Cegah Gangguan Belajar, Dokter THT Imbau Orang Tua Cek Pendengaran Anak

Estimated read time 2 min read

dlbrw.com, JAKARTA — Dokter THT menekankan pentingnya deteksi dini gangguan pendengaran. Anak-anak kelas 1 sekolah dasar (SD) dianjurkan untuk memulai tes pendengaran secara rutin. Tujuannya untuk mendeteksi sejak dini potensi gangguan pendengaran yang dapat menghambat perkembangan akademik anak.

“Anak-anak kelas 1 hingga 6 SD atau penyandang disabilitas belajar sebaiknya mengikuti pemeriksaan pendengaran atau berkonsultasi langsung dengan dokter THT di puskesmas atau rumah sakit daerah,” kata Wali Kota Jabodetabek. Persatuan Dokter Spesialis Telinga Tenggorokan dan Hidung Bedah Kepala Leher (Perhati KL), Dr. dr. Rabu (28/8/2024) Tri Juda Airlangga, Sp.THTBKL, Subsp.Kom (K) pada seminar online yang diselenggarakan Dinas Kesehatan DKI Jakarta.

Berdasarkan penelitian pada anak sekolah pada tahun 2019, diketahui prevalensi gangguan pendengaran sebesar 2 persen, dengan bentuk gangguan pendengaran yang paling umum disebabkan oleh kotoran telinga yang bersifat konduktif. “Gangguan ini sangat signifikan, mengakibatkan gangguan atensi. Gangguan pendengaran ringan pun bisa mengakibatkan gangguan atensi dan komunikasi. Kalau (berlangsung) lama akan terjadi penurunan di bidang akademik,” kata Erlanga.

Menurutnya, pemeriksaan pendengaran juga dianjurkan bagi anak yang mengalami gangguan bicara dan tetap berada di kelas. Ia mengutip sebuah penelitian yang melaporkan pada anak-anak yang mengalami gangguan pendengaran nada tinggi dengan seringnya keluhan tinnitus.

“Setelah mendengarkan suara di headphone, telinga berdenging. Ini gejala awal. Kalau terus berlanjut maka akan terjadi gangguan pendengaran permanen,” kata Erlanga.

Dalam kesempatan tersebut, Pj Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Dinas Kesehatan DKI Jakarta Maryati mengungkapkan, prevalensi gangguan pendengaran pada anak usia lima tahun ke atas di Indonesia bisa mencapai 2,6 persen, disertai gangguan pendengaran dan kotoran telinga yang keras. itu sulit untuk dibersihkan. Sedangkan di DKI Jakarta, 10 besar kasus terkait gangguan telinga antara lain kotoran di telinga, telinga berair dan gatal, serta suara berdenging (tinnitus) yang semuanya sangat mengganggu.

Maryati mengingatkan masyarakat bahwa gangguan pendengaran menimbulkan ketidaknyamanan yang luar biasa. Pada anak-anak, kondisi ini dapat mempengaruhi jumlah waktu yang mereka habiskan untuk belajar, bersosialisasi, dan lain-lain.

“Jika ada masalah, kirimkan anak tersebut ke Puskesmas untuk mendapatkan terapi agar tidak terjadi komplikasi. Tenaga kesehatan Puskesmas dan pihak rumah sakit siap membantu kesembuhan anak tersebut,” ujarnya.

You May Also Like

More From Author

+ There are no comments

Add yours