Aglomerasi diperlukan agar pembangunan Jakarta terarah

Estimated read time 2 min read

Jakarta dlbrw.com – Penjabat Gubernur Provinsi DKI Jakarta Heru Budi Hartono berpesan agar gubernur selanjutnya memahami konsep bidang algoritmik agar Jakarta tidak salah arah.

Makanya algoritmanya maju. Mudah-mudahan berhasil. Saya tidak mau Jakarta salah arah, kata Heru di Jakarta, Selasa.

Membantu masyarakat tidak harus sepenuhnya gratis, kata Heru. Heru menjelaskan, Pemprov DKI memberikan dukungan transportasi dan lain sebagainya.

Heru mengatakan, kebijakan ini harus diarahkan ke arah yang benar agar tidak menjadi beban di kemudian hari.

“Kita perlu memberi mereka kesempatan untuk mandiri dalam kehidupannya di masa depan,” kata Heru.

Dalam proses transformasinya, Heru yakin Jakarta bisa belajar dari kota-kota global lainnya seperti Osaka. Osaka mampu mengeksplorasi identitas budaya lokal dengan memperkuat kapasitas penelitian akademis. Selain itu ada Melbourne yang menjadikannya smart city.

Namun, Heru juga berharap Jakarta tidak bisa disamakan dengan kota-kota lain di luar Indonesia yang tidak sesuai dengan luas, kepadatan penduduk, dan ciri-cirinya.

“Contohnya maaf Singapura. Singapura jumlah penduduknya berapa? DKI Jakarta 10-11 juta jiwa. Kepadatan penduduk 17 ribu per kilometer atau 1,17 ribu per kilometer,” ujarnya.

Saat membandingkannya, perkirakan “apel dengan apel”. “Supaya kita bisa belajar di Jakarta,” kata Heru.

Heru juga berpesan agar para pejabat DKI, termasuk kelas 2 dan 3, bahkan kepala desa dan camat, terus mengembangkan pemikiran dan membuka visinya untuk pembangunan Kota Jakarta.

Membangun infrastruktur tidak akan memakan waktu satu atau dua tahun. Jadi waktu yang singkat untuk mengembangkan DKI Jakarta. Anda harus bekerja keras,” katanya.

Jika DKI Jakarta masuk 20 besar kota dunia, maka turunannya akan banyak. “Perekonomian berjalan, UMKM bergerak. Masyarakat bisa hidup dengan baik,” kata Heru.

You May Also Like

More From Author

+ There are no comments

Add yours