Tuah Sumpah Palapa Gajah Mada Bungkam Keangkuhan Pembesar Kerajaan Majapahit

Estimated read time 3 min read

GAJAH Mada mengucapkan Sumpah Palapa setelah diangkat menjadi Amangkubum Kerajaan Majapahit. Ia bersumpah dalam sumpahnya bahwa ia tidak akan menikmati kesenangan pribadi sampai seluruh nusantara jatuh di bawah kekuasaan Majapahis.

Para petinggi kerajaan, termasuk Arya Tadah, yang sebelumnya mendukung Gajah Mada, memuji sumpah tersebut sebagai suatu hal yang mulia. Banyak yang tertawa dan mengabaikan janji Gaja Mada.

Namun ejekan dan kecurigaan ini tidak mampu menghentikan Gajah Mada. Di tengah arogansi para petinggi seperti Ra Kembar, Lembu Peteng, dan Jabung Tarewes, Gajah Mada menunjukkan ketabahan.

Dalam buku Mohammad Yamin Gajah Mada Pahlawan Persatuan Nusantara dijelaskan bahwa, “Sumpah tersebut dinamakan Sumpah Palapa yang artinya Gajah Mada akan menahan diri untuk tidak memikirkan dirinya sendiri dan berpuasa selama tujuan negara tidak tercapai.

Di hadapan para menteri dan di tengah-tengah paseba, Gajah Mada berjanji: “Hanya jika seluruh nusantara tunduk pada kekuasaan negara (Majapahit), saya akan berbuka puasa dari makan buah Palapa.”

Oleh karena itu, Gajah Mada mengatakan sumpah Palapa bukan sekedar omongan belaka, melainkan berdasarkan kajian mendalam, mengingat Kerajaan Majapahit menguasai 10 wilayah penting di bawah bendera Laut Kepulauan.

Ironisnya, Palapa Vala yang digagas Gajah Mada yang ingin mempersatukan nusantara justru mendapat kesulitan besar di kalangan petinggi Kerajaan Majapahit.

Mantan Gubernur Arya Tadah yang awalnya mendukung penggantian Gajah Mada sebagai Amangkubum, tidak percaya dengan sumpah Gajah Mada dan mengejeknya.

Alhasil, duel antara Gajah Mada dan Ra Kembar menjadi menentukan, dimana Ra Kembar akhirnya tewas di tangan para Mahapatih. Hal ini disusul dengan kekalahan Lembu Peteng dan Jabung Tarewes yang membungkam suara perbedaan pendapat di kalangan pejabat tinggi kerajaan.

Sumpah Palapa Gajah Mada bukan sekedar janji kosong. Dengan tekad yang kuat, ia merencanakan penaklukan 10 wilayah penting mewakili nusantara: Gurun (Lombok), Seram, Tanjung Pura (Kalimantan).

Haru (Sumatera Timur), Pahang (Semenanjung Melayu), Dompu (Sumbawa), Bali, Sunda (Jawa Barat), Palembang dan Tumasik (Singapura). Misi ini berlangsung selama 21 tahun dan menjadi jalan bagi Gajah Mada untuk mewujudkan mimpinya mempersatukan nusantara.

Salah satu permasalahan terbesarnya adalah Kerajaan Samudra Pasai, sebuah kerajaan Islam yang kuat di Sumatera. Gajah Mada mula-mula mengirimkan utusan untuk meminta Samudra Pasai tunduk kepada Majapahit, namun Raja Malikuddhahir II menolak mentah-mentah.

“Samudra Pasai adalah tanah berdaulat,” ujarnya.

Penolakan ini berujung pada penyerangan Majapahit yang mengirimkan 50 kapal untuk menyerang Samudra Pasai. Namun serangan pertama gagal dan pasukan Samudra Pasai mampu memukul mundur tentara Majapahit.

Selain Samudra Pasai, Bali juga menjadi sasaran ekspansi Gajah Mada. Di bawah kepemimpinan Sri Ratna Bumi Bante, Kerajaan Bali menentang kekuasaan Majapahit. Di Bali, Patih Kebo Iwa dikenal sebagai sosok sakti yang meneror Gajah Mada.

Meski demikian, Gajah Mada tidak berhenti. Gajah Mada Kebo menggunakan tipu daya untuk meminta Iwa menggali sumur untuk Majapahit. Namun saat Kebo Iwa berada di dalam sumur, Gaja Mada memerintahkan pasukannya untuk mengisi Kebo Iwa dengan batu.

Kebo Iwa yang kuat muncul dari tumpukan batu dan menantang Gajah Mada. Namun dalam pertarungan yang sengit, Kebo Iwa akhirnya memutuskan untuk menyerahkan nyawanya demi persatuan nusantara. Gajah Mada mengalahkannya dengan debu kapur yang melemahkan kesaktiannya.

Keberhasilan Gajah Mada tidak hanya membungkam para petinggi Macapahit yang angkuh, namun juga menandai kebesaran kerajaan Macapahit di bawah panji persatuan di bawah kepemimpinannya.

You May Also Like

More From Author

+ There are no comments

Add yours