Jasmerah! Ini Sejarah, Latar Belakang, dan Kronologi Meletusnya G30S PKI yang Jangan Dilupakan

Estimated read time 4 min read

Jakarta – Jasmirah (jangan lupa tanggalnya). Inilah sejarah, latar belakang dan sejarah tragedi proliferasi G30S/PKI. Peristiwa Gerakan 30 September 1965 (G30S/PKI) menjadi tanda hitam dalam sejarah politik bangsa Indonesia.

Peristiwa yang memakan banyak korban jiwa para pahlawan revolusi ini akhirnya lahir pada tanggal 1 Oktober sebagai Hari Santo Pacasila. Artikel kali ini akan mengupas sejarah, latar belakang dan kronologi G30S/PKI, simak yuk!

Sejarah G30S PKI

Mengacu pada Keputusan Presiden (Capris) Nomor 28 Tahun 1975, G30S PKI adalah peristiwa makar/pemberontakan yang dilakukan oleh Partai Komunis Indonesia (PKI) dan/atau pendukungnya pada tanggal 30 September 1965 yang dilakukan terhadap Pemerintah Republik Indonesia , termasuk pergerakan/kegiatan persiapan serta pergerakan kegiatan yang sedang berlangsung.

Gerakan G30S/PKI yang dipimpin Dipa Nusantara (DN) Edith terjadi di Jakarta dan Yogyakarta dan melibatkan satuan Prakajirewa di bawah kendali Kolonel Onthong Siamsuri.

Gerakan ini awalnya menargetkan para perwira senior dan Dewan Umum dengan menculik mereka ke Lobing Boya. Namun saat dieksekusi, tiga orang tewas seketika di tempat.

Korban G30S PKI adalah Letjen Ahmed Yani (Menteri/Panglima TNI/Panglima), Mayjen R. Suprato (Wakil II/Panglima), Mayjen Mas Tertudarmo Harjono (Wakil 3 Panglima), Mayjen S. Parman (Wakil Menteri/Panglima I), Brigjen DI Panjitan (Wakil Menteri/Panglima VI) dan Brigjen Sotojo Sesumihardjo (Inspektur Kehakiman Angkatan Darat).

Dalam kejadian tersebut, Jenderal AH Nasution (Minhankam) berhasil lolos dari upaya penculikan. Namun dalam kejadian tersebut, putrinya Ade Irma Suryani yang berusia lima tahun dan wakilnya Lettu Pierre Andreas Tindian tewas. Gerakan ini juga menyebar di Yogyakarta. Kolonel Katamso dan Kolonel Sogiano menjadi korban karena tidak mendukung gerakan ini.

Wallpaper G30S PKI

PKI menjadi partai penting dan mempunyai pengaruh kuat dalam politik Indonesia. Berdasarkan buku Communism and Economic Development karya Roger W. Benjamin dan John H. Katsky (1968), keanggotaan PKI mencapai 3 juta orang pada tahun 1965.

PKI juga mempunyai sejumlah organisasi pendukung, seperti Gerakan Perempuan Indonesia (Girwani), Pemuda Rakjat, Organisasi Buruh Indonesia Pusat, Front Tani Indonesia, Ikatan Cendekiawan Indonesia, dan Lembaga Kebudayaan Rakyat (.Lekra). .

Jika dijumlahkan, anggotanya mencapai seperlima dari total penduduk Indonesia saat itu. Peristiwa G30S PKI dilatarbelakangi oleh persaingan politik antara PKI dan TNI.

PKI sebagai kekuatan politik prihatin dengan memburuknya kesehatan Presiden Sukarno. Saat itu, PKI sedang berkembang di bawah pemerintahan Sukarno. Sukarno menerima dan melaksanakan banyak sarannya.

