AI antara alat bantu dan ancaman

Estimated read time 7 min read

Jakarta (ANTARA) – AI (Artificial Intelligence) atau yang biasa dikenal dengan kecerdasan buatan perlahan mulai menggantikan peran manusia, bahkan ada beberapa pekerjaan yang mulai dimulai oleh teknologi tersebut.

Misalnya, banyak editor foto atau video kini memiliki teknologi kecerdasan buatan yang menawarkan solusi tanpa pembayaran. Hasilnya sungguh menakjubkan dan siap dinikmati meski tanpa pengeditan.

Anda mungkin masih ingat teknologi kartu elektronik yang menggantikan peran pemungut pajak, yang menyebabkan pembatalan besar-besaran pada saat itu. Hal seperti itu masih bisa terjadi saat ini, jika kecerdasan buatan menggantikan peran kartu elektronik.

Idenya mirip dengan pengenalan sistem road pricing elektronik (ERP), yang mencatat seberapa sering kendaraan melewati ruas jalan yang tarifnya telah ditetapkan. Tagihan datang secara otomatis berdasarkan alamat pengemudi.

Tagihan tidak bisa diabaikan. Sebab, kendaraan tidak bisa leluasa lewat di stasiun. Gerbang tol tidak akan terbuka secara otomatis hingga pengemudi membayar bea masuk, meskipun kendaraan berada di depan pintu tol.

Pemanfaatan teknologi untuk pelanggaran lalu lintas juga dilakukan melalui tilang elektronik, yakni electronic traffic law standing (ETLE). Kamera pengawas langsung merekam pelanggaran tersebut dan mengirimkan surat konfirmasi pelanggaran serta foto pelanggaran kepada penerima.

Jika Anda belum siap membayar denda, jangan menunggu hingga pemilik kendaraan dapat memperpanjang pajak kendaraannya karena petugas akan menyarankan Anda untuk membayar denda terlebih dahulu.

Apalagi dengan teknologi modern, karya sastra dapat tercipta dalam waktu yang sangat singkat. Pengguna hanya perlu menentukan topik yang ingin dibuat, area yang ingin dikerjakan, referensi yang digunakan dan beberapa istilah lainnya, dan mesin akan segera mulai bekerja.

Bahkan tidak menutup kemungkinan peran jurnalisme akan dialihkan ke kecerdasan buatan. Kemampuan mesin tersebut dalam merekam dan mengolah video, gambar (gambar) dan suara dapat menghasilkan berita dalam bentuk Avatar melalui video, gambar, teks dan narasi (pesan).

Meski kini sudah ada aplikasi yang bisa mencatat apakah suatu karya tulis telah dikerjakan oleh mesin atau belum. Namun tidak menutup kemungkinan dengan perkembangan teknologi saat ini, aplikasi tersebut tidak lagi dapat menjalankan tugasnya dengan baik.

Lantas apakah kehadiran kecerdasan buatan berbasis big data menjadi ancaman di masa depan? Ada banyak aspek positif yang bisa ditawarkan oleh teknologi ini. Misalnya saja kebijakan Dinas Perhubungan DKI Jakarta yang menggunakan kecerdasan buatan untuk mengatur lalu lintas di 40 wilayah yang diharapkan efektif mengurangi kemacetan di Jakarta.

TransJakarta dan angkutan umum lainnya sebenarnya dapat memanfaatkan ketersediaan AI untuk menghitung jumlah armada yang perlu tersedia pada waktu tertentu dengan memperhitungkan jumlah penumpang di setiap halte di seluruh wilayah layanan. Universitas juga dapat menggunakan kecerdasan buatan dan kecerdasan buatan untuk menghubungkan kelas dengan mahasiswa. ANTARA/Ganet

Familiar dengan teknologi

Kehadiran teknologi kecerdasan buatan dan big data sudah ada di depan mata dan aktivitasnya semakin terlihat jelas sepanjang kehidupan. Tanpa sepengetahuan orang-orang yang sering berbelanja di pasar (jualan online), AI sebenarnya telah mendeteksi perilaku mereka, sehingga ketika mereka membuka toko yang mereka pesan, banyak penawaran produk yang kita inginkan langsung tersaji di layar komputer atau ponsel.

