Kontroversi Tinju Wanita Olimpiade Paris, Imane Khelif, dan Sindrom Swyer

Estimated read time 3 min read

dlbrw.com, JAKARTA – Nama Imane Khelif menjadi perbincangan. Petinju asal Aljazair ini baru saja memenangi pertandingan 16 besar tinju putri kategori 66 kg di Olimpiade Paris. Dia mengalahkan Angela Carini, yang memutuskan untuk mundur setelah 46 detik bertarung.

Bukan kemenangan yang dipermasalahkan, melainkan hak Helif berlaga di tinju putri. Pasalnya, penampilannya mirip laki-laki. Khususnya, Heliffe, bersama dengan petinju Taiwan Li Yuting, dicopot dari gelar Kejuaraan Dunia 2023 mereka oleh Asosiasi Tinju Internasional (IBA) karena “ketidaksesuaian gender”.

IBA mengklaim telah menemukan kromosom XY di tubuh Heliffe dan Juting. Padahal kromosom XY biasanya terdapat pada tubuh pria.

Beberapa orang percaya Helif adalah transgender. Ada pula yang tidak secara eksplisit menyebut dirinya transgender, namun menuduhnya tidak layak bersaing dengan perempuan lain.

Pertahanan datang dari pihaknya, Aljazair. Foto-foto dirinya saat kecil berpenampilan perempuan pun bermunculan di ruang maya. Ada pula yang mengkritik keras pihak-pihak yang kini menyudutkan Helif. Pasalnya, ia sudah pernah berlaga di Olimpiade Tokyo 2021. Saat itu, Keliff terhenti di babak perempat final setelah dikalahkan petinju Irlandia Kelly Harrington. Video bentrokan itu viral di media sosial.

Sindrom Swyer

Apakah pembawa kromosom XY harus selalu laki-laki/laki-laki? Jawabannya ternyata tidak. Sebab ternyata ia mengidap sejenis kelainan yang disebut sindrom Swyer. Sindrom Swyer adalah suatu kondisi yang mempengaruhi perkembangan gender. Perkembangan seksual biasanya mengikuti jalur tertentu berdasarkan kromosom individu. Namun, pada sindrom Swyer, perkembangan seksual tidak hanya terjadi pada pola kromosom individu yang terkena.

Dikutip dari Medlineplus Kromosom berisi instruksi genetik tentang bagaimana tubuh berkembang dan berfungsi. Manusia biasanya memiliki 46 kromosom di setiap sel. Dua dari 46 kromosom, yang dikenal sebagai X dan Y, disebut kromosom seks karena membantu menentukan apakah seseorang akan mengembangkan struktur reproduksi pria atau wanita.

Anak perempuan dan perempuan biasanya memiliki dua kromosom X (kariotipe 46,XX), sedangkan anak laki-laki dan laki-laki biasanya memiliki satu kromosom X dan satu kromosom Y (kariotipe 46,XY). Pada sindrom Swyer, individu memiliki satu kromosom X dan satu kromosom Y di setiap sel, sebuah pola yang biasanya terlihat pada anak laki-laki dan laki-laki. Namun, mereka memiliki struktur reproduksi perempuan.

Orang dengan sindrom Swyer memiliki alat kelamin luar perempuan dan beberapa struktur reproduksi internal perempuan. Orang-orang ini biasanya memiliki rahim dan saluran tuba, namun gonadnya (ovarium atau testis) tidak berfungsi. Sebaliknya, gonad berukuran kecil dan belum berkembang serta hanya mengandung sedikit jaringan gonad. Struktur ini disebut gonad lurik.

Jaringan gonad berisiko terkena kanker yang seringkali sulit dideteksi sehingga biasanya diangkat melalui pembedahan. Sindrom Swyer juga disebut disgenesis gonad lengkap 46,XY; Istilah medis “disgenesis” berarti “perkembangan abnormal”.

Karena dari luar mereka terlihat seperti perempuan, anak-anak dengan sindrom Swyer biasanya dibesarkan sebagai perempuan dan mengembangkan identitas gender perempuan. Sindrom Swyer dapat diidentifikasi sebelum lahir, saat lahir, atau setelahnya, saat anak tidak melalui masa pubertas seperti biasanya.

Karena tidak memiliki ovarium yang dapat memproduksi hormon, penderita sindrom ini sering kali memulai terapi penggantian hormon pada awal masa remaja untuk memulai pubertas, menginduksi pertumbuhan payudara dan rahim, dan akhirnya menyebabkan menstruasi. Terapi penggantian hormon juga penting untuk kesehatan tulang dan membantu mengurangi risiko rendahnya kepadatan tulang (osteopenia) dan kerapuhan tulang (osteoporosis).

Wanita dengan sindrom Swyer tidak menghasilkan sel telur, namun jika mereka memiliki rahim, mereka mungkin bisa hamil dengan sel telur atau embrio yang disumbangkan.

Wanita dengan sindrom Swyer biasanya memiliki tubuh tinggi, rahim kecil, dan klitoris sedikit membesar dibandingkan kebanyakan wanita. Wanita dengan sindrom Swyer umumnya tidak subur, namun bisa hamil jika mereka melakukan implantasi sel telur sumbangan.

Merujuk informasi di atas, ada kemungkinan Imane Khelif – dan Li Yuting – menderita sindrom Swyer. Belum ada pernyataan resmi mengenai hal tersebut.

You May Also Like

More From Author

+ There are no comments

Add yours