Emas dari layar terbalik di Gampong Jawa

Estimated read time 5 min read

Banda Aceh dlbrw.com – Anjing laut pelabuhan merupakan salah satu spesies yang biasanya kulitnya terbakar di bawah terik matahari dan air asin saat mengenakan pakaian santai.

Hari itu, pantai Kampong Jawa, Banda Aceh dipenuhi pemain berkulit sawo matang. Mereka mengikuti perhelatan olahraga Pekan Olahraga Nasional (PON) Aceh-Sumut XXI/2024.

Sebagai atlet kelautan, mereka mengenakan semacam pakaian renang, kacamata hitam yang diwarnai oleh cahaya dan mengapung di tubuhnya.

Rambut mereka juga agak pirang, pertanda seringnya mereka bertarung melawan laut dan terik matahari.

Dengan bantuan pejabat dan rekan aktor dari daerah, mereka menggarap film adaptasi tersebut. Tali layar yang tersegel dibuka gulungannya dengan hati-hati dan disimpan di sisi layar untuk memudahkan akses.

Jangan lupa pastikan sudut-sudut perahu bebas sobek dan cacat agar benar-benar layak berlayar.

Tepat pukul 11.00 WIB pada Sabtu (14/9) kondisi angin di Pantai Gampong Jawa terlihat cukup kencang untuk memulai balapan. Penyelenggara terpaksa menunda sebagian besar kompetisi hingga pukul 11.36 WIB ketika kondisi angin mulai mendukung.

Atlet Kalimantan Timur Sarmila, rekan setimnya Cynthia Laura dan para ofisial mulai memindahkan perahu ke pantai menggunakan semacam kereta dorong.

Suara nyaring mereka mengikuti jejak roda kapal yang membawa kapal tersebut. Mereka menerjang ombak dan angin kencang dengan mata setengah terbuka karena hembusan angin laut.

Jeritan mereka semakin keras saat mereka mengangkat perahu dari roda tongkang ke pantai.

Saat perahu turun dari perahu, Sarmila dan Cynthia mulai menaikkan perahu. Sarmila mulai melakukan pertarungan dan layar berpindah ke titik awal balapan.

Cynthia juga berada di papan kendali mesin, mencoba mencari komunikasi dengan navigasi Sarmila.

Dari pinggir pantai, ratusan warga Aceh tak mengedipkan mata, menyaksikan layar para pemain yang mulai berangkat menuju tempat start pertandingan.

Terkadang mata mereka melotot jika angin terlalu kencang dan meniupkan pasir ke mata mereka.

Kawasan sekitar pantai yang porak poranda akibat dihantam tsunami 20 tahun lalu kini diliputi rasa takut warga.

Ketakutan dan teror yang dibawa laut ke tanah Aceh selama 20 tahun kini berubah menjadi rasa bangga. Hal itu terlihat jelas dari raut wajah para warga yang berani menahan panas saat menyaksikan para pemain dengan rasa kagum dan gembira.

Di atas emas

Sarmila dan Cynthia mengikuti nomor jarak internasional putri nomor 420. Selama dua hari, Sabtu (14/9) hingga Minggu (15/9), mereka total berkompetisi dalam enam balapan.

Dua atlet kebanggaan Kalimantan Timur memulai babak pertama, namun karena kesalahan teknis saat terbang, mereka tidak dapat menyelesaikan babak pertama.

“JANGAN SELESAI” (DNF) adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan kejadian yang dialami Sarmil dan Cynthia di atas kapal.

Dalam ajang tersebut, Sarmila dan Cynthia mencetak enam poin dan menempati posisi terbawah dari enam tim yang berlaga di turnamen Women’s International 420.

Nah, ternyata masih terlalu dini untuk menyebutnya gagal. Setidaknya itulah yang diutarakan Sarmila menanggapi layarnya yang terbalik saat balapan pertama.

Harapan Sarmila, peraih medali emas termuda PON XX Papua 2021, dan rekannya Cynthia jelas masih terlalu kuat untuk pupus karena terjatuh pada balapan pertama.

Sarmila dan Cynthia berhasil bangkit dan membuktikan bahwa emas yang mereka terima di PON XX Papua 2021 bukanlah emas.

Usai balapan pertama, tim Benua Itam berhasil finis pertama sebanyak tiga kali di lima balapan berikutnya, sehingga mengumpulkan rekor bersih tujuh poin.

Sedangkan atlet Sulawesi Selatan Shabrina dan Nasiya menempati posisi kedua dengan 10 poin, berbeda tipis dari Sarmila dan Cynthia.

Tim Sulsel berhasil finis pertama di dua balapan pertama, namun kemudian gagal finis di balapan keempat.

Kemudian Kalimantan Utara dengan atletnya Reska dan Nikin dengan perolehan bersih 13 poin menempati posisi ketiga.

Jessica dan Jacinda asal Jawa Timur berada di peringkat keempat dengan perolehan bersih 17 poin, disusul Shentia dan Addis dari Kepulauan Seribu di peringkat kelima dengan perolehan bersih 21 poin.

Dengan perolehan skor tertinggi dalam enam balapan, Sarmila dan Cynthia berhasil mengunci emas setelah balapan pada Senin (16/9) dibatalkan karena cuaca buruk.

Statistik balapan Sabtu (14/9) dan Minggu (15/9) digunakan untuk perolehan medali. Dengan demikian, Sulawesi Selatan harus puas dengan perak dan Kalimantan Utara dengan perunggu.

Sarmila disuguhkan simulasi, yakni bagaimana jika Sarmila dan Cynthia setelah finis di heat pertama tidak langsung bangkit untuk mengejar ketertinggalan di heat berikutnya? Apakah pertandingan Senin (16/9) tetap berlangsung?

Tim Sulsel, Shabrin dan Nasya, hanya tertinggal tiga poin dari Samila dan Cynthia, sehingga bisa unggul di hari ketiga dan merebut emas.

Saat diperkenalkan dengan simulasi tersebut, Sarmili langsung mengatakan bahwa ia dan temannya Cynthia sama sekali tidak takut dan siap jika permainan dimulai kembali.

Sarmala memahami keputusan kompetisi saat ini merupakan kewenangan panitia. Namun cuaca saat itu membuat para atlet harus turun dari lokasi perlombaan dan pertandingan hari ketiga terpaksa dibatalkan.

Bagi Sarmila, kemenangan tidak bisa hanya mengandalkan keberuntungan saja. Di sisi lain, menghabiskan waktu mengutuk kemalangan tanpa mengambil tindakan lebih lanjut juga bukan suatu pilihan.

Sarmila dan Cynthia mampu membuktikan bahwa kegagalan pada langkah pertama bukanlah kegagalan keseluruhan proses.

Satu-satunya pilihan yang dimiliki Sarmila dan Cynthia ketika perahu mereka naik di heat pertama adalah berdiri dan melakukan yang terbaik.

Jika dipahami dengan benar, kegagalan dapat dijadikan bahan bakar untuk kesuksesan di masa depan.

Mata Sarmila menunjukkan kegembiraan. Sarmila bertekad kembali meraih emas di SEA Games 2025 mendatang.

Dia memegang erat medali emas di lehernya. “Ini untuk orang tua saya,” kata seorang perempuan berusia 18 tahun di depan monumen Banda Ach 0km Point, beberapa meter dari pantai di Kampong Java.

Di atas emas di Kampong Jawa. Emas kini menjelma menjadi dua wanita, Sarmila dan Cynthia.

You May Also Like

More From Author

+ There are no comments

Add yours