Bukan cuma Pencernaan, Sakit Perut Bisa Jadi Tanda Anak Alami Masalah Kecemasan

Estimated read time 3 min read

dlbrw.com, JAKARTA — Psikolog RSUD Tarakan Jakarta, dr Zulvia Oktanida Sarif mengatakan, sakit perut sebenarnya bisa menjadi pertanda anak mengalami masalah kecemasan. Terkait hal tersebut, Zulvia mengimbau para orang tua untuk peka terhadap anaknya dan tidak langsung menghakiminya. 

“Kalau anak-anak, mungkin ditandai dengan sakit perut dan tidak masuk sekolah. Misalnya kita diperiksa ke dokter anak, tidak ada masalah berarti ada tanda tanya, kata Zulvia dalam diskusi online yang digelar RSUD Tarakan Jakarta dalam rangka Hari Anak Nasional, Selasa (23). /7/2024). 

Jika anak mengalami hal tersebut, orang tua dapat mencoba menganalisis apa yang terjadi. Misalnya, jika anak tidak mau bersekolah, orang tua bisa mencoba mencari tahu apa yang dialami anak di sekolah. 

Zulvia menambahkan, peran dan kepekaan orang tua sangat diperlukan dalam mengatasi kekerasan terhadap anak. Karena tidak semua anak dapat mengatakan atau mengungkapkan dengan baik apa yang terjadi pada dirinya. 

“Jadi kita perlu ‘mewaspadai’ perubahan perilaku anak. Karena mereka tidak bisa langsung menyampaikannya,” kata Zulvia. 

Zulvia mengatakan, anak yang menderita gangguan kecemasan juga biasanya akan mengalami gejala seperti rasa takut, gelisah, dan rewel jika anak yang mengalaminya masih terlalu kecil. Selain lebih peka terhadap tingkah laku anak, Zulvia juga mengimbau para orang tua untuk mendengarkan anaknya baik-baik. Dengan cara ini, anak akan merasa lebih nyaman dan terbuka dengan orang tuanya.

Ia juga mengimbau masyarakat untuk tidak menganggap remeh, mengabaikan atau mengabaikan anak-anak yang terpapar kekerasan. Sebab, menurut Zulvia, anak yang pernah mengalami kekerasan berisiko tinggi mengalami gangguan jiwa di kemudian hari. 

Bahkan, hal tersebut juga dapat memengaruhi kemampuannya dalam membangun hubungan yang sehat dan menjalani kehidupan yang produktif. “Jika hal ini dibiarkan dalam jangka waktu yang lama tentu akan berdampak pada kesehatan anak, baik fisik maupun mental. Dan tentang hubungannya. Anak-anak mungkin memiliki “masalah kepercayaan” saat mereka tumbuh dewasa, kata Zulvia.

Ia menjelaskan, orang tua juga perlu mengetahui bahwa kekerasan ada banyak jenisnya, yaitu kekerasan fisik, kekerasan seksual, kekerasan emosional, dan penelantaran.

Oleh karena itu, para orang tua harus mewaspadai jika anaknya mengalami gejala kesehatan mental akibat kekerasan, kata Zulvia. 

Gejala gangguan kesehatan mental yang mungkin terjadi pada anak korban kekerasan antara lain kecemasan, depresi, gangguan stres pasca trauma (PTSD), dan masalah perilaku.

“Jika demikian, cari tahu apa penyebabnya dan segera temui profesional,” kata Zulvia.

Selain itu, kata Zulvia, jika ada anak yang mengalami kekerasan, maka orang tualah yang bisa menjadi pihak pertama yang melakukannya. Hal pertama yang dapat dilakukan orang tua adalah menjaga keselamatan anak-anak mereka dan memberikan mereka dukungan emosional. 

Zulvia menegaskan, orang tua perlu berempati dan tidak menggunakan kata-kata yang menyalahkan anaknya. Selanjutnya, hindari mengajukan pertanyaan kepada anak Anda yang mengharuskannya menceritakan pengalamannya berkali-kali.

You May Also Like

More From Author

+ There are no comments

Add yours