Timnas Indonesia harus banyak belajar lagi agar lolos ke Piala Dunia

Estimated read time 7 min read

Jakarta dlbrw.com – Saat Indonesia kalah 1-2 dari China di Qingdao, 15 Oktober lalu, para pemain, pelatih, ofisial tim, dan suporter patut bersyukur karena Garuda masih belum bisa mengimbangi tim-tim papan atas di Asia. Setidaknya jika melihat klasifikasi FIFA.

Indonesia berangkat ke China dengan penuh emosi, setelah kecewa dengan hasil di Bahrain sepekan sebelumnya.

Jay Idzes dan kawan-kawan menilai dua laga melawan Bahrain dan China sangat berpeluang meraih enam poin.

Kedua tim ini memang masih berada di atas Indonesia dalam ranking FIFA, namun dari segi permainan kedua tim ini sangat mumpuni untuk Indonesia. Bahrain berada di peringkat ke-76 dan Tiongkok di peringkat ke-91.

Setelah kehilangan dua poin melawan Dilmun Warriors dan dirusak oleh tindakan kontroversial wasit Ahmed Al Kaf, Indonesia merasa tiga poin di Qingdao tidak boleh dilewatkan.

Di sisi lain, tuan rumah China punya motivasi tinggi untuk bangkit dari tiga kekalahan beruntun.

Saking optimisnya, Shin Tae-yong memprediksi timnya akan menang 2-0. Namun, strategi klasik kick and rush yang diterapkan China luput dari sorotan pelatih asal Korea Selatan itu.

Shin juga lupa bahwa meski China kalah tiga kali dan menjadi pencetak gol, mereka adalah tim yang bermain di Piala Dunia 2002, sehingga peluang bermain bagus masih ada dan kebetulan terjadi saat melawan Indonesia.

Shin Tae-yong menyebut strategi yang diterapkan pelatih Branko Ivankovic menyebalkan. Tapi, itulah yang menciptakan tiga poin pertama bagi Tiongkok.

Selain itu, strategi tersebut tidak membuat Indonesia bisa berbuat banyak meski tim Merah Putih mendominasi 76% penguasaan bola pada pertandingan tersebut.

Dari segi peluang gol, Indonesia juga unggul dengan 14 tembakan, enam di antaranya berhasil dicetak. Angka tersebut merupakan yang tertinggi dibandingkan tiga laga sebelumnya, ketika Arab Saudi, Australia, dan Bahrain semuanya bermain imbang.

Sayangnya, hanya satu dari peluang mencetak gol tersebut yang membuahkan gol karena Indonesia kesulitan menembus pertahanan berlapis Tiongkok. Terjebak dalam perangkap tuan rumah di Qingdao.

Lain halnya, dua gol China juga disebabkan oleh kesalahan Garuda sendiri setelah kurang konsentrasi dan fokus.

Gol pertama Shayne Pattynama yang hendak keluar lapangan karena lengah karena gangguan lawan, kemudian dimanfaatkan Behram Abduweli.

Pada gol kedua yang dicetak Zhang Yuning, Mees Hilgers kurang hati-hati menekan striker berpenampilan Darwin Nunez itu.

Karena terlalu longgarnya penjagaan, Zhang menjadi finisher yang memanfaatkan serangan cepat timnya.

Kesalahan kecil

Untuk bermain di Piala Dunia 2026, kesalahan seperti itu tidak boleh dilakukan, karena kesalahan sekecil apa pun akan mendapat hukuman dari lawan.

Banyak pula yang mempertanyakan komposisi sebelas pemain pertama yang diturunkan Shin Tae-yong dengan empat perubahan sejak laga melawan Bahrain.

Pelatih kelahiran Yeongdeok ini dinilai sejumlah kalangan terlalu sering mengubah komposisi pemain sehingga mengakibatkan tidak ditemukannya komposisi starting XI terbaiknya.

Pemain terbaik Indonesia di posisinya masing-masing, Rizky Ridho, Sandy Walsh, dan Thom Haye didudukkan di bangku cadangan melawan China, meski Indonesia berpeluang besar memenangkan pertandingan. Para pemain yang diturunkan harus menjadi yang terbaik sejak menit pertama.

Shin Tae-yong menurunkan Asnawi Mangkualam di bek kanan, Calvin Verdonk di bek tengah kiri, Shayne Pattynama di bek kiri, dan Nathan Tjoe-A-On di bek tengah.

Para pemain yang mendapat kesempatan bermain pertama tidak tampil bagus. Alhasil, eksperimen Shin Tae-yong tidak membuahkan hasil yang diinginkan.

Keputusan mencadangkan Shinek Thom yang punya pendekatan bermain di atas rata-rata mendapat perhatian banyak kalangan.

Apalagi kehadiran Thom di babak kedua terbukti memberikan sesuatu yang lebih.

Pada paruh kedua, rating Thome menjadi yang tertinggi di antara 15 artis Indonesia lainnya. Sofascore memberinya skor 7,7.

Selain menciptakan gol, akurasi umpan tinggi yang diharapkan Shine datang dari kaki gelandang Almere City tersebut.

Dari 44 umpan, akurasinya mencapai 91 persen, termasuk sembilan umpan panjang sukses dari 11 peluang dan satu kunci.

Saat lini pertama terasa membosankan, Shin juga tak berani melakukan perubahan hingga mengambil risiko, setidaknya mengeluarkan Rafael Struick atau Ragnar Oratmangoen yang menurut SofaScore mendapat rating 6,7 dan 6,4 sepanjang 90 menit.

