Indef sebut ekstensifikasi lahan wajib demi mencapai swasembada pangan

Estimated read time 2 min read

Jakarta dlbrw.com – Institute for Economic Development and Finance (Indef) mengatakan perluasan lahan merupakan langkah wajib dalam mencapai swasembada pangan untuk meningkatkan produksi dan mengurangi ketergantungan Indonesia pada impor.

“Perluasan lahan pertanian tidak bisa dihindari jika kita ingin mengadvokasi swasembada pangan. “Ini bukan tugas yang mudah, namun harus dilakukan,” kata Ekonom Senior Indef Tawheed Ahmad, berbicara pada kegiatan FGD “Memperluas Lahan Sawah Sebagai Kunci Kedaulatan Pangan” di Bogor, Jawa Barat. Senin.

Tauhid menyoroti tujuan Presiden baru terpilih Prabowo Subianto untuk mencapai pertumbuhan ekonomi sebesar 8 persen pada tahun 2029.

Tauhid meyakini tujuan tersebut masih bisa tercapai dengan beberapa syarat, seperti pertumbuhan pinjaman perbankan, lapangan kerja, dan investasi harus berada di atas rata-rata pertumbuhan 16 tahun terakhir.

Khusus sektor pertanian, Tauhid mengatakan swasembada pangan merupakan syarat mutlak yang harus dipenuhi.

Ia mengatakan, sejarah menunjukkan ketika Indonesia mencapai swasembada di era Soeharto, sektor pertanian bisa tumbuh hingga 5 persen.

Namun, untuk mencapai hal tersebut kembali, langkah awal yang harus dilakukan adalah perluasan sawah secara besar-besaran, ujarnya dalam keterangannya di Jakarta.

Karena proyeksi kebutuhan beras nasional mencapai 33 juta ton, Tauhid kembali mengatakan, Indonesia setidaknya perlu memproduksi beras sebanyak 35 juta ton. Artinya, perlunya pembukaan lahan baru untuk persawahan, yang merupakan tantangan besar bagi pemerintah.

“Tetapi pemerintah harus memiliki target produksi yang jelas untuk areal baru ini, apalagi produktivitasnya pasti tidak akan setinggi areal yang sudah ada sekarang,” kata Tewhid.

Dalam kesempatan tersebut Tauhid menyikapi Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (NMPD) yang disusun pemerintah dengan visi Presiden baru terpilih Prabowo Subianto yang tertuang dalam “Asta Cita”.

“Dari delapan Asta Citta, tiga diantaranya secara eksplisit mendukung kemandirian nasional melalui swasembada pangan, energi, dan air. Namun dokumen RPJM yang disusun pemerintah tidak mempertimbangkan sektor pertanian sebagai prioritas utama, kata Tawheed.

Dalam Asta Cita terdapat tiga program prioritas terkait sektor pertanian yang dinilai penting untuk mencapai kemandirian pangan. Pertama: swasembada pangan, energi, dan air.

Kedua, menjamin ketersediaan pupuk, benih, dan pestisida secara langsung kepada petani. Ketiga, industrialisasi hilir dan berbasis sumber daya alam terus berlanjut.

Lebih lanjut Tauhid menekankan sinkronisasi antara RPJM dan Asta Cita sangat penting untuk mencapai pertumbuhan ekonomi yang diinginkan, terutama target 8 persen pada tahun 2029.

You May Also Like

More From Author

+ There are no comments

Add yours