Pedagang Tanah Abang Mengaku Omsetnya Anjlok 70%, Melemahnya Daya Beli?

Estimated read time 2 min read

JAKARTA. Banyak pedagang yang mulai mengeluhkan menurunnya daya beli masyarakat Indonesia. Salah satunya, pedagang pakaian di Pasar Tanah Abang, Jakarta Pusat, mengaku omzetnya anjlok tajam.

Afrizal, 53, salah satu pedagang jaket di Tanah Abang, misalnya, mengatakan, selama puluhan tahun berdagang, tahun ini adalah tahun terburuknya. Diakuinya, omset tahun ini bahkan mencapai 70 persen.

“Saya sudah berdagang di sini sekitar 10 tahun, tahun ini omzet turun 70%. Setelah pandemi mengalami penurunan,” jelas Afrizal di tempat, Selasa (13/8/2024).

Afrizal mengatakan, penjualan harian sebelum pandemi rata-rata bisa mencapai 10 hingga 15 juta rupiah. Namun saat ini, penjualan rata-rata 2-3 juta rubel.

“Omzetnya sudah diperkirakan dua hingga tiga juta rupee. Terkadang tidak ada yang terjual dalam sehari,” katanya.

Afrizal mengatakan, sepinya pelanggan membuat beberapa toko pakaian di kawasan itu terpaksa tutup. Pasalnya, banyak pedagang yang tidak sanggup lagi membayar sewa tokonya.

“Tetangga bangku saya sudah berhenti kerja. Kasihan, karena penjualannya juga menurun. Saya belum bayar sewanya,” jelas Afrizal.

Senada dengan Afrizal, pemilik toko Blue Jeans, Agung (31), mengatakan penjualan celana di tokonya juga mengalami penurunan. Menurut dia, penurunan tersebut terjadi pasca libur Kurban Bayram kemarin, yakni akhir Juni lalu.

“Penjualan anjlok setelah libur lebaran ya, persentasenya sekitar 50 persen. Penurunannya cukup besar,” jelas Agung.

Agung meyakini, menurunnya penjualan pakaian saat ini disebabkan karena banyak masyarakat yang fokus pada kebutuhan pokok. Menurut dia, kondisi saat ini semakin parah akibat masuknya mahasiswa pada tahun ajaran baru.

“Kalau bicara soal membeli pakaian saat ini, sebagian besar karena anak-anak pergi ke sekolah. Lalu saat itu masyarakat mengutamakan kebutuhan pokoknya juga,” jelas Agung.

Ekonom Institute for the Development of Economics and Finance (INDEF) sebelumnya memperkirakan deflasi yang akan terjadi selama tiga bulan berturut-turut pada tahun 2024 perlu diwaspadai. Padahal, pemerintah harus berhati-hati dalam hal ini. Sebab, ada tanda-tanda deflasi disebabkan lemahnya daya beli masyarakat.

Wakil Direktur INDEF Eko Listiyanto mengatakan deflasi selama tiga bulan berturut-turut bisa menjadi pertanda positif karena mengindikasikan adanya penurunan inflasi. Namun di sisi lain, Anda harus berhati-hati jika angkanya konsisten dan semakin parah.

“Saya kira itu sebenarnya sinyal yang perlu kita waspadai karena sedang terjadi deflasi,” kata Eco, Jumat (8/2/2024).

You May Also Like

More From Author

+ There are no comments

Add yours