Aksi Heroik Mayor TNI SBY Selamatkan Nyawa Pimpinan Falintil dalam Operasi Seroja

Estimated read time 3 min read

Jangan remehkan kinerja Jenderal TNI (HOR) (Purn) Susilo Bambang Yudhoyono (SBY). Terlepas dari keterampilan kepemimpinannya yang luar biasa, ia juga memiliki prestasi tempur yang luar biasa di pasukan elit Batalyon Infanteri Serangan Khusus (Yonif) 744/Satya Yudha Bhakti.

SBY merupakan presiden ke-6 RI yang berlatar belakang militer. Karir militernya dimulai pada tahun 1973 saat ia lulus dari Akademi Angkatan Bersenjata Republik Indonesia (Akabri) dengan penghargaan Adhi Makayasa sebagai lulusan terbaik, serta Tri Sakti Wiratama.

Setahun setelah lulus, ia ditugaskan sebagai komandan dan bertugas dalam Operasi Seroja di Timor Timur pada tahun 1979, dengan pangkat mayor.

Pada tahun 1986, Mayor Susilo Bambang Yudhoyono bertempur dalam Operasi Seroja di Timor Timur, menurut catatan dalam buku otobiografi SBY sang Demokrat.

SBY menjabat Komandan Batalyon Infanteri (Danyon) 744/Satriya Yudha Bhakti yang kini dikenal dengan nama Batalyon Infanteri Serbu Khusus (Yonif) 744/Satya Yudha Bhakti (SYB).

Pada pertengahan tahun 1986, SBY memimpin pasukannya berperang di wilayah Same dan Ailio. Dalam operasi ini, SBY membawa separuh kekuatan Yonif 744/SYB dan membagi pasukan menjadi dua kompi dan satu kelompok taktis.

Ia mengajarkan taktik pemberontakan, penyergapan dan penyergapan untuk melawan musuh. “Kami rutin melakukan gerakan perlawanan, gerakan pembersihan wilayah, operasi penyergapan, dan operasi pelarangan,” kata SBY saat memberi perintah kepada anak buahnya.

Pada minggu ketiga operasi, pasukan komando taktis Yonif 744/SIB terlibat baku tembak dengan anggota Angkatan Bersenjata Pembebasan Nasional Timor-Leste (FALINTIL) di Bukit Turiskay. Pasukan FALINTIL terpencar dalam hitungan menit.

Pasukan SBY kemudian melakukan operasi pencarian dan menemukan anggota FALINTIL tersebut terluka parah, perutnya robek dan ususnya terbuka. Prajurit batalyon infanteri 744/SYB yang marah melihat situasi ini ingin membunuh tawanan tersebut.

Namun, Sersan Adolfo Tillman yang memimpin pasukan komando taktis lebih dulu meminta perintah kepada SBY. Melalui telepon, Adolfo menjelaskan kondisi narapidana dan meminta izin untuk mengakhiri hidupnya.

Namun meski ada desakan Adolfo, SBY menolak mengizinkannya. “Tidak, tahanan tidak boleh dibunuh, tapi diselamatkan. “Periksa sakunya, siapa nama narapidana itu,” kata SBI kepada Adolfo melalui telepon.

Setelah menggeledah saku tahanan, Adolfo menemukan ID bernama Julio Sarmento. Adolfo segera melaporkan temuan tersebut kepada SBY. “Comandante, nama tahanannya adalah Julio Sarmento,” kata Adolfo.

SBY bergegas ke lokasi pertempuran dan mendatangkan petugas medis untuk merawat luka Sarmento. SBY memerintahkan pasukannya untuk memindahkan Sarmento ke tempat yang lebih tinggi. Meski tak dihiraukan, SBY memberikan instruksi dengan nada tinggi.

“Jangan membunuh, ambil. Ini pesananku, bangun!” Pesan SBY.

Sarmento pun sempat dibawa misi di Dili dan mendapat perawatan sebelum diterbangkan ke Jakarta untuk mendapat perawatan di Rumah Sakit Pusat Militer (RSPAD) Gatot Soebroto. Nyawa Sarmento terselamatkan.

Alhamdulillah nyawa Sarmento terselamatkan, kata SBI.

Upaya penyelamatan ini sampai ke telinga beberapa petinggi TNI. Kepala Operasi (Kasum) (Asops) Tentara Nasional Indonesia (ABRI), Mayjen TNI Edi Sudrajat, bersama beberapa Perwira Tinggi TNI (Pati) lainnya mengunjungi Batalyon 744/SYB.

Bahkan, saya mengucapkan terima kasih kepada SBY dan prajuritnya atas kerja mulia tersebut. Perintah penyelamatan nyawa narapidana dari SBY muncul pertama kali di Yonif 744/SYB.

Hal itu diungkapkan Letkol Inf Zaki Anwar Makarim yang mendampingi tim Edi di Yonif 744/SYB. “Jenderal, ini pertama kalinya ada 744 tahanan yang masih hidup. “Selamat kepada Komandan Batalyon karena telah memulai tradisi yang bagus ini,” kata Zaki kepada Eddie.

Kisah heroik SBY dalam Operasi Serozhya menunjukkan kepemimpinan kemanusiaan dan taktis serta menekankan bahwa menyelamatkan nyawa musuh mempunyai manfaat strategis yang lebih besar dibandingkan menghentikan nyawa musuh di medan perang.

You May Also Like

More From Author

+ There are no comments

Add yours