Airlangga bahas tantangan ekonomi RI dengan para pengusaha di Kanada

Estimated read time 3 min read

Jakarta (ANTARA) – Menteri Koordinator Perekonomian Airlangga Hartarto membahas berbagai isu strategis yang akan menjadi tantangan perekonomian Indonesia di masa depan bersama para pengusaha dan diaspora Indonesia di Vancouver, Kanada.

Berbagai topik strategis yang dibahas antara lain bonus demografi dan upaya keluar dari middle income trap, transisi energi hijau dan energi terbarukan, ekonomi digital dan Digital Economy Framework Agreement (DEFA), industri hilir untuk kelas menengah.

“Dalam ekonomi digital, Indonesia merupakan pemain startup besar di ASEAN dan menduduki peringkat ke-6 dunia dengan startup paling inovatif atau peringkat 1 di ASEAN,” kata Airlangga dalam keterangannya di Jakarta, Minggu.

Pertemuan tersebut diselenggarakan oleh Konsulat Jenderal Republik Indonesia (KJRI) di Vancouver bekerja sama dengan Indonesian Trade Promotion Center (ITPC) di Vancouver.

Pertemuan tersebut dihadiri oleh banyak perusahaan dan asosiasi dunia usaha di Vancouver yang dimiliki dan dioperasikan oleh para pengusaha/diaspora Indonesia, juga dihadiri oleh beberapa pimpinan Kamar Dagang Kanada-Indonesia (Canadian West Coast Chapter), serta turut serta oleh pimpinan PERMIKA. (Perhimpunan Pelajar Indonesia di Kanada), serta pelajar Indonesia di Vancouver.

Dalam kunjungan tersebut, Airlangga juga menjelaskan peta kerja sama ekonomi internasional Indonesia berdasarkan kerja sama multilateral G20, kawasan ASEAN, kerja sama APEC, perundingan IEU CEPA, serta pengaturan kerja sama regional di Asia-Pasifik yaitu RCEP, CP- TPP dan IPEF (Indo Pacific Economic Framework) yang saat ini menjadi fokus bersama.

Kemudian dijelaskan pula perkembangan proses aksesi Indonesia menjadi anggota Organization for Economic Co-operation and Development (OECD).

Untuk mendorong percepatan aksesi, jelasnya, telah dibentuk tim nasional yang bersama seluruh kementerian/lembaga melakukan self-assessment dan memaparkan catatan pengantar yang menjelaskan kesesuaian standar Indonesia dibandingkan OECD.

“Indonesia sudah menyatakan keinginannya untuk bergabung dengan CP-TPP dan mengambil pengalaman dari Inggris yang baru saja bergabung dengan CP-TPP,” ujarnya.

Sementara itu, dari pihak diaspora Indonesia, Luthfi Doffier dan Matthew Riyanto dari KADIN Kanada-Indonesia menyatakan dukungannya dan menanyakan apa yang dibutuhkan pemerintah Indonesia dari diaspora agar Kanada semakin menarik dan meningkatkan kerja sama.

Monica Khoe dari Indigo Prima mengatakan beberapa produk agro Indonesia mengalami kelebihan pasokan sehingga harga turun dan pentingnya logistik yang efisien untuk menekan biaya logistik.

Dalam rangkaian kunjungan ke Vancouver, Kanada ini, Airlangga juga dijadwalkan menjadi pembicara dalam acara Business Forum yang diselenggarakan oleh Konsulat Jenderal Republik Indonesia (KJRI) dan Indonesian Trade Promotion Center (ITPC) di Vancouver pada bulan September. 3 2024.

Pertemuan tersebut juga bertujuan untuk berdialog langsung dengan para calon pengusaha dan investor yang diharapkan dapat terpacu untuk segera berinvestasi dan berbisnis di Indonesia.

Sementara itu, pada akhir Agustus, Airlangga melakukan kunjungan kerja selama beberapa hari ke Vancouver, Kanada, yang bertujuan untuk menjajaki peningkatan kerja sama ekonomi, perdagangan dan investasi antara Indonesia dan Kanada, khususnya dengan provinsi British Columbia.

You May Also Like

More From Author

+ There are no comments

Add yours