Begitu pula dengan orang yang sering browsing media sosial. Mesin AI juga membaca permintaan untuk membuka mata pelajaran tertentu dan profesi yang Anda geluti saat ini. Karena semua topik favorit kita selalu muncul di akun kita, bahkan terkadang berulang kali, hingga akhirnya kita membukanya dan tentunya ada juga sisi komersialnya.

Jadi bagaimana tanggapan Anda? Tentu saja keberadaan kecerdasan buatan dan big data tidak bisa langsung dipungkiri. Kita tetap harus menerima keberadaan mereka. Bahkan kehadiran mereka bisa dijadikan sebagai alat untuk meningkatkan kemampuan.

Misalnya saja dalam bidang jurnalisme, kehadiran kecerdasan buatan dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan intensitas pemberitaan di lapangan. Hadirnya kecerdasan buatan membuat berita tidak hanya sebatas teks, melainkan berupa video, foto, cerita dalam bentuk digital, siap tersaji di semua saluran media.

Padahal fungsi AI bisa mengedit gambar, video, dan teks. Namun, dalam semua unsur kreativitas, inovasi dan keindahan masih “tak tergantikan”. Peran-peran tersebut tetap menjadi bagian dari manusia. Hanya bergantung pada tenaga manusia untuk menggunakan teknologi yang ada.

Alat manusia memang bisa mempermudah pekerjaan, namun di sisi lain bisa digunakan untuk melakukan kejahatan atau hal negatif lainnya. Kecerdasan buatan dipandang sebagai alat yang sudah terlihat, terserah kepada pengguna untuk memutuskan apa yang harus dilakukan selanjutnya untuk menghasilkan pekerjaan berkualitas atau “kerusakan”.

Hal ini mendorong Kementerian Komunikasi dan Informatika dan Kementerian Koordinator Perekonomian menyelenggarakan Konferensi dan Pameran Platform Bisnis Inovasi ASEAN (AIBP), yang menyoroti tantangan dan peluang teknologi utama di Indonesia.

Dalam acara yang berlangsung pada 6 dan 7 Agustus itu juga dibahas kekhawatiran masyarakat terhadap keberadaan kecerdasan buatan. Pemerintah berkomitmen memberikan regulasi yang tegas terkait perkembangan teknologi kecerdasan buatan, khususnya terkait privasi dan hak kekayaan intelektual.

Pengelolaan kecerdasan buatan yang efektif memerlukan kolaborasi antara pembuat kebijakan, pemimpin industri, dan masyarakat untuk memastikan penggunaan kecerdasan buatan secara etis dan praktis. Survei Pembaruan AIBP 2024 yang sedang berlangsung menyoroti bahwa 82 persen responden Indonesia menganggap privasi dan keamanan sebagai hambatan paling penting dalam penerapan AI. Mengatasi tantangan-tantangan ini sangat penting untuk mempercepat inovasi AI di Indonesia.

Ke depan, pemerintah akan berperan penting dalam menjembatani kesenjangan keterampilan melalui pelatihan keterampilan digital yang komprehensif. Investasi strategis pada platform informasi terintegrasi, analisis data, perangkat lunak intelijen bisnis, dan peningkatan konektivitas mendorong perubahan dan perkembangan digital yang signifikan.

Menerapkan pedoman etika pada kecerdasan buatan sangat penting dalam bidang sensitif seperti pemilu dan media sosial. Namun, tantangan praktis dalam menerapkan teknologi kecerdasan buatan secara etis dan aman masih sering terjadi.

