Signifikansi Peran PKB sebagai Representasi Politik Hijau dalam Pemerintahan Prabowo

Estimated read time 6 min read

Abdul Rochim

Lulus dari Program Magister Ilmu Komunikasi Politik Universitas Paramadina Jakarta dan staf khusus sebagai Wakil Presiden MPR RI

Kehadiran Presiden terpilih Prabowo Subanto pada Rapat Legislatif Partai Rastriya Jagran (PKB) di Hotel Shahid Jakarta, Kamis malam (10/10/2024) memiliki arti penting dalam komunikasi politik. Pertama, ribuan anggota pemerintah/kota dari DPR RI, DPRD Provinsi, dan PKB menghadiri forum tersebut untuk menyambut Prabowo sebagai Presiden terpilih.

Prabowo disambut dengan karpet merah baru saat memasuki ruang acara sambil mengucapkan Salawat Badar: “Pak Prabowo…, Presiden kita!” Slogan-slogan diulangi. Sikap suam-suam kuku kader dan elite PKB memberi kesan bahwa persaingan pemilihan presiden (Pilpress) 2024 memang sudah usai dan kelanjutannya sudah tidak relevan lagi.

Sebaliknya, setelah kompetisi usai, hendaknya semua pihak turut serta membangun bangsa ke depan. Bahkan, Ketua Umum PKB Muhaimin Iskandar dengan lantang menegaskan bahwa PKB akan melakukan apa saja untuk melindungi dan mensejahterakan pemerintahan Prabowo. Muhaimin mengatakan pemerintahan Prabowo tidak boleh gagal dan PKB siap menjadi bagian di dalamnya.

Hal serupa juga diungkapkan oleh Prabowo ketika ia mengatakan bahwa PKB akan menjadi bagian dari pemerintahannya di masa depan. Meski PKB bertolak belakang dengan Prabo pada Pilpres 2024, hal tersebut ditegaskan dalam pidatonya oleh Prabowo dan mengajak PKB untuk bersinergi dalam pembangunan bangsa dengan menempatkan pekerja PKB di kabinetnya.

Menteri Pertahanan mengatakan perbedaan pilihan dan sikap dalam kontestasi politik merupakan hal yang lumrah, tidak perlu dipertanyakan dan dijadikan permusuhan abadi. Karena bangsa Indonesia yang begitu besar dan kaya raya, maka seluruh elemen bangsa harus dibangun secara bersama-sama.

Pravo mengungkapkan kegembiraannya diundang ke forum PKB karena ingin menggalang kekuatan seluruh bangsa. Kedepannya, Prabowo ingin bisa bersama-sama mengurus, mengurus, dan menjaga kekayaan bangsa demi kemaslahatan rakyat, yakni kebaikan sebesar-besarnya. Prawo mengaku bersyukur partai politik yang berbeda pilihan politik justru bisa hidup bersama membangun bangsa.

Bahkan, Prabowo lantang mengatakan bahwa PKB telah meninggalkannya dan beraliansi dengan Nasdem dan PKS untuk mendukung duet Iskandar Anis Baswedan-Muhaim. Prabowo sejak awal yakin PKB akan mendukungnya dan bekerja sama. Pembangunannya berhasil di bawah pemerintahannya. Sebab perbedaan pilihan politik baik pada pemilu presiden maupun pilkada merupakan permasalahan umum dalam berpolitik. Meski demikian, Pravo menilai setiap parpol mempunyai tujuan yang sama dalam membangun bangsa.

Ini bukan kali pertama Prabowo mengundang PKB ke dalam pemerintahannya. Padahal, setelah PKB dinyatakan sebagai pemenang Pilpres 2024, Prabowo menjadi parpol pertama yang bergabung. KPU menggelar pesta pada Rabu (24 April 2024) untuk menentukan presiden dan wakil presiden terpilih. Anies Basweda dan Muhaimin Iskandar Sore harinya, sejumlah elite Partai Prabowo dan Gerindra langsung mendatangi kantor DPP PKB di Jalan Raden Saleh dan mengajak PKB bergabung dalam koalisi pemerintahannya.

Sikap Prabowo ini menunjukkan bahwa PKB akan memainkan peran yang sangat penting sebagai representasi “politik hijau” dalam pemerintahannya di masa depan. Apalagi, PKB saat ini menjadi satu-satunya wakil “politik hijau” di parlemen setelah Partai Persatuan Pembangunan (PPP) gagal melewati ambang batas parlemen (PT) dan diusir dari Senayan. Prabowo mengatakan, PKB adalah kekuatan politik keagamaan yang nasionalis dan Gerindra adalah partai politik nasionalis keagamaan.

