Anak dengan Autisme, Amankah Diberikan Imunisasi Polio?

Estimated read time 2 min read

Republik Jakarta – Vaksinasi polio dinilai cocok untuk anak berkebutuhan khusus yang memiliki gejala gangguan perilaku seperti autisme. Dr Rini Sekartini (Sp.A(K)), Guru Besar Departemen Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI), mengatakan, anak berkebutuhan khusus berkaitan dengan gangguan perilaku, seperti gangguan perilaku. dengan autisme, lebih rentan terhadap ADHD.

Aman, silakan dilanjutkan. Sehat jasmani dan tidak ada masalah sehingga bisa dilakukan, ujarnya saat peluncuran Pekan Imunisasi Polio Nasional (PIN) di Gedung Asosiasi Dokter Anak Indonesia di Salemba, Tengah. Jakarta. , kata Rini. , Selasa (23/7/2024).

Ketua Satker Koordinasi Tumbuh Kembang dan Perkembangan Sosial Anak Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) mengatakan, anak berkebutuhan khusus harus mendapatkan kebutuhan dasarnya, termasuk vaksinasi. Hal ini dikomunikasikan kepada masyarakat agar para orang tua tidak melakukan imunisasi lengkap pada anak berkebutuhan khusus terkait gangguan perilaku.

Anak-anak yang tidak dapat menerima vaksinasi polio adalah anak-anak berkebutuhan khusus yang memiliki kondisi medis seperti gangguan ginjal atau kelainan darah. “Kecuali, tentu saja, Anda memiliki kondisi medis lain yang menjadi kontraindikasi,” kata Rini.

Para orang tua dapat berkonsultasi dengan dokter anak untuk mengetahui lebih lanjut tentang vaksinasi yang dapat membantu mencegah penyakit yang menyebabkan kelumpuhan permanen. Akibat dampak pandemi penyakit virus corona baru (Covid-19), jumlah anak yang memenuhi syarat vaksinasi mengalami penurunan signifikan pada tahun 2021.

Oleh karena itu, Kementerian Kesehatan bekerja sama dengan Ikatan Dokter Anak Indonesia menyelenggarakan Pekan Imunisasi Polio Nasional (PIN) tahap kedua di 27 provinsi. PIN polio tahap kedua dilaksanakan karena Indonesia berada dalam situasi khusus polio (KLB).

Papua telah mengalami wabah polio pada tahun 2022. Upaya imunisasi polio harus mencapai minimal 95% untuk mencapai kekebalan kelompok. Artinya 5% merupakan anak yang mengalami penundaan kelahiran.

Presiden IDAI, Dr Piprim Basara Yanuarso, mengatakan, “Cakupan vaksinasi yang tinggi dapat menekan penyakit yang dapat dicegah dengan vaksin, namun jika cakupan vaksinasi di bawah 60 persen, ada kemungkinan kejadian tidak normal (KLB) terulang kembali,” ujarnya. . Vaksinasi terhadap anak usia 0 hingga 7 tahun akan dilakukan selama seminggu ke depan di Posyandu, Puskesmas, dan tempat lain yang ditentukan Kementerian Kesehatan.

You May Also Like

More From Author

+ There are no comments

Add yours