Layanan paylater bertumbuh di tengah penurunan daya beli

Estimated read time 5 min read

JAKARTA dlbrw.com – Selama beberapa tahun terakhir, penggunaan layanan Beli Sekarang Bayar Nanti (BNPL) atau Paylater tumbuh signifikan di Indonesia. Kemudahan akses dan menawarkan fleksibilitas pembayaran menjadi daya tarik utama konsumen.

Paylater atau BNPL adalah istilah yang merupakan singkatan dari Layanan Transaksi Pembayaran. Pada dasarnya Paylater adalah layanan untuk menunda pembayaran atau pinjaman yang harus dibayar kemudian. Dengan layanan ini, Anda bisa membeli produk tanpa melakukan pembayaran langsung, melainkan harus melakukan pembayaran bulanan beserta bunganya.

Berdasarkan laporan Otoritas Jasa Keuangan (OJK), nilai penyaluran Perusahaan Pembiayaan (PP) Beli Sekarang Bayar meningkat 33,64 persen menjadi Rp 6,81 triliun pada Mei 2024.

Statistik tersebut cukup mendukung untuk mengatakan bahwa pendanaan Pelator di Indonesia memiliki potensi pasar yang sangat besar seiring dengan berkembangnya perekonomian berbasis digital.

OJK Agsman, Kepala Eksekutif Pengawas Lembaga Keuangan, Perusahaan Modal Ventura, Lembaga Keuangan Mikro, dan Lembaga Jasa Keuangan Lainnya (PVML), bahkan mengatakan prospek yang cukup baik terlihat dari total rasio non-performing finance (NPF) terhadap NPF . PP BNPL masing-masing tercatat 3,22 persen dan 0,84 persen.

Dengan demikian, jika pertumbuhan pelet di koridor terkendali, tidak menimbulkan bahaya jika aturan mengenai hal tersebut diterapkan dengan baik.

Beberapa hal yang masih menjadi pertimbangan OJK antara lain persyaratan bagi perusahaan keuangan untuk melindungi aktivitas pembayar, kepemilikan sistem informasi, dan data pribadi.

Selain itu, catatan audit, sistem keamanan, akses dan penggunaan data pribadi, kerja sama dengan pihak lain, dan manajemen risiko juga ditinjau.

Penyebab ketertarikan

Hal ini tidak hanya menjadi fenomena dan bagian dari gaya hidup di Indonesia, namun berbagai negara mempunyai karakteristik unik dalam layanan pembayar, yang dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti tingkat perkembangan teknologi, literasi keuangan, dan peraturan pemerintah.

Namun ada beberapa tren umum yang bisa dicermati, seperti pertumbuhan pesat, fokus pada generasi muda, dan persaingan yang semakin ketat.

Tiongkok adalah salah satu negara dengan pertumbuhan tercepat dalam industri jasa pelet. Studi kasus di Tiongkok dapat memberikan wawasan tentang bagaimana layanan pembayaran seperti Alipay dan WeChat Pay telah mengubah lanskap pembayaran di negara tersebut.

Kedua raksasa teknologi ini mendominasi pasar pembayaran digital Tiongkok. Integrasi Paylater ke dalam platform mereka membuat layanan ini sangat mudah diakses oleh jutaan pengguna.

Salah satu dampak Peller adalah mendorong konsumsi di Tiongkok, khususnya di kalangan generasi muda. Namun, hal ini juga mendorong pertumbuhan e-commerce dan ekonomi digital secara umum.

Umumnya layanan ini digunakan di Tiongkok tidak hanya untuk belanja online tetapi juga untuk pembayaran tagihan, transportasi dan banyak layanan lainnya. Ini telah menjadi bagian integral dari gaya hidup masyarakat.

Sebagai mitigasinya, pemerintah Tiongkok telah mengeluarkan berbagai peraturan untuk mengelola pertumbuhan kredit, termasuk batasan jumlah pinjaman dan persyaratan kredit yang ketat.

Di negara lain misalnya Swedia yang terkenal dengan sistem keuangannya yang inovatif. Sebuah studi kasus di Swedia dapat memberikan wawasan tentang bagaimana layanan pembayar berkembang di negara dengan tingkat literasi keuangan yang tinggi.

Mereka dikenal dengan pendekatan inovatif terhadap fintech, namun juga memiliki peraturan ketat untuk melindungi konsumen.

