Jaksel intervensi spesifik dan sensitif untuk atasi stunting

Estimated read time 3 min read

JAKARTA dlbrw.com – Pemerintah Kota (Pemkot Jaksel) Jakarta Selatan melakukan intervensi spesifik dan sensitif terhadap permasalahan gizi dan kesehatan di wilayah tersebut untuk mengatasi stagnasi. Untuk itu, kami sedang membahas kerja sama pencegahan masalah gizi, baik intervensi spesifik di bidang kesehatan, maupun intervensi sensitif di bidang non kesehatan, kata Kepala Eksekutif Jakarta Selatan Munjirin. Konsultasi penelitian dimulai. Aksi 3) Konvergensi penanggulangan kemacetan di Jakarta pada hari Jumat 2024.

Dijelaskan bahwa intervensi gizi spesifik merupakan intervensi langsung seperti pemberian suplemen gizi ibu hamil dan bayi dengan menyalurkan makanan sehat dari puskesmas. Sedangkan intervensi sensitif adalah intervensi yang secara tidak langsung mempengaruhi kejadian stunting, seperti perbaikan pola asuh orang tua, pemberian dukungan sosial, dan penyediaan fasilitas air bersih dan sanitasi. Menurut dia, permasalahan gizi masyarakat bukan merupakan tanggung jawab sektor kesehatan saja, karena permasalahan status gizi terjadi dalam jangka waktu yang lama. Baca juga: DKI Tingkatkan Akses Air Bersih Bagi Seluruh Warganya. Ia melanjutkan, penyebabnya berkaitan dengan berbagai sektor antara lain perekonomian, permasalahan sosial, pendidikan orang tua, pendapatan, ketersediaan pangan, pola pengasuhan, pengetahuan orang tua, kesehatan dan kebersihan. Kebiasaan gaya hidup. “Pada tahun 2023, pemerintah melakukan intervensi secara keseluruhan terhadap 615 bayi penderita stunting di Jakarta Selatan untuk intervensi stunting,” ujarnya. Oleh karena itu, pihaknya mengucapkan terima kasih kepada seluruh pihak yang terlibat, khususnya para karyawan atau Corporate Social Responsibility (CSR) yang turut membantu pelaksanaan pencegahan dan pengendalian kemacetan di Jakarta Selatan.

“Saya berharap apa yang kita sepakati akan melahirkan tindakan nyata dan optimal untuk membantu Jakarta Selatan keluar dari kemacetan,” ujarnya. Sementara itu, Direktur Kesejahteraan Rakyat Jakarta Selatan Khabib Asyngari menjelaskan, konsultasi kemacetan merupakan langkah penting yang harus dilakukan untuk memastikan terlaksananya rencana aksi intervensi untuk mencegah dan mengurangi kemacetan. BACA JUGA: Bappenas mendorong warga Jakarta untuk berperan lebih besar dalam mengurangi kemacetan “Maka kami berharap melalui konferensi kajian ini ada partisipasi lintas sektor dalam upaya pencegahan dan pengurangan kemacetan di Jakarta Selatan,” kata Khabib. Pada tahun 2024, Pemkot Jakarta Selatan merencanakan 16 kecamatan yakni Lenteng Agung, Srengseng Sawah, Pondok Labu, Cipete Utara, Kramat Pela, dan Grogol Selatan menjadi lokasi sentral penyelesaian permasalahan kemacetan lalu lintas. Kemudian Kebayoran Lama Selatan, Bangka, Tegal Parang, Kalibata, Pancoran, Pejaten Barat, Pejaten Timur, Bintaro, Menteng Atas, dan Menteng Dalam. Indonesia memiliki target penurunan prevalensi stunting hingga 14% pada tahun ini, dan angka tersebut masih akan tetap berada pada angka 21,6% di Indonesia pada pertengahan tahun 2023. Menurut statistik PBB tahun 2020, lebih dari 149 juta anak (22%) di seluruh dunia mengalami pertumbuhan terhambat, dimana 6,3 juta diantaranya adalah bayi yang terkena dampak, yaitu bayi Indonesia. Baca juga: Stabilitas Ekonomi dan Kualitas Hidup Jadi Fokus Pemprov DKI.

You May Also Like

More From Author

+ There are no comments

Add yours