Pertanyaan

Berdasarkan hasil survei Inovasi AIBP yang sedang berlangsung, 8 persen perusahaan di Indonesia melaporkan bahwa AI Generatif membawa perubahan signifikan pada bisnis mereka, dibandingkan dengan 18 persen di Thailand. Kesenjangan ini menyoroti peluang bagi perusahaan-perusahaan Indonesia untuk meningkatkan pengetahuan AI mereka dan mempercepat inisiatif AI untuk membuka peluang bisnis baru.

Kecerdasan Buatan dan Otomasi dalam Tenaga Kerja: Mengelola Perubahan Pekerjaan dan Dampak Sektoral Otomasi merupakan ancaman terhadap lapangan kerja, yang mengarah pada relokasi tenaga kerja yang strategis dan program pelatihan ulang. Dengan bantuan kecerdasan buatan, menu restoran dipesan dengan cepat dan efisien. ANTARA/Ganet

Survei AIBP Innovation 2024 yang sedang berlangsung menunjukkan peningkatan adopsi AI di perusahaan-perusahaan Indonesia: 63 persen perusahaan sedang menciptakan strategi dan peta jalan berbasis AI, dan 67 persen sedang menjajaki penggunaan AI dalam otomatisasi proses.

Ketika industri menghadapi berbagai tingkat gangguan, strategi otomasi harus disesuaikan. Tujuan konferensi ini adalah untuk menanggapi tantangan-tantangan ini dan merumuskan strategi untuk kelancaran transisi ke kehidupan kerja.

Menurut dokter Irza Fauzan Suprapto yang juga CEO industri platform di Singapura, big data dan kecerdasan buatan dapat menjadi landasan transformasi digital di Indonesia, yakni dengan memberdayakan dunia usaha dan institusi pemerintah untuk mengoptimalkan sisi operasional. perusahaan, untuk meningkatkan. dalam pengambilan keputusan dan meningkatkan pengalaman pelanggan.

Melalui analisis yang didukung AI, kita dapat mendorong efisiensi dan inovasi di berbagai sektor seperti keuangan, manufaktur, dan layanan publik untuk menjadikan Indonesia negara terdepan dalam ekonomi digital.

Manajemen risiko digital juga sama pentingnya; dimana penerapan langkah-langkah keamanan siber yang kuat, pembaruan sistem secara berkala, dan penilaian risiko yang komprehensif merupakan strategi yang tidak bisa dikesampingkan di Indonesia.

Selain itu, Direktur Komunikasi dan Informasi Kamar Dagang dan Industri Indonesia (KADIN) Firlie Ganinduto berpendapat bahwa pengelolaan risiko digital yang efektif mengharuskan organisasi mengambil langkah-langkah keamanan siber yang komprehensif, memperbarui sistem mereka secara berkala, dan melakukan penilaian risiko secara menyeluruh.

Langkah-langkah penting seperti pelatihan karyawan untuk mengenali ancaman, penerapan kebijakan privasi, dan optimalisasi teknologi canggih seperti kecerdasan buatan untuk mendeteksi ancaman harus dilakukan secara terintegrasi. Kerja sama berkelanjutan dengan pakar industri dan kepatuhan terhadap praktik terbaik dalam manajemen kecelakaan juga penting.

Selain itu, otomatisasi merevolusi budaya kerja di Indonesia, meningkatkan produktivitas, mengurangi pekerjaan manual, dan meningkatkan efisiensi operasional di berbagai sektor seperti industri, keuangan, dan jasa, yang mendukung tujuan transformasi digital Indonesia.

Penggunaan kecerdasan buatan secara alami harus mencerminkan penggunaan negara-negara tetangga. Kehadiran teknologi ini juga tidak menutup kemungkinan akan mendukung perkembangan kehidupan bisnis di luar negeri. Oleh karena itu, sudah waktunya untuk segera menerapkan peraturan agar sektor usaha tetap kompetitif dengan mengurangi aspek negatifnya.

You May Also Like

More From Author

+ There are no comments

Add yours