Mengapa Film Horor Digandrungi di Indonesia? Ini Kata Aktor Senior Slamet Rahardjo

Estimated read time 2 min read

dlbrw.com, JAKARTA – Aktor senior sekaligus duta festival film Indonesia Slamet Rahardjo Djarot mengutarakan pendapatnya mengenai popularitas film horor di Indonesia. Menurutnya, kegemaran masyarakat terhadap genre horor tidak lepas dari tingginya kepercayaan masyarakat terhadap hal-hal mistis.

“Kepercayaan terhadap hal-hal mistis masih sangat tinggi di Indonesia. Misalnya, keluarga di Indonesia sering mengaitkan sesuatu dengan sesuatu yang mistis,” kata Slamet dalam diskusi media di Dharmawangsa, Jakarta Selatan, Kamis (26/9/2024).

Ia mengatakan fenomena tersebut sangat berbeda dengan negara-negara Barat seperti Amerika Serikat. Menurutnya, di Amerika Serikat, kepercayaan terhadap mistisisme mungkin dianggap aneh atau meresahkan.

“Kalau tinggal di New York pasti beda. Karena di sana tidak percaya dengan hal-hal mistis, bisa-bisa dianggap aneh,” kata Slamet.

Slamet pun mengungkap hipotesisnya tentang hubungan genre horor dengan masyarakat Indonesia. Bisa jadi itu adalah film horor asli Indonesia dan mencerminkan masyarakat itu sendiri.

“Jadi kalau kita selidiki, mungkin film horor ini aslinya dari Indonesia. Tapi kenapa film horor begitu populer, orang berbondong-bondong datang karena itu makanannya. Ibaratnya hanya orang Minang yang suka rendang, hanya orang Makassar yang suka coton.” dan hanya kaum mistik yang menyukai filmnya seperti horor,” jelas Slamet.

Slamet kemudian mengkritik beberapa film horor yang dinilainya dapat merusak budaya dan kepercayaan. Dalam KKN horor yang populer di Desa Penari, sosok penari Slamet diidentikkan dengan hal-hal mistis. Namun nyatanya banyak penari yang tidak ada kaitannya dengan hal-hal mistis.

Selain film KKN tentang Desa Penari, Slamet juga mengkritik film Makmum yang dinilainya cenderung mengeksploitasi agama. “Kalau di film KKN itu ada adegan penari yang mirip setan, aduh kenapa saya bilang begitu. Lalu ada film horor yang ada doanya, lalu setannya manusia. Jangan seperti itu.” ini, jangan merusak budaya dan kepercayaan,” kata Slamet.

You May Also Like

More From Author

+ There are no comments

Add yours