Amukan Gunung Kelud Lenyapkan Bangunan Megah Keraton Majapahit

Estimated read time 3 min read

Kerajaan Majapahit pada masa puncaknya mempunyai istana-istana yang megah. Selain itu, tata letak ibu kota pada masa itu juga dinilai sangat megah dan artistik. Namun, semuanya dikatakan hancur tanpa bekas karena diduga faktor alam dan faktor lainnya.

Benar sekali, Majapahit tidak bisa menolak unsur alam. Bangunan istana ibu kota dengan benteng setinggi 10m yang mengelilingi kompleks istana seakan hilang tanpa bekas. Belum lagi di luar kawasan benteng tempat tinggal masyarakat.

Bahkan, terdapat kompleks perumahan para pejabat Majapahit, mulai dari Mahapatih Gajah Mada hingga Bhatara Matahun.

“Di luar ada beberapa kompleks, mulai dari timur, tempat tinggal Dharmadhyaksa Kasaiwan Hyang Brahmaraja dan para pendeta Siwa,” kata guru besar sejarah Slamet Muljana.

Di selatan tempat tinggal Dharmadhyaksa Kasogatan dan biksu Buddha. Di barat ada bangsa Arya, menteri dan kerabat, terkadang pangeran. Sedangkan di sisi timur terdapat jalan pribadi yang menjadi tempat wisma Bhatara Wengker Sri Wijayarajasa dan permaisurinya.

Di sebelah selatan wisma Bhatara Wengker adalah wisma Bhatara Matahun Sri Rajasa Wardhana dan ratunya Bhre Lasem. Kedua guest house ini terletak di sebelah selatan tidak jauh dari Istana Prabhu.

Disebelah utara terdapat pasar, di belakang pasar terdapat wisma Bhatara Narapati. Sedangkan di sebelah timur laut keraton terdapat kediaman Patih Amangkubhumi Gajah Mada.

Di sebelah selatan keraton terdapat bangunan kedhyaksaan yang dikelilingi tempat penginapan para upapati dan pendeta. Di sebelah timur Kedhyakaan merupakan kediaman pendeta Siwa, sedangkan di sebelah barat merupakan kediaman pendeta Buddha.

Sayangnya, ibu kota dan istana megah Majapahit sudah lama hancur. Tidak ada bukti bahwa kepunahannya disebabkan oleh bencana alam seperti banjir atau letusan gunung berapi.

Gunung Kelud yang sering meletus terletak jauh di selatan Majapahit, sedangkan Sungai Brantas yang mengalir ke utara dari Kediri hingga Majakerta terletak jauh di barat ibu kota Majapahit.

Ibu kota Majapahit terletak sekitar 15 km sebelah selatan Majakerta dan meliputi wilayah Trawulan dan Tralaya. Di kawasan Trawulan dan Tralaya terdapat sejumlah makam umat Islam yang berasal dari abad ke-14 hingga ke-16.

Pada batu nisan umat Islam, tanggal Saka diukir dengan huruf Jawa dan diapit huruf Arab, terutama berupa kutipan Al-Quran. Di desa Kedaton ditemukan nisan umat Islam bertanggal 1372 Saka (1450 M).

Sampai saat ini batu nisan tersebut masih ada, di Trawulan terdapat dua buah nisan muslim bertanggal 1308 dan 1448 M, di Tralaya masih ada nisan muslim bertanggal 1376, 1380, 1407, 1418, 1420, 1487, 1407, 1460. 1475 dan 1611.

Jika ibu kota Majapahit hancur akibat bencana alam, maka batu nisan tersebut akan terkubur di bawah lahar atau bawah tanah, atau tersapu banjir.

Gundukan di atas Segaran dan Candi Tikus yang ditemukan merupakan pemandian kuno menunjukkan bahwa kedua tempat tersebut sengaja diisi tanah.

Sebaliknya, Candi Bajang Ratu yang kemungkinan merupakan gerbang istana bagian selatan, dan Candi Wringin Lawang yang kemungkinan merupakan pintu masuk Kota Majapahit dari utara, dibiarkan kosong karena letaknya yang terlalu tinggi.

You May Also Like

More From Author

+ There are no comments

Add yours