Benarkah Anak Tunggal Punya Sifat Egois dan Keras Kepala?

Estimated read time 2 min read

dlbrw.com, JAKARTA — Pernahkah Anda mendengar ungkapan bahwa anak yang lebih besar suka memerintah, anak tengah suka memberontak, dan anak kecil selalu mendapatkan apa yang diinginkannya? Ada pula yang menganggapnya sebagai stereotip berlebihan.

Ini bukan hanya tentang saudara kandung, ada stereotip tentang anak tunggal. Menurut teori “sindrom anak tunggal”, tidak adanya saudara kandung meningkatkan kemungkinan seseorang mengembangkan sifat-sifat tertentu.

Menurut Christa Tse, LMHC, psikoterapis dan pendiri Uncover Mental Health Counseling, sindrom anak tunggal mengacu pada gagasan bahwa anak tunggal memiliki sifat negatif seperti egois dan keras kepala. Teori ini dimulai pada tahun 1896, ketika psikolog anak Amerika G. Stanley Hall mempublikasikan hasil penelitiannya secara nasional.

Dia menyadari bahwa anak tunggal mempunyai daftar panjang sifat-sifat negatif, sehingga dia menyimpulkan bahwa menjadi anak tunggal adalah sebuah “penyakit” tersendiri. Tak perlu dikatakan lagi, karyanya nampaknya kontroversial akhir-akhir ini.

Selama 50 tahun terakhir, psikolog anak telah mempertanyakan dan menyangkal banyak temuan Hall. Sebuah penelitian pada tahun 2019 terhadap lebih dari 20.500 orang dewasa menantang gagasan bahwa menjadi anak tunggal memengaruhi kepribadian secara signifikan.

Para ilmuwan telah menemukan bahwa tidak ada perbedaan kepribadian antara orang yang tumbuh dengan saudara kandung dan mereka yang dilahirkan bersama saudara kandung. Misalnya saja, anak tunggal mempunyai kemungkinan lebih besar menjadi neurotik, namun lebih cenderung supel.

Tidak banyak bukti ilmiah yang mendukung sindrom “hanya pada anak-anak”. Namun apa kata para ahli tentang perbedaan kepribadian antara anak tunggal dan anak bukan tunggal? “Pengalaman anak-anak sendiri sangat bervariasi, dan perkembangan mereka dipengaruhi oleh banyak faktor, termasuk gaya pengasuhan, status sosial ekonomi, dan akses terhadap interaksi dengan teman sebaya,” kata Rosado.

Rosado, misalnya, menyatakan bahwa hanya anak-anak perkotaan yang orang tuanya aktif secara sosial sejak usia dini yang mempunyai akses terhadap berbagai pengalaman budaya dan pendidikan. Selain itu, hanya anak-anak dari orang tua tunggal yang kaya yang mengamati tantangan yang dihadapi orang tuanya, mengembangkan ketahanan dan rasa tanggung jawab yang tinggi, namun menghadapi kesulitan karena tekanan ekonomi dan sumber daya yang terbatas.

Apakah hanya sindrom anak yang nyata? Konsensus umum adalah tidak. Hanya karena seseorang tidak dilahirkan dalam keluarga besar bukan berarti mereka pasti akan menjadi keluarga besar.

You May Also Like

More From Author

+ There are no comments

Add yours