspek kehidupan sehari-hari anak, mulai dari makan hingga naik mobil.

Masalahnya, menurut para peneliti, peningkatan penggunaan pil ini dapat menyebabkan peningkatan suasana hati yang signifikan. Tahun-tahun prasekolah merupakan masa yang penting bagi anak untuk belajar mengendalikan emosinya, terutama dalam hal kemarahan dan frustrasi.

Secara tradisional, anak-anak mengasah keterampilan ini melalui interaksi tatap muka dengan pengasuh dan teman sebaya, dan melalui permainan informal. Namun, waktu yang dihabiskan di depan layar bukanlah waktu yang dihabiskan untuk melakukan aktivitas perkembangan penting ini.

“Bayangkan pengendalian emosi sebagai otot yang perlu dilatih secara teratur agar menjadi kuat. Setiap kali seorang anak mengalami sedikit rasa frustasi seperti menunggu giliran bermain dan belajar mengatasinya, maka otot emosinya akan berubah. digunakan untuk mengalihkan perhatian atau menenangkan anak ketika ia merasa stres, ia kehilangan kesempatan penting tersebut untuk “berolahraga”, kata Caroline Fitzpatrick seperti dilansir Study Finds, Selasa (13/8/2024).

Hasil penelitian ini menunjukkan siklus yang mengganggu. Peningkatan penggunaan tablet pada usia 3,5 tahun dikaitkan dengan lebih seringnya ekspresi kemarahan dan frustrasi setahun kemudian.

Kemudian, karena anak-anak ini lebih rentan terhadap ledakan emosi pada usia 4,5 tahun, mereka dapat diberikan pil, mungkin sebagai cara untuk mengendalikan perilaku mereka. Hal ini menciptakan putaran umpan balik di mana tablet ditinggalkan dan digunakan untuk mengatasi masalah regulasi emosional.

Bagi orang tua, hasil ini mungkin terdengar seperti masalah digital. Di sisi lain, tablet bisa menjadi alat yang sangat berguna untuk menyampaikan konten pendidikan kepada anak-anak. Sebaliknya jika digunakan secara berlebihan, pil dapat menghambat perkembangan emosi anak.

Lalu apa yang harus dilakukan orang tua? Caroline Fitzpatrick mengatakan orang tua harus lebih berhati-hati saat menggunakan tablet untuk anak mereka. Orang tua juga didorong untuk melibatkan anak dalam aktivitas yang mendorong pengaturan emosi, seperti membaca bersama atau bermain game, yang mungkin lebih bermanfaat dalam jangka panjang.

 

 

You May Also Like

More From Author

+ There are no comments

Add yours