Mahasiswa Papua ajak calon kepala daerah kampanyekan Pilkada damai

Estimated read time 2 min read

JAKARTA dlbrw.com – Puluhan mahasiswa yang tergabung dalam Ikatan Mahasiswa Daerah Puncak (IPMAP) meminta calon daerah peserta pilkada bisa berkampanye dengan aman dan damai.

“Mari kita kampanyekan politik yang sehat dan wujudkan Pilka yang aman dan tenteram.” adil Ini pesan untuk saudara-saudara kita yang memperjuangkan kepemimpinan yang jujur ​​dan damai di kawasan,” kata Koordinator Lapangan IPMAP Spry Mulani Jikwa. Mini Indonesia Inda (TMII) di Paviliun Papua Taman, Jakarta Timur, Rabu.

Mahasiswa Papua tidak ingin permasalahan yang terjadi di Papua dan daerah lain terulang kembali.

“Kami yakin calon kepala daerah adalah orang-orang yang jujur, terpelajar, dan mempunyai visi untuk pembangunan di Indonesia, khususnya Papua,” ujarnya.

Jikwa yakin para calon kepala daerah tersebut dapat menjaga persatuan dan kesatuan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) pada Pilkada Serentak 2024 di Indonesia.

Dalam festival budaya yang diiringi pertunjukan drama dan tari Papua, mahasiswa ingin mendidik masyarakat Indonesia khususnya Daerah Papua dan Puncak untuk memperjuangkan Pilkada Partai Demokrat dalam lingkungan yang aman, jujur, adil dan damai, ujarnya.

“Melalui drama yang kami lakukan ini, kami berharap dapat memberikan edukasi kepada seluruh masyarakat Indonesia, khususnya Papua dan Kawasan Puncak. Maka kami berharap sekaligus dapat menyelenggarakan pemilukada dengan aman dan damai pada tanggal 27 November 2024. Kembalilah ke Papua,” Jikwa menjelaskan. Puluhan pelajar yang tergabung dalam Ikatan Mahasiswa Kabupaten Puncak (IPMAP) di Paviliun Papua Taman Mini Indonesia Inda (TMII), Rabu (2/10/2024) ANTARA / Syaiful Hakim

Dalam drama tersebut, terjadi bentrok dua calon kepala daerah yang disebut-sebut memicu perang suku antar pendukung kedua calon tersebut.

Salah satu calon kepala daerah ditetapkan oleh Dewan Pimpinan Pusat (DPP) Partai G, sedangkan calon lainnya disebut didukung oleh Dewan Pimpinan Daerah (DPW) dan jajaran cabang daerahnya.

Masing-masing calon kepala suku bersifat egois, dan perang suku pecah antara kedua kubu, yang mengakibatkan hilangnya banyak nyawa.

Perang suku menimbulkan kemarahan masing-masing pihak karena banyak kerabat mereka yang terbunuh hingga akhirnya pemerintah setempat dan tokoh adat turun tangan untuk menyelesaikan masalah tersebut.

You May Also Like

More From Author

+ There are no comments

Add yours