Di bangku cadangan ada Dimas Drajad, tipe penyerang murni yang suka menghadapi penalti lawan. Dimas adalah tipe striker yang berbeda dengan Struick dan Ragnar, yang suka membuka ruang, menerima bola, dan menyapu sayap.

Ketika pasukan Garuda mulai mencoba melakukan umpan silang di babak kedua untuk menembus pertahanan blok rendah tim Naga, Dimas bisa jadi jawabannya, ketimbang mengandalkan Struick dan Ragnar yang bukan tipe striker target man.

Kritik yang tidak adil

Kekalahan dari China pun langsung menjadi panggung menarik bagi para “pelatih one-off” untuk menilai timnas Indonesia di media sosial.

Shin Tae-yong menjadi korban kritik pedas dari sebagian netizen Indonesia yang menggema di platform X melalui tagar “Shin Tae-yong keluar”.

Mereka menilai pelatih asal Asia Timur itu tidak becus mengelola legiun Eropa di timnas Indonesia. Seiring pemainnya bermain di Eropa, sejumlah netizen menilai Garuda juga harus dilatih oleh pelatih level Eropa.

Sorotan sebelas starter yang dipasang Shin yang dibekingi Thom Haye dan Rizky Ridho menjadi sasaran empuk sebagian warganet. Namun mereka lupa bahwa melatih timnas bukanlah hal yang mudah.

Hansi Flick sangat sukses bersama Bayern Munich dengan tujuh trofi, namun ia gagal total dalam melatih timnas Jerman yang padat pemain di The Bayern.

Selain itu, pada musim 2014/2015 bersama trio MSN (Messi, Suarez, Neymar) ia membawa Barcelona meraih treble bersama Luis Enrique.

Prestasi tersebut mengantarkan Enrique terpilih menjadi pelatih Spanyol untuk Piala Eropa 2021 dan Piala Dunia 2022, namun kesuksesannya selama melatih El Barca tak berlanjut di La Furia Roja.

Di sisi lain, pelatih yang tak punya rekam jejak impresif di klub, Luis de la Fuente, justru menjadi jawaban atas prestasi federasi sepak bola Spanyol.

Sebuah generasi yang terpisah dari masa keemasan Spanyol, formula Fuente terbukti berhasil. Trofi UEFA Nations League 2022/2023 dan Piala Eropa 2024 menjadi buktinya.

Kekalahan di Qingdao merupakan bagian dari proses panjang Shin Tae-yong dalam menyusun skuad terbaik Timnas Indonesia.

Indonesia berhasil naik dari peringkat 173 dunia menjadi peringkat 129 dunia. Hal itu pula yang membawa Indonesia kembali bersaing di pentas Asia.

Indonesia sudah berjalan jauh ke arah yang benar sehingga sangat aneh jika banyak suporter yang bersikap negatif terhadap tim ini setelah melupakan servis mereka berdasarkan satu pertandingan dengan hasil yang kecil.

Bahwa permainan tim belum konsisten dan normal sesuai ekspektasi. Padahal, meski dipenuhi pemain-pemain Eropa, bukan pemain-pemain kelas satu yang bermain di klub-klub besar seperti Barcelona,​​Liverpool, Manchester City, atau Bayern Munich yang selalu bermain bagus selama 90 menit setiap pekannya.

Pola pikir menang melawan Jepang dan Saudi

Yang terdekat saat ini adalah pertandingan melawan Jepang dan Arab Saudi di kandang bulan depan.

Memang berat, namun Shin Tae-yong harus menegaskan kepada para pemainnya untuk memasuki lapangan dengan pola pikir pemenang, apapun hasilnya.

Dengan hasil imbang Arab Saudi di Jeddah pada leg pertama dan performa Green Falcons yang belum membaik hingga leg keempat, tiga poin tim asuhan Roberto Mancini masih terbuka bagi Garuda.

Jepang juga berpendapat serupa. Jika Australia yang mengalahkan Indonesia 0-4 di Piala Asia dan mampu menandingi Jepang 0-0 di Stadion Utama Gelora Bung Karno, Jakarta, maka Garuda juga bisa berkembang dalam permainannya melawan Samurai Biru.

Di Jakarta, 17 Oktober lalu, Shin mengatakan persiapan timnya menghadapi dua raksasa Asia itu harus sempurna agar bisa bermain baik di dua ronde tanpa jeda.

Konsistensi permainan tim Garuda yang sejauh ini baru mampu bermain di satu babak, masih menjadi tugas Shin Tae-yong. Jika tidak berkembang, akan sulit membuka pintu ke Piala Dunia.

Satu poin dari Riffa dan nol dari Qingdao membuat Indonesia finis di peringkat kelima babak ketiga kualifikasi Piala Dunia 2026 dengan raihan tiga poin di Grup C Asia.

Indonesia masih menahan nafas, pasalnya jarak poin dengan tiga pesaing teratas tidak jauh, hanya dua poin.

Bahrain di urutan keempat, Arab Saudi ketiga, dan Australia kedua dengan masing-masing lima poin. Jepang, yang memiliki 10 poin di puncak klasemen, unggul lima poin dari tiga pengejar terdekatnya.

Pada bulan November, sikap itu mungkin berubah lagi.

Piala Dunia 2026 masih panjang, namun enam pertandingan tersisa memberi banyak peluang bagi Indonesia. Yang perlu dilakukan Indonesia adalah belajar banyak untuk bisa bermain di turnamen sepak bola terbesar di dunia tersebut.

Memang berat, namun Indonesia sudah mempunyai modal berharga dalam perjalanan “Mencari Ilmu di Tiongkok”.

You May Also Like

More From Author

+ There are no comments

Add yours