Analis: Cermati data inflasi AS dan tensi Timur Tengah sepekan depan

Estimated read time 3 min read

JAKARTA dlbrw.com – Analis Ekuitas Perdana Menteri Indo Securitas (IPOT), Imam Gunadi menyarankan pelaku pasar untuk mewaspadai rilis data inflasi Amerika Serikat (AS) dan ketegangan geopolitik yang sedang berlangsung di Timur Tengah pada pekan depan.

Terkait data inflasi AS yang akan dirilis pada Kamis (10/10/2024), ia menjelaskan, data tersebut akan berdampak signifikan terhadap penetapan kebijakan moneter The Fed, terutama pada pertemuan mendatang di bulan November dan Desember 2024.

“Data inflasi AS sebesar 2,5 persen y/y di bulan Agustus dan diperkirakan akan turun menjadi 2,3 persen (y/y), mendekati target The Fed sebesar 2 persen, dengan data selanjutnya yang keluar sesuai atau di bawah ekspektasi pasar. Tentu ini untuk pasar, menjadi katalis positif,” kata Imam di Jakarta, Senin.

Ia juga mengatakan data inflasi bulanan AS tidak penting untuk melihat kemajuan dalam waktu dekat, dimana inflasi bulanan AS diperkirakan turun menjadi 0,2 persen dari periode sebelumnya. persentase (mtm).

Sementara itu, mengenai sentimen berlanjutnya perang di Timur Tengah, ia mengatakan pelaku pasar masih perlu mewaspadai pekan ini karena masih terjadi serentetan serangan di wilayah selatan hingga Minggu (6/10/2024). Beirut.

Serangan itu terjadi beberapa hari setelah Israel mengebom pinggiran kota Beirut yang dianggap sebagai benteng kelompok militan Hizbullah yang didukung Iran, dan menewaskan pemimpinnya Sayyid Hassan Nasrallah.

“Kelanjutan perang ini dapat menyebabkan harga minyak naik lagi dan dapat mempengaruhi tingkat inflasi dan mungkin memberikan dampak buruk bagi perekonomian.” Namun sebaliknya, penghasil emisi bekerja. Industri minyak dan gas (migas) akan diuntungkan dengan kenaikan harga minyak,” ujarnya

Di dalam negeri juga, Indonesia akan merilis data Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) yang dilihat dari beberapa indikator sentimen konsumen.

Pada saat yang sama, sebagian besar indikator tersebut mencakup kondisi perekonomian saat ini, prospek perekonomian, lowongan kerja dan ekspektasi pendapatan untuk enam bulan saat ini dan mendatang.

“Jika data ini meningkat maka akan menjadi sentimen positif bagi pasar karena lebih dari 50 persen pertumbuhan ekonomi Indonesia berasal dari konsumsi atau rumah tangga,” kata Imam.

Terkait sentimen yang mempengaruhi pasar selama sepekan terakhir, pada 30 September hingga 4 Oktober 2024, Imam menyebut stimulus pemerintah China, ketegangan geopolitik di Timur Tengah sebagai katalisnya, serta aksi ambil untung yang dilakukan pelaku pasar.

Ia menjelaskan, pemerintah Tiongkok melalui People’s Bank of China (PBoC) telah memberikan berbagai insentif untuk mendongkrak aktivitas perekonomiannya yang lemah, termasuk menurunkan persyaratan cadangan minimum (GWM) dan suku bunga.

Selain itu, pihaknya menerbitkan obligasi khusus senilai 2 triliun yuan Tiongkok dan merangsang pasar saham dalam bentuk swap sebesar 500 miliar yuan Tiongkok, serta fasilitas pinjaman kepada perusahaan yang bersedia melakukan repatriasi. 300 miliar yuan Tiongkok.

“Pada dasarnya paket stimulus ini akan berdampak positif bagi Indonesia, karena Tiongkok merupakan mitra dagang terbesar Indonesia. Namun dengan adanya insentif lain di pasar saham, dapat menarik investor saham Indonesia untuk berinvestasi di China karena memiliki potensi pertumbuhan. harga, dengan insentif ini,” kata imam.

Ia melanjutkan, ketegangan geopolitik di Timur Tengah menyebabkan kenaikan harga minyak Brent dan West Texas Intermediate (WTI) sebesar 9 persen pada pekan lalu, serta meningkatnya ketidakpastian.

“Saat ini kondisi perekonomian di beberapa negara sedang melambat dan kenaikan harga minyak dapat memperburuk kondisi perekonomian. Jika harga minyak atau energi naik, biaya produksi juga akan meningkat. Kalau biaya produksi naik, bisa menekan pendapatan perusahaan,” ujarnya. Saya punya

Ia kemudian menyinggung aktivitas aksi ambil untung yang dilakukan pelaku pasar, dimana pada 19 Agustus 2024, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mencapai rekor tertinggi 7.853 pada 19 September 2024.

“Hal ini memungkinkan pasar memperoleh keuntungan di saat perlambatan ekonomi dan konflik di Timur Tengah,” kata Imam.

You May Also Like

More From Author

+ There are no comments

Add yours