Jangan cemas, memori rasa takut bakal berubah seiring waktu

Estimated read time 2 min read

Jakarta dlbrw.com – Sebuah studi inovatif yang diterbitkan di Nature Communications mengungkap mekanisme dua efek berlawanan dari memori rasa takut, yakni ketidakmampuan melupakan namun kesulitan mengingat.

Seperti yang dilaporkan para dokter, seiring berjalannya waktu hal itu menjadi terintegrasi ke dalam ingatan akan peristiwa tersebut, dengan garis waktu yang lebih tepat.

Para peneliti melakukan eksperimen menggunakan pencitraan resonansi magnetik fungsional (fMRI) dan algoritma pembelajaran mesin untuk melacak aktivitas otak saat partisipan mengalami peristiwa yang mengancam, seperti kecelakaan mobil.

Mereka menemukan bahwa otak bergantung pada memori asosiatif segera setelah peristiwa yang memicu rasa takut dan kemudian menggeneralisasi rasa takut tersebut terlepas dari urutan kejadiannya.

Namun keesokan harinya, korteks prefrontal dorsolateral mengambil alih peran yang awalnya dipimpin oleh hipokampus untuk mengintegrasikan rangkaian peristiwa ke dalam memori rasa takut, sehingga mengurangi medan rasa takut.

Studi ini juga menunjukkan bahwa individu dengan kecemasan tinggi yang berisiko tinggi terkena PTSD (gangguan stres pasca trauma) mungkin mengalami kesulitan dalam mengintegrasikan ingatan tersebut.

Otak mereka menunjukkan buruknya integrasi memori episodik berbasis waktu di korteks prefrontal dorsolateral, yang dapat menciptakan rasa takut yang terus-menerus dan meresap terhadap isyarat pasangan.

Pemahaman ini membuka jalan baru bagi intervensi PTSD dengan menargetkan kemampuan otak untuk mengintegrasikan ingatan peristiwa pasca-trauma.

“Hasil kami mengungkapkan fenomena yang sebelumnya tidak diketahui tentang bagaimana otak memprioritaskan dan memproses ingatan akan rasa takut,” tulis penulisnya, Dr. Institut Penelitian Telekomunikasi Lanjutan Aurelio Cortes (ATR).

Sementara itu, penulis akhir Dr. Ai Koizumi dari Sony Computer Science Laboratories, Inc. Dia menambahkan: “Ketidakseimbangan yang bergantung pada waktu antara wilayah otak mungkin menjelaskan mengapa beberapa orang mengembangkan PTSD sementara yang lain tidak.”

Hasil penelitian ini dapat mendefinisikan kembali pemahaman kita tentang PTSD dan pemrosesan memori rasa takut. Artinya, hal ini menawarkan perspektif baru untuk pengembangan intervensi yang lebih efektif.

You May Also Like

More From Author

+ There are no comments

Add yours