Menangkap Perkembangan AI dalam Lanskap Pendidikan

Estimated read time 4 min read

dlbrw.com, JAKARTA – Kecerdasan Buatan (AI) berkembang pesat dan mengubah lanskap pendidikan secara signifikan. Keberadaannya membawa peluang sekaligus ancaman. Institusi pendidikan harus memilih, memetakan dan mengintegrasikan berbagai alat AI tersebut untuk meningkatkan proses pembelajaran.

Diskusi serius mengenai kecerdasan buatan, khususnya di bidang pendidikan, jarang terjadi di Indonesia. Suka atau tidak suka, kecerdasan buatan telah menjadi bagian integral dari bidang ini. Pepita Gunawan, pendiri dan direktur pelaksana PT Infrastruktur Generasi Indonesia (REFO), mengatakan penggunaan kecerdasan buatan dalam dunia pendidikan, khususnya oleh pelajar, berpotensi menggila jika lembaga pendidikan tidak merespon dengan cepat.

Oleh karena itu, institusi pendidikan perlu mendobrak hambatan dalam penggunaan AI dalam pendidikan. Oleh karena itu, perlu adanya kebijakan dan peraturan seputar AI setidaknya di tingkat organisasi.

“Di Indonesia, belum banyak teks yang membahas secara mendalam penggunaan kecerdasan buatan dalam bidang pendidikan. Apa saja kebijakan dan regulasinya serta bagaimana kita bisa memilih AI yang tepat. Belum banyak dibahas. kecerdasan tidak hanya sebagai ‘asisten pribadi’, kecerdasan buatan juga dapat membantu kita memecahkan permasalahan yang sulit dan kompleks di dunia pendidikan,” kata Pepita dalam siaran persnya, Kamis (3/10/2024).

Pepita menambahkan AI dapat membantu mempersonalisasi pembelajaran sehingga meningkatkan keterlibatan siswa. “Faktanya, AI juga dapat membantu kita melindungi kesehatan mental siswa dan memberikan dukungan yang dibutuhkan guru,” tambahnya.

Baru-baru ini PT REFO menjadi tuan rumah Indonesia Future Learning Summit (IFLS) 2024. Presentasi diberikan oleh tujuh pakar dan praktisi teknologi dari Indonesia, Singapura, Inggris dan Kanada.

Pembicara utama di IFLS 2024 adalah pakar AI, seperti Dr. Ego Obi, mantan eksekutif Google dengan pengalaman lebih dari 20 tahun di bidang etika dan pendidikan AI. Selama sesi tersebut, Égo berbagi wawasan tentang kompleksitas etika AI dalam pendidikan serta menangani langkah-langkah praktis untuk mengintegrasikan AI ke dalam pendidikan.

IFLS 2024 juga menghadirkan tiga keynote speaker lainnya yang ahli di bidang teknologi pendidikan, khususnya kecerdasan buatan. Noudhy Valdryno adalah veteran pemerintahan dan kebijakan publik dan salah satu pendiri ACE Adventure Indonesia. Ryno membahas status dan kesiapan tata kelola AI di Indonesia, dan menyoroti pentingnya menciptakan infrastruktur dan kebijakan yang tepat untuk mendukung integrasi AI dalam pendidikan.

Jeff Lee dari Singapura, CEO dan pendiri Zoala, sebuah platform AI untuk kesehatan mental remaja. Dengan pengalaman lebih dari 20 tahun di bidang teknologi dan kesehatan mental, Jeff berbagi bagaimana AI dalam pendidikan dapat meningkatkan literasi kesehatan mental dan cara menerapkan teknologi AI terkait kesehatan mental untuk meningkatkan pengalaman belajar mengajar.

Lalu ada Miklos Sunario, 20 tahun, CEO dan salah satu pendiri EduBeyond, sebuah startup AI berbasis di Kanada yang menggunakan model MRAFE untuk mempersonalisasi pendidikan dan menutup kesenjangan pembelajaran.

Jeff Lee mengatakan ada visi bersama tentang bagaimana kecerdasan buatan dapat mengubah pendidikan agar tidak hanya meningkatkan hasil pembelajaran tetapi juga fokus pada perkembangan holistik siswa, termasuk kesehatan mental dan emosional mereka. “Saat kita merangkul kecerdasan buatan, kecerdasan buatan, penting untuk memprioritaskan pertimbangan etika dan kesiapan, memastikan bahwa guru kami mendapat dukungan dan kesejahteraan siswa tetap menjadi inti dari semua penerapan AI,” kata Jeff. mengatakan di halaman LinkedIn-nya.

Selain keynote address, IFLS 2024 juga meluncurkan sesi “Ter AI AI”, dimana tiga pakar teknologi pendidikan Steven Sutantro, Devi Yulianti dan Adi Iskandar mendemonstrasikan cara menggunakan kecerdasan buatan di kelas untuk meningkatkan kinerja belajar siswa. terlibat dalam

Sekitar 300 peserta juga menunjukkan antusias dan aktif mengikuti setiap kegiatan. Semua pembicara ditanyai beberapa pertanyaan.

Kedalaman kontennya, terutama melalui pemaparan berbagai studi kasus. Pematerinya sangat berpengetahuan di bidangnya masing-masing, kata Winda Veronica Silahi, peserta pelatihan di Sekolah Hikmah Nanyang Medan.

Melalui inisiatif ini, REFO bertujuan untuk menciptakan masa depan pendidikan yang lebih inklusif dan berkualitas dengan memanfaatkan teknologi, khususnya kecerdasan buatan. Dengan berkembangnya kecerdasan buatan dan perangkat digital lainnya, siswa di Indonesia memiliki akses yang lebih luas terhadap materi pembelajaran yang disesuaikan dengan kebutuhan mereka. REFO mendorong penerapan teknologi AI dalam sistem pendidikan Indonesia dan mempersiapkan generasi masa depan untuk menghadapi tantangan global.

Pepita Gunawan mengatakan IFLS merupakan langkah nyata integrasi teknologi dalam pendidikan di Indonesia. “Kami percaya bahwa kecerdasan buatan memiliki potensi yang sangat besar untuk meningkatkan kualitas pendidikan di negara kita dan program ini merupakan peluang untuk mengembangkan kebijakan dan kemitraan baru yang akan membawa perubahan positif,” jelas Pepita.

Dari

Dari

You May Also Like

More From Author

+ There are no comments

Add yours