Namun, meskipun tingkat literasi keuangannya tinggi, pekerja berupah tetap populer. Hal ini menunjukkan bahwa kemudahan akses dan fleksibilitas pembayaran menjadi daya tarik utama.

Penyedia layanan penggajian di Swedia sangat menekankan transparansi biaya dan ketentuan pembayaran. Tujuannya adalah untuk memberikan informasi lengkap kepada pengguna sebelum mengambil keputusan untuk menggunakan layanan.

Sejumlah penyedia pembayaran di Swedia telah bermitra dengan bank untuk memperluas jangkauan dan meningkatkan kepercayaan konsumen.

Sedangkan jika belajar dari Amerika Serikat, terdapat pasar servis bola yang sangat besar di negara tersebut. Sebuah studi kasus di Amerika Serikat dapat memberikan gambaran mengenai ketatnya persaingan antara berbagai penyedia layanan palatal dan dampaknya terhadap konsumen.

Pasar pelet di AS sangat kompetitif dengan banyaknya pemain baru. Pemain besar seperti Affirm dan Afterpay adalah pemain utamanya.

Layanan ini sangat populer di kalangan generasi muda yang seringkali memiliki akses terbatas terhadap kredit. Selain itu, peraturan mengenai pelet di AS masih terus berkembang. Otoritas keuangan berupaya melindungi konsumen dari jebakan utang.

Secara umum, pembayar di AS telah terintegrasi dengan banyak platform e-commerce, sehingga proses pembayaran menjadi sangat mudah dan cepat.

Pesatnya pertumbuhan pelletizer dan kehadirannya di banyak negara tentunya karena kemudahan akses dan kepraktisannya. Proses aplikasi yang sederhana dan cepat membuat Pelator semakin populer.

Selain itu, fleksibilitas pembayaran, termasuk pilihan cicilan tanpa bunga dan syarat yang berbeda, menarik minat konsumen untuk membeli produk atau layanan yang diinginkan. Mereka juga banyak berkolaborasi dengan platform e-commerce yang meningkatkan ketersediaan layanan Pelator.

Pengurangan risiko

Layanan gel di Indonesia terus berkembang di tengah kenaikan harga barang dan jasa secara umum sehingga menurunkan daya beli masyarakat.

Dengan demikian, potensi risiko bagi lembaga keuangan dapat timbul dari peningkatan jumlah kredit macet akibat ketidakmampuan nasabah membayar. Pada saat yang sama, seiring dengan meningkatnya jumlah penyedia layanan berbayar, hal ini dapat menciptakan persaingan tidak sehat dan berpotensi menurunkan kualitas layanan.

Oleh karena itu, Indonesia perlu memperketat regulasi untuk melindungi konsumen dan menjaga stabilitas sistem keuangan, seperti negara lain.

Selama ini OJK terus memantau perkembangan industri pelet di Indonesia. Bahkan, pemerintah terus menggalakkan literasi keuangan agar masyarakat memahami risiko dan manfaat mengakses berbagai instrumen keuangan, termasuk pemberi pinjaman.

Lembaga keuangan yang menyediakan layanan pembayaran lanjutan juga ditekankan untuk memiliki sistem manajemen risiko yang baik untuk mengantisipasi potensi kerugian.

OJK juga mendorong kolaborasi antara lembaga keuangan, fintech, dan pemerintah untuk mengembangkan ekosistem bola yang sehat dan berkelanjutan.

Meningkatnya upah di tengah menurunnya daya beli menciptakan tantangan tersendiri bagi lembaga keuangan. Namun, dengan manajemen risiko yang baik, literasi keuangan yang memadai, dan peraturan yang tepat, potensi risiko dapat dimitigasi.

Konsumen diimbau sebelum menggunakan Paylater, sebaiknya memastikan bahwa mereka memahami syarat dan ketentuan serta kemampuan membayar tagihan tepat waktu.

Pada saat yang sama, lembaga keuangan harus meningkatkan kualitas layanan, memperkuat sistem manajemen risiko dan berinovasi untuk memenuhi kebutuhan konsumen. Pada saat yang sama, pihak berwenang harus memperkuat pengawasan terhadap sektor ini, meningkatkan literasi keuangan dan mengembangkan peraturan yang komprehensif.

Ini adalah ekosistem yang benar-benar sehat di dunia yang memberikan kemudahan pendanaan melalui manajemen risiko yang terkelola untuk mendorong pertumbuhan ekonomi menjadi lebih dinamis.

You May Also Like

More From Author

+ There are no comments

Add yours