Alumnus UMM Kini Jadi Komisaris Pertamina

Estimated read time 3 min read

dlbrw.com, MALANG – Menjadi komisaris di perusahaan besar, khususnya BUMN, merupakan suatu hal yang luar biasa dan menjadi dambaan banyak orang. Abdul Musyawir Yahya, lulusan Universitas Muhammadiyah Malang (UMM), yang kini menjabat komisaris independen PT Pertamina Geothermal Energy Tbk. Ia merupakan mahasiswa program studi (Prodi) Hukum Keluarga Islam (HKI) angkatan 2010 di Fakultas Agama Islam (FAI).

Tentu saja karir Abdul saat ini tidak lepas dari menjadi bagian dari seragam merah putih di kampus. Ia mengaku sangat aktif dalam kegiatan kampus seperti Komite Eksekutif Mahasiswa (BEM) dan Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) selama kuliah. Menurutnya, kampus adalah tempat menimba ilmu, mengungkapkan dan merasakan makna hidup yang sebenarnya.

“Yang jelas, karir saat ini berkat bekal UMM, kontribusi ilmu teoritis dan praktis di bidang tersebut sangat baik. “Selanjutnya kegiatan keorganisasian di IMM dan BEM meningkatkan softskill yang sangat berguna kapanpun dan dimanapun,” ujarnya.

Dijelaskannya, prosesnya sejauh ini tidak terjadi secara instan, melainkan dicapai dengan usaha dan komitmen yang besar. Dengan pengalaman seorang pengusaha yang biasa menjalankannya. Dimulai dari pemilik Super Camera Malang, Lumeo Audiovisual Malang, Panjava English Garden, Garden Coffee, Martabak Satu Juli dan Akar Publisher. Ia mendaftar secara profesional, dan pengalaman ini menjadi catatan penting bagi perusahaan saat menilai kesesuaiannya sebagai wirausaha.

“Keahlian saya di perguruan tinggi adalah HKI, sedangkan perusahaan ini bergerak di bidang energi panas bumi. Itu tantangan saya, tapi karena sudah menjadi amanah dan tanggung jawab, saya harus bisa mewujudkannya dengan sebaik-baiknya. kemampuan”, katanya.

Pria yang pernah menjabat Ketua Dewan Pimpinan Pusat (CLC) Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) periode 2021-2023 ini melanjutkan, keterlibatan aktifnya di berbagai organisasi bukan sekadar untuk mengisi waktu. Namun ia juga memanfaatkannya sebagai sarana pengembangan diri. Diakui Abdul, pengalaman organisasinya membantunya mengasah kemampuan kepemimpinan dan manajemen waktu dengan baik, yang kini ia gunakan sebagai alat penting dalam karirnya.

“Dinamika kehidupan itu sangat kompleks, kita bisa mulai mempelajarinya dari kampus yang bisa dikatakan sempit. Sebab, cakupannya masih lebih luas di kancah nasional dan internasional. “Dan itu benar-benar saya pelajari semasa menjadi mahasiswa di UMM, dan terus saya lakukan bahkan setelah saya berhenti menjadi mahasiswa,” jelasnya.

Abdul pun mengaku, menjabat sebagai kurator merupakan keinginannya untuk mengembangkan sayapnya secara profesional. Ia pun berpesan bahwa kejujuran dan kepercayaan adalah dua hal yang harus dibentuk secepatnya. Selain itu, beliau juga menyoroti pentingnya integritas dan kepercayaan dalam dunia kerja, sehingga dimanapun berada, teladan yang baik harus selalu hadir.

“Saatnya mengabdi pada negara, jangan hanya mengabdi di organisasi kemasyarakatan seperti IMM atau Muhammadiyah. Apa yang kita tanam hari ini, kita tuai esok hari. Manfaatkan apa yang bisa diraih di kampus. Maksimalkan ilmu yang didapat, tapi ingat itu kunci utamanya. menuju kesuksesan adalah rasa kejujuran dan kepercayaan”, ungkapnya.

You May Also Like

More From Author

+ There are no comments

Add yours