OJK Lampung sebut perlu pemerataan penyaluran kredit di daerah

Estimated read time 2 min read

Bandarlampung dlbrw.com – Ketua Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Provinsi Lampung Otto Fitriandy mengatakan pemerataan penyaluran kredit di wilayahnya perlu dilakukan untuk meningkatkan pemerataan pembangunan daerah. “Meski total pinjaman perbankan di Lampung mencapai Rp82,63 triliun pada triwulan II tahun 2024, namun penyaluran kredit masih belum merata, dan untuk mencapai tujuan tersebut perlu dilakukan peningkatan porsi penyaluran kredit yang lebih merata di Lampung. dipromosikan.” Pemerataan pembangunan,” kata Otto Fitriandy di Bandarlampung, Selasa. Ia mengatakan, sebaran pertumbuhan dan kredit per daerah dan kota pada triwulan II tahun 2024 di Provinsi Lampung masih terkonsentrasi di tiga wilayah: Kota Bandarlampung dengan pertumbuhan Rp 1,74 triliun, Kota Metro sebesar Rp0,44 triliun dan Lampung Tengah sebesar Rp0,18 triliun. “Sebaran pinjaman di Kota Bandarlampung masih berada pada level tertinggi yakni 56,63 persen dengan nominal Rp46,23 triliun atau 56,28 persen dibandingkan yang pertama. triwulan tahun 2024. dengan peningkatan. “Bank perekonomian mencapai Rp3,61 triliun,” ujarnya. Ia menambahkan, daerah yang mengalami penurunan penyaluran kredit pada triwulan II tahun 2024 adalah Kabupaten Tulang Bawang Barat dengan total penyaluran kredit pada triwulan II sebesar 3,14 persen 2024 Rp 46,96 Miliar Baca juga: OJK Lampung: 12 SCF diterbitkan untuk pembiayaan UMKM lokal Baca juga: OJK: Perekonomian Lampung Tumbuh Positif “Kemudian pada triwulan II tahun 2024, kredit bermasalah atau non-performing loan perbankan di Lampung Terkait piutang, terjadi peningkatan dibandingkan periode yang sama tahun 2023 yaitu 0. “Hal ini terjadi karena peningkatan ekspansi kredit yang dilakukan perbankan dan nilai nominal kredit bermasalah meningkat sebesar Rp 0,16 triliun,” ujarnya. . Pada triwulan II, perbankan di Lampung berhasil mengendalikan kualitas kredit dengan menjaga tingkat kredit bermasalah pada level 2,43 persen. “Tiga sektor ekonomi penyumbang kredit bermasalah terbesar adalah sektor grosir dan ritel sebesar Rp0,71 triliun atau 35,74 persen, sedangkan peminjam nonkomersial sebesar Rp0,43 triliun atau 21,64 persen,” imbuhnya. Kemudian sektor pertanian, perburuan, dan kehutanan sebesar Rp0,29 triliun atau 14,67 persen. Baca juga: OJK sebut penyaluran kredit UMKM di Lampung meningkat 14,53 persen Baca juga: Satgas Definitif perkuat koordinasi pemberantasan kegiatan keuangan ilegal

You May Also Like

More From Author

+ There are no comments

Add yours