Sekum Muhammadiyah di UMM: AUM Makmurkan Negara

Estimated read time 3 min read

dlbrw.com, MALANG – Sejak dahulu, Muhammadiyah membangun negara dengan aspek Muamala sekuler. Disebut aspek mu’mala dunyavia karena tidak ada penjelasan khusus dalam Al-Qur’an tentang negara apa itu. Namun hal tersebut masih terdapat dalam hadis dan perilaku Nabi.

Hal ini dijelaskan oleh Prof. Abdul Mutt, selaku Sekjen Pimpinan Pusat Muhammadiyah saat memberikan materi di Darul Arkam, Darul Arkam, Perguruan Tinggi Muhammadiyah dan Aisyya, pada 29 Juni. Acara yang digelar di Hotel Razy Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) ini dihadiri para petinggi beberapa perguruan tinggi di 5 wilayah Pulau Jawa.

Muuti diketahui mengatakan, situasi saat ini muncul karena hubungan antarmanusia. “Bentuk negara itu habluminan, yaitu hubungan antar manusia. “Yang mengatur dan menentukan bentuk negara adalah rakyat itu sendiri,” ujarnya.

Muuti menambahkan, kalau bicara hubungan antarmanusia, tidak ada batasannya. Namun yang harus ditekankan dalam hubungan antarmanusia adalah nilai inti muamalla dan prinsip dasarnya. Tujuan tersebut dijelaskan dalam asas-asas dasar Muamala yaitu jual beli, sewa guna usaha, utang dan piutang, masalah kepengurusan, persekutuan dan lain-lain.

Jika kita berbicara tentang negara sebagai Darul Ahdi, sebenarnya banyak dijelaskan berdasarkan negara Indonesia yaitu Pancasila. Dalam pernyataan politiknya, Muhammadiya menjelaskan bentuk negara Pancasila tidak bertentangan dengan ajaran agama Islam. Dari tampilannya, konsep dasar dan bentuknya paling menguntungkan. Bahkan, tokoh-tokoh Muhammadiyah turut terlibat dalam penetapan konsep dasar negara kesatuan Republik Indonesia yang dituangkan dalam Piagam Jakarta.

Sebab menurut Muhammadiyah, Pancasila mempunyai nilai-nilai Islam, sehingga tidak bertentangan dengan ajaran agama Islam, ujarnya.

Ia juga mengatakan bahwa perumusan Pancasila juga melibatkan tokoh-tokoh Muhammad seperti Kasman Singodimejo, Ki Bagus Hadikusumo dan K.H. Kahar Muzakir. Pancasila khususnya sila pertama sangat sejalan dengan sila yang diajarkan agama Islam. Iman kepada Tuhan Yang Maha Esa artinya Tuhan itu wujud yang lebih tinggi dari syariat.

Muhammadiyah sebagai negara menginginkan NKRI menjadi negara Baldatun tayyibatun warrabun ghafur. Menurut beberapa ahli tafsir, baldatun tayyibatun wa rabbun ghafur berarti tanah yang menghimpun karunia alam dan akhlak baik penghuninya. Cara mewujudkan negara yang memiliki sifat-sifat tersebut adalah dengan selalu beribadah kepada Tuhan, berakhlak mulia, bertakwa kepada pejabat pemerintah dan rakyatnya, menyeimbangkan urusan dunia dan akhirat, serta memohon ampun kepada Tuhan.

Terakhir, Muti memberi masukan pada forum petinggi perguruan tinggi muhammadiyah dan aisyiyah. Kader Muhammadiyah harus ikut serta membawa negara Indonesia menuju Baldatun Tayyibatun wa rabbun ghafur. Filantropi bisnis yang dilakukan Muhammadiyah merupakan wujud mewujudkan Indonesia menjadi negara yang lebih baik di masa depan.

“Mari kita gerakkan AUM dan menjadi contoh bagi masyarakat.” Sehingga nanti orang berkata: “Kalau mau lihat universitas terbaik lihat Muhammad, kalau mau lihat rumah sakit bagus lihat Muhammad.” “Oleh karena itu, melalui amal ini, Muhammadiyah dapat menggunakan konsep Islam progresif untuk mewujudkan Indonesia yang lebih baik,” tutupnya.

You May Also Like

More From Author

+ There are no comments

Add yours