Bersama Partai Perindo, Deden Nasihin-Neneng Efa Siap Wujudkan Cianjur BERKAH

Estimated read time 5 min read

CIANJUR – Calon Pengurus dan Wakil Pengurus Nasional (bacabup-bacawabup) Cianjur 2025-2030 Deden Nasih dan Dr Neneng Efa Fatimah akan mendaftar ke Komisi Pemilihan Umum (KPU) Kabupaten Cianjur hari ini, Rabu, 28 Agustus 2024.

Dimotori dan didukung oleh Partai Profesional, Perindo dan PKS, pasangan ini berkomitmen untuk mencapai BERKAH (Persaingan, Khidmah dan Amanah) Cianjur.

Deden Nasihin-Neneng Efa tiba di KPU Kabupaten Cianjur bersama pimpinan partai pendukung antara lain DPD Partai Golkar Kabupaten Cianjur TB Mullyana Syahrudin, Ketua DPD PKS Cianjur Dadan Suryanegara dan Ketua DPC Perindo Cianjur Teni Ansar Mulya. dan Sahabat Berkah yang rela dan penuh kasih sayang.

Pimpinan DPD Partai Profesional Jabar yang diwakili Menteri Keuangan Umum Metty Triantika pun turut hadir memberikan dukungan sehingga membuat suasana pendaftaran semakin meriah.

Usai registrasi resmi, Bacabup Cianjur Deden Nasih menyampaikan sambutan yang memuat visi, misi, dan komitmennya jika kelak terpilih menjadi Bupati Cianjur.

Deden Naxixin (biasa disapa Conde Nas) mengatakan, kenyataan menunjukkan berbagai permasalahan pembangunan di Kabupaten Zhanyul masih belum terselesaikan. Akibatnya, Chiang Ngoc tertinggal dibandingkan daerah lain di Jawa Barat dan bahkan Indonesia.

Condenas mengatakan permasalahan pertama adalah Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Kabupaten Ciangok yang menjadi parameter kesejahteraan masyarakat berada di peringkat terbawah Provinsi Jawa Barat yang hanya mencapai 68,18.

Bahkan masih jauh lebih rendah dibandingkan wilayah kepulauan terluar Indonesia seperti Kabupaten Natuna yang memiliki IPM 78,23 dan Kabupaten Kepulauan Talo yang memiliki IPM 71,14.

“Ada kurang dari dua kabupaten di Papua Barat, seperti Kabupaten Yapen dengan IPM 68,41 dan Kabupaten Biaknupur dengan IPM 72,85,” kata Condenas.

Lalu, kata Condenas, ada pula permasalahan Bupati Zhanyu, indeks pendidikannya juga sangat rendah, yakni hanya 7,2 tahun atau setara dengan kelas tujuh SMP, dan indeks kesehatan 74,61.

“Realitas ini sangat mengkhawatirkan dan mencerminkan ketidakmampuan pemerintah daerah dalam memberikan layanan pendidikan dan kesehatan serta kehidupan perekonomian sebagai penopang utama,” kata Condenas.

Condenas mengatakan permasalahan besar lainnya adalah semakin kompleksnya perekonomian Kabupaten Tianyu, dengan pengeluaran riil per kapita hanya 8,6 juta rupiah per tahun, terendah di Jawa Barat.

“Hal ini berdampak pada sebagian besar masyarakat miskin, yaitu 10,23% atau 240.100 jiwa dari penduduk miskin di wilayah Cianjul,” kata Wakil Ketua DPD Partai Profesional Jabar itu.

Condenas mengatakan permasalahan ketiga yang melanda Kabupaten Cianjur adalah tingginya angka pengangguran. Berdasarkan data, tingkat pengangguran masyarakat (TPT) Kabupaten Cianjur sebesar 7,71%.

Hal ini bertolak belakang dengan potensi wilayah tersebut sebagai kawasan pertanian yang mampu menyerap tenaga kerja dalam jumlah besar.

Masalah keempat adalah kesenjangan regional dan terbatasnya konektivitas, kata Condenas. Perbedaan yang signifikan antara wilayah utara, tengah dan selatan menunjukkan ketimpangan pembangunan yang sistemik.

Wilayah utara umumnya lebih berkembang. Sedangkan bagian tengah dan selatan berjauhan.

Situasi ini semakin diperparah dengan buruknya kualitas infrastruktur jalan. Saat ini, 41,6 kilometer jalan berada dalam kondisi buruk dan 304,2 kilometer jalan rusak berat. Hal ini mencerminkan kegagalan pembangunan infrastruktur, menghambat pergerakan manusia dan aktivitas perekonomian. . “

Condenas mengatakan permasalahan kelima adalah Kabupaten Zhanyu memiliki pendapatan asli daerah (PAD) yang rendah. Pada tahun 2023, PAD Kabupaten Cianjur hanya sebesar Rp4,2 triliun dengan total pendapatan daerah sebesar Rp436,5 miliar.