Bahkan, pemerintahan Prabowo juga didukung oleh Pengurus Besar Nahdlatu Ulama (PBNU). Bahkan, Sekjen PBNU Saifullah Yusuf kemungkinan juga akan tetap menjabat sebagai Menteri Sosial di kabinet Prabowo. Namun PBNU merupakan organisasi kemasyarakatan (ormas) dan bukan partai politik yang tidak mempunyai peran langsung di parlemen.

Representasi politik “politik hijau” atau Nahdlatul Ulama (NU) di parlemen didominasi oleh PKB, meski semua partai politik yang diakui di Senayan memiliki aktivis NU. Prabowo telah lama menyadari pentingnya peran politik PKB sebagai representasi “politik hijau”. Bahkan, PKB menjadi partai politik pertama yang mengumumkan aliansi dengan Partai Gerindra di bawah Aliansi Kebangkitan Indonesia Raya (KKIR), sebelum akhirnya kemitraan tersebut bubar pada Pilpres 2024.

Setelah meraih 68 kursi di Senayan dan lebih dari 16 juta suara pada pemilu 2024, PKB menjadi kekuatan politik yang tidak bisa dianggap enteng. PKB merupakan partai politik dengan suara terbanyak keempat setelah PDIP, Partai Golkar, dan Partai Gerindra. Selain itu, segmen pemilih PKB juga cukup jelas yakni pemilih Nadliki dan pesantren. PKB adalah partai politik Islam berbasis pemilih terbesar di Indonesia.

Namun PKB menegaskan dirinya adalah partai politik inklusif yang pemilihnya bukan hanya pemilih Nahdliyin atau Islam, melainkan partai politik yang terbuka untuk semua kalangan. Begitu pula wakil-wakil yang mewakili kursi parlemen PKB berasal dari berbagai kelompok dan kasta. Bahkan, PKB berani menempatkan perwakilan kelompok minoritas, Tionghoa dan non-Muslim, yakni Wakil Ketua MPR RI Rushdi Kirana dan DPP Vacatem PKB.

Namun tak bisa dimungkiri, PKB merupakan representasi politik Nahdliik yang terbuka sejak awal berdirinya. Untuk itu, peran PKB akan sangat penting di masa depan pemerintahan Prabowo, baik di eksekutif maupun legislatif. Di sisi lain, PKB sejak era reformasi dikenal sebagai partai politik yang selalu setia dan berkomitmen penuh mendukung keberhasilan koalisi pemerintah.

Dengan kuat dan pentingnya peran PKB, partai politik yang didirikan para pemuka agama NU untuk kepentingan nasional ini juga berpeluang mendapat bagian penting dalam susunan pemerintahan Prabowo di masa depan. Hal ini harus diwaspadai oleh Prabowo. Selain itu, ia juga memiliki pengalaman langsung dimana ia berada di kubu lawan Joko Widodo (Jokowi) pada pemilu 2019, namun nyatanya ia banyak meraih posisi yang sangat signifikan seperti Menteri Pertahanan dan Menteri Kelautan dan Perikanan.

Tak hanya itu, calon wakil presiden Prabowo saat itu, Sandiaga Uno, yang juga merupakan politikus Partai Gerindra, diangkat menjadi Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif sebelum akhirnya membelot ke PPP. Untuk saat ini, komposisi kabinet masa depan Prabowo masih belum jelas. Berdasarkan pemberitaan media dan rumor politik di kedai kopi, ada yang menilai PKB akan mendapat 2-3 menteri. Namun kebenaran kabar tersebut masih belum bisa dipastikan.

Muhaimin Iskandar sendiri mengatakan, Prabowo tidak pernah ditelepon atau ditelepon langsung soal pembentukan kabinet. Hal ini tentu bisa dimaklumi karena masih ada waktu beberapa hari menuju pelantikan presiden dan wakil presiden. Secara umum, kepastian skuad baru bisa dilihat dari cederanya, meski kini daftar skuad Prabowo beredar di media.

Padahal, pengalaman masa lalu, nama-nama itu banyak disebut-sebut sebagai penunjukan menteri, namun rupanya dirugikan. Selain itu, PDIP, partai pemenang pemilu, belum memastikan bakal bergabung dengan pemerintahan Prabowo, meski tanda-tanda bergabungnya PDIP belakangan ini sudah terlihat kuat. Penggabungan kedua PDIP tentu akan berdampak pada komposisi kabinet Prabowo.

Perdebatan politik terhangat beberapa hari ke depan tentunya adalah soal pembentukan Dewan Menteri dan berapa jumlah menteri yang dimiliki masing-masing partai. Yang jelas, besar kemungkinan semua parpol yang ada di parlemen kali ini akan menjadi pendukung pemerintahan Prabowo, sehingga berpeluang besar setiap parpol mendapat jabatan menteri. Menarik untuk ditunggu.

You May Also Like

More From Author

+ There are no comments

Add yours