JAKARTA (Antara) – Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlanga Hartarto mengatakan Indonesia kini menjadi produsen unicorn dan decacorn terbesar di antara negara-negara lain.
“Indonesia menjadi negara dengan jumlah unicorn dan dekorator terbanyak di antara negara-negara lain, salah satunya karena upaya pemerintah untuk bergabung dengan negara-negara ASEAN sehingga memudahkan dalam mengembangkan dan memperluas pasarnya,” kata Airlanga dalam pertemuan Big Idea. Forum dengan Desi Anwar,” demikian keterangan resmi di Jakarta.
Airlanga menyoroti inisiatif Indonesia dalam Kerangka Kerja Pemimpin ASEAN untuk Perjanjian Ekonomi Digital (DEFA) tahun 2023.
“DEFA membuka babak baru dalam integrasi ekonomi digital di kawasan,” ujarnya.
DEFA diharapkan dapat meningkatkan investasi dan inovasi, meningkatkan produktivitas, menciptakan lapangan kerja dan memberdayakan sektor UKM.
Proyeksi menunjukkan bahwa ekonomi digital ASEAN, yang bernilai US$1 triliun pada tahun 2030, dapat tumbuh hingga US$2 triliun berkat DEFA.
Selain itu, Indonesia dan negara-negara ASEAN telah mengintegrasikan pembayaran menggunakan QRIS dengan kebijakan Local Currency Settlement (LCS).
Ia menyoroti pentingnya keamanan data dalam berbagai upaya digitalisasi.
Airlanga menjelaskan, berkat kemampuan perekonomian nasional dalam menjaga tingkat pertumbuhan stabil sekitar lima persen dan tingkat inflasi pada tingkat sasaran, Indonesia optimis laju perubahan ekonomi akan mengarah ke negara maju pada tahun 2045.
Dengan jumlah penduduk sekitar 320 juta jiwa dan pendapatan per kapita sekitar $26.000, perekonomian Indonesia diperkirakan mencapai $9 triliun.
Oleh karena itu, pemerintah terus mendorong kinerja berbagai mesin pertumbuhan ekonomi, terutama di era digitalisasi.
Digitalisasi di berbagai sektor akan semakin menggiatkan investasi di Indonesia dan menuntut keterampilan baru dari masyarakat.
Selain itu, Airlanga mengatakan pemerintah sedang melakukan berbagai upaya untuk melatih sumber daya manusia (SDM) yang berdaya saing.
Melalui Program Prakerja, pemerintah telah memberikan pelatihan yang disesuaikan dengan kebutuhan pasar tenaga kerja, dan telah menjangkau 18 juta penerima manfaat sejak program ini dimulai.
Sebagai negara kepulauan, Indonesia menghadapi tantangan dalam mendorong pemerataan konektivitas dan mempercepat pembangunan infrastruktur digital.
Sejumlah upaya telah dilakukan, antara lain pembangunan jaringan serat optik Palapa ring, pemanfaatan satelit multifungsi Satria di daerah tertinggal, perbatasan dan periferal, serta penggelaran teknologi satelit terkini di orbit rendah Bumi.
+ There are no comments
Add yours