Misalnya saja tentang pembentukan Angkatan Kelima yang menjadikan kaum buruh dan tani menjadi kekuatan militer untuk mendukung operasi militer seperti Duikura yang sedang berlangsung saat itu. Juga terkait pembubaran Partai Masoumi yang dianggap bertanggung jawab atas peristiwa PRRI/Persemesta.

TNI yang dipimpin Jenderal AH Nasution tidak setuju dengan usulan Angkatan Kelima sebagai kekuatan militer Indonesia. TNI khawatir PKI akan menyalahgunakan penggunaan senjata oleh buruh dan tani untuk melakukan pemberontakan.

Selain itu, saat itu beredar kabar bahwa PKI sedang mempersiapkan rencana kudeta. Pada awal Agustus 1965, Presiden Sukarno tiba-tiba pingsan setelah berpidato.

Banyak pihak yang menilai usianya tidak akan lama lagi, sehingga pertanyaan besarnya adalah siapa pengganti Presiden Sukarno? Persoalan ini menyebabkan meningkatnya persaingan antara PKI dan TNI.

KRONOLOGI G30S PKI Menurut buku Sejarah Indonesia Modern (MC Ricklefs, 2004), pada tanggal 27 September 1965, Panglima TNI (Pangad) Angkatan Darat Letjen Ahmad Yani mengumumkan penolakannya terhadap pembentukan pasukan kelima TNI AD. . melakukan .

Tiga hari kemudian, tanggal 30 September, pada malam hari, Batalyon Pengawal Istana dipimpin Letkol Onthong Siamsuri, satu batalyon Divisi Dipongoro, satu batalyon Divisi Brawijaya, dan masyarakat sipil Pemuda Rakjat menyerang Bandara Halim Pradhanakosuma. .keluar dari Basis.

Mereka bertanggung jawab atas petugas penculikan dan dewan jenderal. Pasukan mulai bergerak pada pukul 0300 WIB. Enam jenderal diculik, dua tewas di tempat, dan sisanya dibawa ke Lubang Boya, Pondok Ged, Jakarta Timur, di mana mereka meninggal karena penyiksaan.

Korban pembunuhan tersebut adalah Letjen Ahmad Yani, Mayjen S. Parman, Mayjen R. Suprato, Brigjen DI Panjithan, Mayjen MT Harjuno, dan Brigjen Sutojo Sesumihardjo.

Mayat mereka ditemukan beberapa hari kemudian. Salah satu jenderal selamat dari penculikan tersebut, namanya Jenderal AH Nasution. Namun yang menjadi korban adalah putrinya Ed Irma Soryanni dan asistennya Leto Pierre Tandian. Korban lainnya, Brigadir Polisi KS Toban, tewas saat menjaga rumah dokter. J.Leiman.

Gerakan ini juga menyebar ke Yogyakarta. Kolonel Katamso dan Kolonel Sogiano dikorbankan karena tidak mendukung gerakan G30S PKI. Setelah sukses melakukan penculikan dan pembunuhan terhadap petinggi TNI AD, PKI menguasai gedung Negara Republik Indonesia (RRI).

PKI mengeluarkan dekrit bertajuk SK no. 1 menyatakan bahwa gerakan G30S merupakan upaya penyelamatan negara dari Dewan Jenderal yang ingin mengambil alih negara.

Saya mengutip dari buku Kehancuran Kelompok Komunis di Indonesia (Abd al-Shikor, 2008).

Para pemimpin partai harus memutuskan apakah akan mendukung militer atau komunisme. Setelahnya, para pimpinan partai dan ormas menggelar kuliah umum di Taman Sunda Kelapa.

Di akhir pertunjukan, mereka membacakan pernyataan bersama yang mengecam kudeta 30 September yang merenggut nyawa 6 jenderal.

Pernyataan tersebut menegaskan bahwa PKI adalah dalang kudeta sehingga PKI dan afiliasinya harus dibubarkan. Akhirnya pada tanggal 12 Maret 1966, pemerintah resmi membubarkan PKI.

You May Also Like

More From Author

+ There are no comments

Add yours