Sinergi seluruh pihak jadi kunci Jabar pertahankan medali emas

Estimated read time 4 min read

Medan dlbrw.com – Tim voli putra Jawa Barat sukses mempertahankan medali emas voli indoor usai mengalahkan Jawa Tengah pada final PON Sumut Aceh 2024 di GOR GOR Sumut, Deli Serdang, Kamis malam.

Ini merupakan rekor dua medali emas berturut-turut di dua PON berbeda setelah Farhan Halim dan kawan-kawan menjadi yang terbaik di PON XX Papua 2021.

Keberhasilan berturut-turut tim putra Jabar mempertahankan medali emas tak lepas dari sinergi yang diberikan seluruh elemen tim baik manajemen, pelatih, hingga pemain.

Sinergi seluruh aspek

Pelatih kepala tim voli putra Jabar Samsul Jais menjelaskan, keberhasilan skuad Bumi Pasundan meraih medali emas PON kedua berturut-turut merupakan sinergi dalam segala aspek.

Samsul menjelaskan, kemenangan melawan Jateng merupakan kemampuan tim voli putra dan bukti bahwa hasil baik bisa terwujud berkat kontribusi semua pihak.

Alhamdulillah tentu ini sukses untuk sistem, bukan hanya pemain, tidak hanya pelatih, ada manajer, ada pengurus, kata Samsul.

“Saya kira ini yang perlu dijaga, ada sinergi antar pemain, pelatih, manajer, dan administrator. Memang Jabar kualitasnya bagus, tapi ini kemenangan berkualitas, bukan skor 3-1, 3-2. menang, kita bereskan,” sambungnya.

Bola Voli Jabar kembali bidik emas pada 2028

Usai sukses meraih medali di PON Aceh Sumut 2024, tim voli putra Jabar menargetkan kembali mencatatkan kemenangan di PON XXII NTB-NTT yang dijadwalkan digelar pada 2028.

Samsul menilai kehadiran banyak pemain berpengalaman yang diharapkan terus tampil di ajang tersebut hingga empat tahun ke depan bisa memberikan peluang bagus bagi Jabar untuk mempertahankan prestasinya.

“Saya tidak khawatir karena pemain terbaik di sini adalah Boy (Arnez Arabi), Hendra (Kurniawan), Fauzan (Nibraz), Dedi (Prasati), Luvi (Februari), mereka akan tetap bermain di PON mendatang,” kata Samsul. .

Selain pemain berpengalaman, Samsul yakin bibit-bibit bagus sudah ada karena Jabar punya perkembangan yang bagus di kelompok umur.

“Perkembangan Jabar pada kelompok umur ini sangat bagus, terbukti di usia 17 tahun, di usia 19 tahun sudah bisa bersaing di tingkat nasional,” jelas Samsul.

Senada, Ketua Pengurus Daerah (Pengda) PBVSI Jawa Barat, Agus Djumaedi menjelaskan, pada PON mendatang Jabar akan siap bersaing dengan tersedianya bibit-bibit baru yang berasal dari kompetisi berjenjang.

“Di Jabar sekarang lari, dulu di Kota Bandung, lalu masuk Jabar, kelompok umurnya lari dari 13, 15, 17, 19, lari. Ini efek dari proses pembinaan di klub-klub,” jelas Boy, nama panggilannya.

“Kemudian kejuaraan yang diadakan pusat juga antar klub, bukan antar pemain daerah. Dalam kejuaraan itu berarti klub-klub mempunyai jam terbang yang banyak dan melatih kemampuan bermainnya. tingkat regional, Jawa Barat, dan nasional,” lanjutnya.

Tak hanya di kategori putra, Jabar juga mengincar medali emas kembali di kategori putri dan pelatih tim putri Jabar Risco Herlambang yakin hal itu bisa tercapai.

Sedikit menyinggung prestasi tim voli putri Jabar yang meraih tiga medali emas berturut-turut dalam tiga edisi PON sebelumnya, Risco menilai pada edisi kali ini siklusnya saat ini menjadi milik Jatim.

Ia yakin pada edisi 2028, tim putri Jabar kembali mampu meraih emas, apalagi dengan beberapa pemain berpengalaman.

Menurut timnya, anak-anaknya kalah di final melawan Jawa Timur karena kelelahan fisik, meski Shella Bernadetha dan rekan-rekannya tampil apik dari babak penyisihan hingga final.

Ini multievent, siapkan mental, PON Jabar bisa bangkit lagi karena masih main, Laili, Aul, Selly, Salsabila,” jelas Risco.

Persaingan adalah kunci untuk menghasilkan pemain hebat

Boy menambahkan, kompetisi yang digelar di tingkat dasar atau daerah berperan besar dalam mencetak atlet-atlet yang bersaing membawa nama Jabar di tingkat nasional.

Yang penting kompetisi tetap berjalan, sekarang saya punya Jawa Barat, mau tidak mau apa yang dilakukan di Kota Bandung akan terlaksana, jelas Boy.

“Sekarang dengan kompetisi kelompok umur, 13, 17, 19, ada beberapa klub di daerah yang tampil di usia 13 tahun, tapi di usia 15, 17 tahun tidak terbuka, jadi dari situlah keluar pemain-pemain berbakat,” jelasnya. .

Meski bisa merekrut pemain dari daerah lain, Boy menegaskan persaingan menjadi pilar utama untuk membangun tim kuat dengan banyak pilihan pemain.

Lalu ada juga transfer dari daerah lain seperti Boy Arnez, tapi ke klub yang kualitas kepelatihannya bagus, termasuk Hendra, kata Boy.

“Yang paling penting sebetulnya kompetisinya dilakukan berdasarkan kelompok umur, itu yang bakal dibawakan bibit-bibit permainannya,” tutupnya.

You May Also Like

More From Author

+ There are no comments

Add yours