AGI garap kurikulum perguruan tinggi khusus gim

Estimated read time 2 min read

Jakarta (ANTARA) – Vice President Talent Development Asosiasi Game Indonesia (AGI), Ibnu Raziq, di Jakarta, Sabtu, mengatakan AGI sedang meneliti kurikulum industri terkait pengembangan game yang nantinya bisa digunakan di perguruan tinggi di Indonesia.

Ibnu mengatakan, kurikulum tersebut dirancang untuk memenuhi Standar Kompetensi Tenaga Kerja Nasional Indonesia (SKKNI) Kementerian Ketenagakerjaan (Kemnaker).

Ia menambahkan: “Saat ini kami sedang membuat kurikulum industri sesuai SKKNI, untuk memberikan standarisasi game developer di Indonesia, apapun yang perlu dikuasai dan dipelajari di dalamnya, untuk kemudian diterjemahkan ke sekolah dan menjadi kurikulum sekolah.”

Menurutnya, kurikulum pengembangan game sangat penting bagi sumber daya manusia tanah air, dalam konteks industri game dalam negeri yang semakin kompetitif, selain semakin besarnya permintaan pasar industri game.

Pengesahan Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 19 Tahun 2024 terkait percepatan pengembangan industri game nasional juga menjadi pendorong kuat pengembangan kurikulum ini.

Ibnu mengatakan, perencanaan kurikulum terkait pengembangan game juga terus didukung oleh Kementerian Ketenagakerjaan dan Kementerian Informasi dan Komunikasi (Kemenkominfo).

“Saat menyusun (kurikulum), kami berkoordinasi dengan dosen sekolah, akademisi, dan perusahaan industri untuk menyinkronkan kedua belah pihak. Sumber Daya Manusia dan Kementerian Komunikasi dan Informatika juga mengirimkan delegasi untuk membantu kami menyelesaikannya, meski prosesnya lama,” kata Ibnu.

Kurikulum sengaja diselesaikan dalam waktu setidaknya satu hingga dua tahun. AGI berharap kurikulum tersebut dapat mempersiapkan talenta lokal untuk memenuhi kebutuhan industri game.

“Kami berharap lembaga pendidikan atau organisasi lain yang mendukung pengembangan talenta ke depan juga bisa melakukan normalisasi, mengembangkan talenta hingga menjadi game developer,” kata Ibnu.

Industri game merupakan salah satu subsektor ekonomi kreatif yang potensi pertumbuhannya jauh lebih besar.

Pada tahun 2020, lembaga penelitian IBISWorld mencatat ketika wabah COVID-19 melanda, pengeluaran masyarakat global untuk game mencapai 205 miliar dolar Amerika Serikat (AS) atau sekitar Rp3,4 kuadriliun.

Nilai pasar game global meningkat sebesar 12,9% menjadi USD 281,77 miliar (Rp 4,6 juta) pada tahun 2023 dan diperkirakan akan terus meningkat hingga USD 665,77 miliar (Rp 10,88 juta) pada tahun 2030.

Berdasarkan data “Outlook Ekonomi Kreatif dan Pariwisata 2021/2022” yang diterbitkan Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf), subsektor aplikasi dan game menyumbang produk domestik bruto (PDB) sebesar Rp31,25 triliun pada tahun 2021. .

Subsektor aplikasi dan game merupakan subsektor dengan tingkat pertumbuhan tertinggi kedua (9,17%) setelah subsektor TV dan Radio (9,48%).

You May Also Like

More From Author

+ There are no comments

Add yours