Bahlil: Hilirisasi Nikel Beri Nilai Tambah Perekonomian 10 Kali Lipat

Estimated read time 2 min read

dlbrw.com, JAKARTA – Kebijakan industri nikel yang mengolah bahan baku menjadi bernilai tambah tinggi (hilirisasi) berdampak pada peningkatan produksi nikel, kata Menteri Investasi/Ketua Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), Bahlil Lahadalia. Industri nikel. Ekonomi bisa ditingkatkan 10 kali lipat. Bahlil mengatakan, hal ini terlihat dari keuntungan ekspor turunan nikel yang sebesar $3,3 miliar pada tahun 2017 dan akan meningkat menjadi $33,5 miliar pada tahun 2023.

“Pada 2017-18, ekspor nikel kita hanya US$3,3 miliar,” kata Bahlil. “Setelah mereka berhenti, kita membangun industri dan menciptakan hilir. Pada tahun 2023, ekspor kita akan mencapai US$33,5 miliar, meningkat 10 kali lipat Selasa (Juli).” 30 Agustus 2024).

Dia menjelaskan, harga jual bijih nikel yang diolah menjadi nikel sulfat 11,4 kali lebih tinggi dibandingkan bijih nikel, sehingga harga jual katoda 37,5 kali lebih tinggi dibandingkan bijih nikel, sedangkan harga jual bijih nikel yang diolah menjadi baterai 11,4 kali lipat. 67,7 kali lebih tinggi.

Selain itu, kata dia, proyek nikel juga menjadikan Indonesia sebagai salah satu produsen baja tahan karat terbesar di dunia dan negara potensial untuk mengembangkan investasi energi terbarukan, khususnya baterai kendaraan listrik.

“Bahan baku mobil listrik adalah mangan, kobalt, litium, dan nikel,” kata Bahlil. “Cadangan nikel Indonesia mewakili 25% dari total cadangan nikel dunia.”

Kementerian Investasi/BKPM mencatat volume realisasi investasi industri manufaktur pada Januari hingga Juni 2024 (Q1) mencapai Rp 181,4 triliun. Angka ini meningkat sebesar 21,9% secara tahunan, dengan jumlah investasi pada industri nikel mencapai 80,9 triliun rupiah, industri tembaga sebesar 28 triliun rupiah, industri bauksit sebesar 5,1 triliun rupiah, dan industri timah sebesar 0,1 triliun rupiah.

Selain itu, sektor kehutanan senilai Rp24,5 triliun, pertanian senilai Rp23,6 triliun, petrokimia senilai Rp13,2 triliun, dan baterai kendaraan listrik senilai Rp6 triliun.

You May Also Like

More From Author

+ There are no comments

Add yours