Bapanas petakan ketersediaan pangan untuk antisipasi dampak kemarau

Estimated read time 2 min read

Mataram dlbrw.com – Badan Pangan Nasional atau BAPNAS memetakan potensi ketersediaan produksi, penyimpanan, dan impor pangan untuk mengatasi dampak kekeringan, yang berarti siklus produksi pangan pada semester II tahun 2024 lebih kecil dibandingkan semester I. . semesternya adalah Tahun 2024.

Tujuan dari peta tersebut adalah untuk menjaga ketersediaan termasuk distribusi di seluruh wilayah hingga akhir tahun ini, kata Direktur Stabilitas Pasokan dan Harga Pangan Bapanas di Mataram, Nusa Tenggara Barat, Mano Doi Harton, Selasa.

Menno mengatakan pihaknya terus memperkuat cadangan pangan pemerintah melalui blog BUMN Food dan ID FOOD.

Blok tersebut berkewajiban mengisi kembali stok pangan komoditas beras, jagung, dan kedelai. Sedangkan sisanya diisi oleh Food ID.

“Blog Nusa Tenggara Barat mempunyai cadangan jagung sekitar 56.000 ton, artinya blog ini sudah mulai bergerak untuk menyediakan stok pangan pemerintah khususnya jagung,” kata Meno. kata Meno.

Selain itu, dia mengatakan penurunan produksi padi sering terjadi pada bulan Agustus hingga Desember karena pada periode tersebut Indonesia mengalami musim hujan sehingga petani lebih banyak menanam padi dibandingkan jagung.

Cadangan jagung pemerintah yang disimpan oleh blog tersebut bisa memprediksi kenaikan harga jagung. Pemerintah bisa melepaskan jagung ketika harga jagung naik di atas harga referensi.

Cara satu kali pun sama untuk produk lain, termasuk unggas dan telur dalam hal pengendalian harga,” pungkas Mano.

Badan Pangan Nasional memperkirakan pada Desember 2024, total ketersediaan beras di Indonesia mencapai sekitar 39,8 juta ton.

Jumlah tersebut bisa dicapai bila jumlah impor mencapai sekitar 4,3 juta ton dengan panen beras primer sebanyak 4,1 juta ton dan produksi dalam negeri diperkirakan mencapai 31,5 juta ton.

Konsumsi beras penduduk Indonesia dalam setahun tercatat sekitar 31,2 juta ton, sedangkan kebutuhan bulanannya sekitar 2,6 juta ton.

Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mengungkapkan puncak musim kemarau di sebagian besar wilayah Indonesia akan terjadi pada Juli dan Agustus 2024.

Angin yang bertiup dari arah timur hingga tenggara membawa massa udara kering dan dingin dari daratan Australia menuju Indonesia sehingga kurang mendukung proses pertumbuhan awan di Indonesia.

You May Also Like

More From Author

+ There are no comments

Add yours