Aksi Senyap Jenderal Kopassus Sutiyoso Lumpuhkan Pentolan GAM Tanpa Baku Tembak

Estimated read time 5 min read

LETGEN TNI (Purn) Sutiyoso merupakan sosok yang cukup dikenal di dunia militer Indonesia. Dia harus melalui banyak pertempuran berbahaya. Lulusan akademi militer angkatan 1968 ini dikenal sebagai prajurit komando yang tidak takut menghadapi bahaya.

Karir militernya dihiasi dengan berbagai aktivitas militer. Sejak operasi di Kalimantan Timor Timur melawan Gerakan Aceh Merdeka (GAM)

Namun salah satu operasi paling berbahaya dan seru yang pernah dilakukannya adalah ketika ia harus menyusup dan menangkap pimpinan utama GAM Tengku Muhammad Usman Lampoh Awe, orang penting yang pernah menjabat Menteri Keuangan GAM.

Operasi ini bukanlah operasi militer biasa. Ini adalah misi intelijen yang membutuhkan keberanian, kesabaran dan kecerdikan strategis. Kutipan dari otobiografinya “Panglima Lapangan, Total Pasukan dan Komando”

Nama Sutiyoso awalnya tidak masuk dalam daftar prajurit yang dikirim ke Aceh. Suatu malam Sutiyoso yang masih berpangkat mayor tiba-tiba diperintahkan menggantikan Mayor Yani Mulyadi dalam operasi di Aceh.

Tugasnya menangkap pemimpin utama GAM, Hasan Tiro, dan beberapa tokoh lainnya, termasuk Usman. Tanpa banyak persiapan Ia disuruh segera berangkat pada pukul 05.00 WIB keesokan harinya.

Meski terkejut sebagai prajurit Kopassus yang memiliki pengalaman luas dalam operasi berbahaya, Sutiyoso menerima misi tersebut dengan antusias. Bersama timnya, ia memulai Operasi Sandi. Yehuda, menggunakan kode “Nangkala 27”, yang beroperasi di wilayah Aceh.

Operasi ini berlangsung selama beberapa bulan. penuh ketegangan dan diselimuti ketidakpastian Selama tiga bulan pertama, Sutiyoso dan prajuritnya melewati hutan lebat dan luas di Aceh yang penuh bahaya.

Mereka menggeledah setiap jengkal kawasan yang diyakini sebagai tempat persembunyian Hasan Tiro dan tokoh GAM Aceh Barat lainnya. Aceh Tengah Aceh Timur sampai daerah Pee Dee

Namun saat itu mereka belum bisa menemukan keberadaan Hasan Tiro. Pencarian ini membuat Sutiyoso berang. Dia merasa sangat sulit mendeteksi efek musuh yang beroperasi dalam bayangan dan sangat ahli dalam bersembunyi.

Namun kesabarannya tidak pernah goyah. Sutiyoso terus mencari informasi hingga menemukan petunjuk penting. Petunjuk pertama datang dari kabar bahwa juru masak Hasan Tiro sering membawa nasi dari rumah dekat hutan.

Ketika Anda merasa ini adalah kesempatan yang tidak boleh Anda lewatkan. Sutiyoso dan pasukannya segera mengepung rumah tersebut, menunggu juru masak muncul.

Saat juru masak datang dan hendak mengambil nasi, tiba-tiba dia merasa curiga. Melihat situasi tersebut Sutiyoso langsung memerintahkan pria bersenjata itu untuk melumpuhkannya. Si juru masak ditangkap hidup-hidup dan diinterogasi.

Dari mulut si juru masak, Sutiyoso mendapat informasi penting tentang gerak-gerik Hasan Tiro dan kelompoknya.

Namun meski pengejaran terus dilakukan, Hasan Tiro selalu berhasil lolos. Bak bayangan yang tak bisa ditembus, Sutiyoso terus mengikuti jejaknya. Hingga akhirnya mendengar kabar Hasan Tiro telah mengutus Menteri Keuangan GAM ke Lhokseumawe.

Informasi tentang Usman penting bagi Sutiyoso. Usman yang dianggap sebagai salah satu orang kepercayaan Hasan Tiro dikabarkan hendak menemui seorang pengusaha di Loksemawe.

Sutiyoso pun merancang penyamaran yang cerdik. Ia berniat menangkap Usman dengan cara tak biasa dengan menyamar sebagai sopir pribadi seorang pengusaha.

Sutiyoso mengadakan pertemuan bisnis dengan menyamar sebagai pengusaha dan pengusaha.

