Pakar Soroti Potensi Cemaran BPA pada Air Minum, Akibat Galon Diangkut dengan Truk Terbuka

Estimated read time 3 min read

dlbrw.com, JAKARTA – Pakar kesehatan kembali menyuarakan kekhawatirannya terhadap terus berlanjutnya praktik pengangkutan air minum botol galon (AMDK) yang diangkut dengan truk terbuka dan terkena terik matahari. Tak heran jika air kemasan untuk minum umum berisiko terkontaminasi bahan kimia berbahaya Bisphenol A (BPA) yang berpindah dari wadah galon polikarbonat ke air minum yang dikandungnya.

“Galon-galon ini menimbulkan masalah ketika harus diangkut atau didistribusikan, mulai dari galon kosong yang perlu diisi, atau galon yang sudah diisi dan (dikirim) ke distributor. Saya sudah melihat itu dan data lain menunjukkan bahwa, Meskipun demikian tidak panas, saat pendistribusian bisa terkena. “Panas karena ditaruh di truk terbuka,” kata Dr. Saya melakukan Oka Negara untuk Fakultas Kedokteran Universitas Udayana, di samping. pada seminar “Bebas BPA: “Perilaku Sehat, Produktivitas Sehat, Keluarga Sukses”, di Hotel Amarossa Cosmo, Jakarta, beberapa waktu lalu.  

Jadi paparan panas dan paparan sinar ultraviolet (UV) akan menyebabkan keluarnya BPA,” imbuhnya. “Kalau bisa, saran saya truk pengangkut itu ada atapnya agar BPA tidak berfungsi dan terguling.

“Dari segi total kimia BPA, beberapa penelitian menunjukkan bahwa BPA sangat berbahaya bagi kesehatan,” imbuhnya. 

Jika (BPA) dikonsumsi terus menerus, (dapat menyebabkan) gangguan estrogen, dan pada pria risiko mikropenis dan kemungkinan masalah kesuburan. “Bagi wanita, mereka cenderung berhubungan seks lebih awal, payudara dan panggulnya lebih besar lebih awal,” kata Dr. Oke Negara.

Kontaminasi BPA pada air minum kemasan galon polikarbonat dibuktikan dalam studi lapangan Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) yang menemukan bahwa air kemasan berbahan galon polikarbonat di enam wilayah di Indonesia menunjukkan tingkat pencemaran BPA yang mengkhawatirkan.

BPOM menemukan kadar BPA melebihi batas (0,9 ppm per liter) dalam liter botol air minum selama tahun 2021-2022. Padahal batasan yang tertera adalah 0,6 bagian per juta (ppm) per liter. Enam tempat AMDK dalam botol yang diduga terkontaminasi paparan BPA adalah Medan, Bandung, Jakarta, Manado, Banda Aceh, dan Aceh Tenggara.

Berdasarkan temuan BPOM, kadar BPA tertinggi sebesar 3,4 persen terdapat di pusat distribusi dan distribusi. Sementara itu, hasil uji migrasi BPA pada kadar 0,05-0,6 ppm menunjukkan 46,97 persen terdapat pada wilayah distribusi dan distribusi, serta 30,19 persen pada wilayah produksi. Sedangkan pengujian kadar BPA pada AMDK yang melebihi 0,01 ppm ditemukan pada 5 persen fasilitas produksi dan 8,6 persen pada fasilitas distribusi dan distribusi.

BPOM telah membuktikan bahwa tercemarnya air minum dalam kemasan dengan BPA berlebih disebabkan oleh proses pasca produksi. Proses pengangkutan dan penyimpanan liter AMDK dari pabrik hingga konsumen melalui berbagai media dan lokasi diduga tidak sesuai prosedur.

Misalnya, galon yang terkena sinar matahari atau guncangan saat diturunkan menyebabkan kandungan BPA dalam wadah galon tersebut larut ke dalam air. 

Senada dengan hal tersebut, Yeni Restiani, Direktorat Standardisasi Pangan Olahan BPOM, mengatakan proses migrasi BPA dari kemasan ke pangan antara lain terjadi karena tata cara pencucian yang tidak tepat, penggunaan air dengan suhu di atas 75 derajat Celcius. dan adanya residu pembersih.

“Pembersihan menyebabkan goresan, penyimpanan yang tidak tepat, dan paparan sinar matahari langsung atau paparan sinar matahari dalam waktu lama,” ujarnya.

You May Also Like

More From Author

+ There are no comments

Add yours