Airlangga menilai tidak semua hal mengenai AI bersifat negatif

Estimated read time 3 min read

JAKARTA (ANTARA) – Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto meyakini segala sesuatu yang berkaitan dengan kecerdasan buatan (AI) tidak akan berdampak negatif terhadap lapangan kerja, melainkan akan meningkatkan permintaan dunia usaha.

“Sebagian besar lapangan pekerjaan dan industri hanya sebagian terdampak oleh otomatisasi dan lebih besar kemungkinannya untuk dilengkapi dengan kecerdasan buatan dibandingkan digantikan,” kata Airlanga, saat menghadiri Forum Nasional Kecerdasan Buatan dan Pasar Tenaga Kerja Indonesia secara virtual di Jakarta, Kamis.

Hal ini menanggapi laporan Masa Depan Pekerjaan World Economic Forum (WEF) yang menyatakan bahwa otomatisasi melalui penggunaan kecerdasan buatan akan membawa tantangan terkait hilangnya kesempatan kerja. Diperkirakan pada tahun 2025, hingga 43% pelaku industri akan mengurangi tenaga kerjanya karena konsolidasi teknologi.

Oleh karena itu, Airlanga meyakini dampak terbesar dari teknologi kecerdasan buatan mungkin bukan pada pengangguran, melainkan kemungkinan perubahan kualitas kerja, terutama intensitas kerja dan manajemen diri.

Dengan pemanfaatan teknologi kecerdasan buatan, pemerintah juga telah merumuskan sejumlah kebijakan untuk mengatasi berbagai risiko terkait penggunaan kecerdasan buatan. Salah satunya adalah dengan meluncurkan strategi ekonomi digital nasional.

Kerangka tersebut memiliki enam pilar, yaitu infrastruktur, sumber daya manusia, lingkungan bisnis dan keamanan siber, penelitian, inovasi dan pengembangan bisnis, pembiayaan dan investasi, serta kebijakan atau regulasi.

Pilar keempat penelitian, inovasi, dan pengembangan bisnis akan fokus pada pengembangan dan pengelolaan ekosistem AI Indonesia agar lebih baik.

Airlangga mengatakan, tujuan utama pilar ini adalah untuk mengembangkan kemampuan penelitian dan pengembangan serta proses inovasi untuk mempercepat transformasi digital di Indonesia.

Salah satu inisiatif pemerintah terkait pilar ini adalah pembentukan dan peluncuran zona inovasi khusus di berbagai wilayah Indonesia, dengan fokus pada pengembangan teknologi masa depan.

Selain mematangkan penyusunan Strategi Nasional (Stratnas), pemerintah juga akan menerbitkan peraturan etika penggunaan kecerdasan buatan pada tahun 2023 sebagai titik awal penggunaan kecerdasan buatan di sektor publik.

“Kami akan memanfaatkan kekuatan kecerdasan buatan untuk membentuk kembali pasar tenaga kerja kita menjadi lebih baik. Bersama-sama kita dapat membangun pasar tenaga kerja yang tidak hanya tangguh, namun juga fleksibel, inovatif dan inklusif. menciptakan peluang baru bagi pekerja kami, dan membantu kami mencapai pertumbuhan dan pembangunan berkelanjutan. “

Ia mengatakan, ekonomi digital berkembang menjadi bidang yang terus mencapai perkembangan signifikan, terutama dengan dukungan peningkatan investasi penelitian dan pengembangan serta penanaman budaya inovasi.

Menurut laporan Organisasi Kekayaan Intelektual Dunia (WIPO), Indonesia menempati peringkat ke-75 dari 130 negara dalam Indeks Inovasi Global (GII) tahun 2022. Kinerja ini meningkat 10 level dibandingkan tahun 2020.

“Salah satu inovasi dalam ekonomi digital adalah penggunaan kecerdasan buatan. Perkembangan kecerdasan buatan di Indonesia sendiri juga didorong oleh maraknya penggunaan internet dan tumbuhnya startup-startup baru yang memanfaatkan teknologi untuk menunjang operasional bisnis.

You May Also Like

More From Author

+ There are no comments

Add yours