Ketergantungan yang tinggi pada transfer pemerintah menunjukkan lemahnya basis ekonomi lokal sehingga tidak mampu memaksimalkan potensi ekonominya.

Padahal potensi dan peluang investasi Cianjur sangat tinggi. Begitu pula kemungkinan terjadinya PAD akibat pajak juga sangat tinggi. Permasalahan keenam yang mendera Cianjur adalah banyaknya kasus perdagangan manusia di Cianjur.

Fakta ini menjadikan Chiang Ngoc sebagai salah satu kasus perdagangan manusia terbesar di Indonesia.

“Masalah ini tidak hanya mencerminkan rendahnya tingkat pendidikan, kemiskinan dan tingginya pengangguran, namun juga kesenjangan besar dalam perlindungan sosial dan penegakan hukum,” kata Condenas.

Saat itu, Conde Nast juga menangani masalah sampah, namun tidak tertangani dengan baik. Pada tahun 2023, porsi pengelolaan sampah hanya sebesar 18,87%.

Kenyataan ini mencerminkan kelemahan mendasar dalam pengelolaan sampah baik dari sumbernya maupun di hilir tempat pengolahan dan pembuangannya.

“Jika upaya signifikan tidak dilakukan di bidang pengelolaan sampah, Kabupaten Zhanyu akan menghadapi darurat sampah yang berdampak pada kesehatan masyarakat, investasi, dan daya tarik pariwisata,” ujarnya.

Kang Denas mengatakan, sistem merit ASN belum diterapkan di Kabupaten Cianjur. Dalam praktik birokrasi Pemerintah Kabupaten Zhanyu, belum diterapkannya sistem merit dalam rekrutmen dan pengembangan karir ASN.

Hal ini tercermin dari indeks sistem merit Kabupaten Cianjur yang masih berada pada kategori rendah.

Kenyataan tersebut menunjukkan bahwa ketika ASN dipekerjakan, seringkali mereka tidak memperhatikan pelatihan dan pengetahuan profesi, namun ragu dengan kondisi yang disukai dan tidak disukai. Akibatnya, birokrasi seringkali memperlambat kemajuan dan mempengaruhi kinerja pembangunan.

Conde Nast menjelaskan daya saing dimaknai sebagai cerminan Kabupaten Cianjur yang diwujudkan dalam aspek sosial dan ekonomi serta dapat dilihat dalam tiga pilar yaitu Sehat, Cerdas dan Sejahtera.

Daya saing ditandai dengan peningkatan akses dan kualitas pelayanan kesehatan dan pendidikan, peningkatan kesejahteraan masyarakat dan daya saing ekonomi, serta berkurangnya kesenjangan antar daerah.

Khidma dimaknai sebagai cerminan Kabupaten Cianjur dan tercermin dalam seluruh aspek kehidupan masyarakat dengan menampilkan tiga pilar utama yaitu agama, persatuan dan pelestarian budaya lokal.

“Amanah dimaknai sebagai cerminan Kabupaten Cianjur yang tercermin dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah yang tercermin dalam tiga pilar utama yaitu ketangkasan, kolaborasi, dan kejujuran dan melindungi warganya,” ujarnya.

Conde Nas mengatakan, misi Camat Cianjur-Cawabup Deden Nasihin-Neneng Efa Fatimah 2025-2030 disebut Panca Cita Jalan Perubahan. Lima butir misi Panca Cita meliputi:

1. Mewujudkan masyarakat yang sehat, cerdas dan sejahtera.

2. Melaksanakan daya saing perekonomian daerah berdasarkan potensi keunggulan.

3. Mempercepat pembangunan infrastruktur yang berkeadilan dan ramah lingkungan.

4. Pemerintahan yang kooperatif yang melaksanakan jaminan pelayanan.

5. Akan tercipta masyarakat yang bergantung pada agama, budaya dan keluarga.

Prajurit kegelapan

Condenas mengatakan, persoalan inti Pilkada Zhanyul 2024 merupakan persoalan mendasar, khususnya netralitas birokrasi yang mulai terwujud secara sistematis, terstruktur, dan berskala besar. Seharusnya ada LO di setiap jalan untuk memenangkan kandidat.

“Semua ini harus kita lawan. Kita bentuk Laskar Pekat (Kontrol Birokrasi) yang bertugas memantau gerak-gerik birokrat yang memihak pasangan calon,” kata Condenas.

You May Also Like

More From Author

+ There are no comments

Add yours