Ketua IKAPI: Suasana permisif terhadap buku bajakan jadi tantangan

Estimated read time 3 min read

Jakarta dlbrw.com – Ketua Umum Ikatan Penerbit Indonesia (IKAPI) Arys Hilman Nugraha mengatakan suasana masyarakat Indonesia yang permisif terhadap pembajakan, termasuk pembajakan buku, menjadi salah satu tantangan yang harus tegas disikapi pemerintah guna mewujudkan hal tersebut. lebih merupakan industri kreatif yang sehat.

“Sesuai UU Hak Cipta Tahun 2014, kedua hak tersebut (hak moral dan hak ekonomi) dilindungi begitu karya itu lahir sesuai asas deklaratif, tidak perlu didaftarkan apalagi didaftarkan,” kata Arys saat dihubungi. . ANTARA melalui telepon, Senin.

Sayangnya, sebagian oknum yang tidak bertanggung jawab seringkali mengabaikan prinsip hak cipta dalam sebuah karya, termasuk buku, dan melakukan pembajakan yang melanggar hukum.

Padahal, Arys menyebut masyarakat Indonesia cukup permisif atau wajar terhadap aksi pembajakan tenaga kerja. Padahal, tindakan permisif terhadap karya bajakan dapat berdampak pada proses kreatif di industri penerbitan dan industri kreatif lainnya di Indonesia.

“Di Indonesia cukup sulit karena suasananya permisif dan permisif terhadap praktik pembajakan,” kata Arys.

Misalnya penjual buku bajakan di toko online atau marketplace terang-terangan menyatakan bahwa buku yang mereka tawarkan adalah buku cetak ulang atau cetakan sendiri, sehingga harganya lebih murah.

Ada juga “orang jahat” yang menuliskan deskripsi bukunya sebagai buku hasil scan atau cetakan asli, padahal sebenarnya buku tersebut adalah buku bajakan.

“Karena suasananya yang permisif, mereka hanya menjual apa yang mereka inginkan, bahkan terang-terangan mengatakan bahwa buku yang mereka jual adalah produk bajakan,” kata Arys.

“Tidak hanya penjual, pembaca juga sudah bersikap permisif, seolah-olah pembajakan adalah hal biasa sehingga tidak ada masalah bagi mereka untuk membeli buku dari bajak laut,” lanjutnya.

Suasana permisif ini berdampak buruk bagi pencipta karya dan pihak-pihak yang secara hukum terlibat dalam industri kreatif. Pembajakan terhadap karya membuat pencipta tidak mendapatkan apa-apa, karena hak ekonominya dilanggar dan hal ini mempengaruhi semangat berkarya di Indonesia.

“Banyak sekali inovasi yang semuanya perlu dilindungi. Jika negara kita ingin maju, kita harus bisa melindungi karya-karya kreatif, baik itu buku, desain produk, atau hasil inovasi lainnya, agar para pencipta tersebut kehilangan semangat untuk berkreasi.” kata Arys.

Lanjutnya, “Kami selalu mengkampanyekan bahwa jika ingin karya berkualitas, karya menarik dari kreator yang sudah ada, harus membeli yang original.”

Arys dan IKAPI juga telah melakukan beberapa langkah untuk memberikan kesadaran masyarakat mengenai pembajakan buku. Mulai dari kampanye, sosialisasi, hingga diskusi langsung dengan pemerintah.

“Tentunya kami mencoba melakukan kampanye seperti memilih buku-buku asli di pasaran, kami komunikasikan agar masyarakat tahu, ‘ini jenis buku bajakan’, atau ‘ini ciri-ciri orang yang menjual buku bajakan,’ kata Arys.

“Kami juga berharap ada kebijakan dari pemerintah. Selama ini pemerintah sudah menerapkan peraturan Kementerian Komunikasi dan Informatika untuk mengatasi permasalahan pasar. Jika ada produk bajakan, yang perlu dicantumkan hanyalah produk turun dengan keluhan,” lanjutnya. .

Namun, Arys menilai penonaktifan akun pembajakan buku di marketplace hanya bersifat sementara dan tidak efektif dalam memberantas pembajakan buku di Indonesia.

Ia ingin pemerintah dan platform pemasaran bersinergi dengan IKAPI dan industri kreatif lainnya untuk memilih hanya produk asli yang bisa dijual secara online maupun offline.

“Kami berharap pemerintah mengambil sisi lingkungan yang membantu terciptanya pengakuan hak cipta. Pemerintah tidak boleh mengabaikan bahwa saat ini banyak terjadi penjualan buku bajakan, terutama di pasaran,” kata Arys.

“Jika kita ingin memajukan negara kita, mencapai visi 2045 sebagai negara maju, maka salah satu hal yang sangat penting untuk dilibatkan adalah kita semua harus menghormati hak cipta,” ujarnya di akhir perbincangan.

You May Also Like

More From Author

+ There are no comments

Add yours