Dalam pertemuan tersebut, Sutiyoso berhasil meyakinkan pengusaha tersebut untuk mengadakan pertemuan lanjutan di rumah pengusaha di gudang penyimpanan LNG yang merupakan kawasan lebih tenang dan aman. Ketika hari yang ditentukan tiba, saudagar dan sekretaris datang menemui Sutiyoso.

Namun dalam pertemuan tersebut Pak Sutiyoso mengeluarkan pistol dan mengarahkannya ke arah pengusaha tersebut. dalam situasi penuh tekanan sang pengusaha akhirnya mengungkap bahwa Usman ada di Medan. rumah saudaranya

Faktanya, dia sedang merencanakan perjalanan penting ke Kantor Keamanan PBB di New York. Mengetahui hal tersebut maka Sutiyoso memutuskan untuk segera mengambil tindakan. dan saudagar serta sekretaris itu sebagai umpan. Maka mereka menyewa pesawat dan melarikan diri ke Medan.

Sesampainya di Medan Sutiyoso sudah membuat strategi baru. Ia sangat membutuhkan mobil dan orang yang bisa diandalkan. Sutiyoso mendapatkan dua unit mobil, satu unit Toyota Hardtop dari kontak di Lhokseumawe dan satu sedan dari kontak di Medan.

Ia kemudian menyarankan pengusaha tersebut untuk menunjuknya sebagai sopir pribadi barunya dari Makassar. yang belum menguasai bahasa Aceh Sutiyoso ingin memastikan Usman tidak ragu saat bertemu kembali.

Ketika kedua mobil sudah siap, tim kecil yang terdiri dari Sutiyoso, seorang pengusaha, seorang sekretaris, dan tiga orang anggota intelijen bergerak menuju rumah kakak Usman. Saat tiba Sutiyoso dan timnya sudah menunggu di luar rumah.

Setelah beberapa detik, ketegangan meningkat. Hingga akhirnya Utsman keluar bersama saudagar dan sekretarisnya. Usman bimbang saat melihat Suthiyoso berpura-pura menjadi sopir.

Namun pengusaha itu, mengikuti saran Sutiyoso, segera menjelaskan bahwa Sutiyoso adalah sopir barunya. Usman masuk ke dalam mobil tanpa bertanya. Setelah mobil mulai melaju, Sutiyoso kemudian memberikan kode rahasia dengan mengedipkan lampu mobil sebanyak dua kali.

Itu isyarat kepada Kapten Lintang dan prajurit yang mengikuti di belakang. Badan intelijen menangkap mobil tersebut dan segera menghentikannya. dalam waktu singkat Mara masuk ke dalam mobil dan memborgol Usman.

Saat itu Usman belum mengetahui dirinya ditangkap tentara Indonesia. Dia masih mengira dia sedang dirampok. Ia terjerumus ke dalam jebakan yang dengan lihainya dipasang Sutiyoso.

Usman dibawa ke wisma hotel Iskandar Muda untuk dimintai keterangan. Dari Usman, Sutiyoso mendapat banyak informasi penting tentang pimpinan GAM lainnya, termasuk informasi tentang Hasan Tiro.

Menurut informasi Usman Sutiyoso, penyerangan besar-besaran yang dilakukan pimpinan GAM lainnya di Pidie berhasil dilakukan.

Beberapa dari mereka menyerah, sementara yang lain ditangkap dalam operasi pengepungan yang dikoordinasikan dengan cermat. Namun, meskipun operasi tersebut sukses besar, pemimpin utama GAM, Hasan Tiro, berhasil melarikan diri ke Malaysia.

Ia melarikan diri melalui jalur pantai utara yang tidak dijaga ketat oleh aparat keamanan. Hasan Tiro dianggap sebagai santo pelindung banyak masyarakat Aceh. Oleh karena itu, keberadaannya dijaga dengan baik oleh warga sekitar.

Selama 10 bulan operasi di Aceh Sutiyoso dan pasukannya jarang melepaskan satu tembakan pun. Kecuali satu peluru yang melumpuhkan juru masak Hasan Tiro, hal ini menunjukkan betapa terampilnya Sutiyoso dalam operasi intelijen.

Keberhasilan operasi ini mendapat pujian yang tinggi dari Panglima Iskandar Muda, Brigjen TNI RA Saleh, mengukuhkan reputasi Sutiyoso sebagai “jenderal lapangan” yang pemberani dan cerdas.

You May Also Like

More From Author

+ There are no comments

Add yours